Deretan Anak Tokoh di Kancah Politik, Ideologis atau Warisan Politik?
Senin, 12 Oktober 2020 - 15:25 WIB
JAKARTA - Sejarah Indonesia terus berjalan. Kepemimpinan nasional juga berganti. Namun ada fakta yang tidak dipungkiri, tidak sedikit putra putri tokoh bangsa yang mewarnai kancah perpolitikan saat ini.
Dari zaman Presiden Pertama RI, Soekarno hingga Presiden Jokowi saat ini. Bung Karno misalnya. Sang putri, Megawati Soekarnoputri telah menjadi tokoh nasional. Pernah menjadi presiden dan hingga kini masih memimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Selanjutnya Megawati pun "menurunkan" bakat politiknya ke Puan Maharani yang saat ini menjadi pimpinan PDIP yang juga Ketua DPR.
Begitu juga dengan garis keturunan Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Salah seorang putranya, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharo saat ini memimpin sebuah partai politik, Partai Berkarya.
Kemudian Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhyono (SBY) dan Presiden saat ini Joko Widodo (Jokowi). Keduanya sudah memiliki penerus di kancah perpolitikan saat ini.
Jejak SBY sebagai ketua umum Partai Demokrat dilanjutkan oleh putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sementara putra keduanya, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) sudah beberapa periode berkiprah di DPR.
Jokowi merestui anaknya Gibran Rakabuming Raka mengikuti jejaknya untuk menjadi Wali Kota Solo.( )
Oleh sejumlah pihak, kondisi politik yang demikian kemudian dikaitkan dengan putra putri elite politik yang selain dianggap "anak biologis" juga sebagai anak ideologis di masa yang akan datang.
Terbaru, kehadiran Hanafi Rais yang disebut-sebut sebagai anak ideologis mantan Ketua DPR dan tokoh reformasi, Amien Rais untuk disiapkan memimpin Partai Ummat yang dibentuk sang ayah. ( )
Menanggapi hal ini, analis Politik UIN Jakarta, Bakir Ihsan menilai, kehadiran putra-putri elite politik nasional belum bisa dikatakan sebagai anak ideologis dari tokoh elite yang bersangkutan. "Saya belum melihatnya sebagai anak ideologis, tapi lebih sebagai anak biologis," tutur Bakir kepada SINDOnews, Senin (12/10/2020).
Bakir melihat, mereka yakni putra putri elite negeri hanya ingin mewariskan jejak politiknya melalui partai yang dipimpin elite-elite tersebut, bukan pada bagaimana ide-ide besar diperjuangkan dan tidak selalu melalui partai politik.
Dia menilai peran anak elite tergantung pada bidang apa yang ditekuninya yang berdampak secara politik terhadap eksistensi para tokoh atau elit politik tersebut. "Hal ini terjadi karena partai politik yang ada belum menggambarkan distingsi ideologi yang jelas, kecuali kontestasi untuk merebut kekuasaan," tuturnya.
Lihat Juga: Posko Lapor Mas Wapres Dibuka, BEM UIN Makassar Ngadu 31 Mahasiswa Diskors Gegara Protes
Dari zaman Presiden Pertama RI, Soekarno hingga Presiden Jokowi saat ini. Bung Karno misalnya. Sang putri, Megawati Soekarnoputri telah menjadi tokoh nasional. Pernah menjadi presiden dan hingga kini masih memimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Selanjutnya Megawati pun "menurunkan" bakat politiknya ke Puan Maharani yang saat ini menjadi pimpinan PDIP yang juga Ketua DPR.
Begitu juga dengan garis keturunan Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Salah seorang putranya, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharo saat ini memimpin sebuah partai politik, Partai Berkarya.
Kemudian Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhyono (SBY) dan Presiden saat ini Joko Widodo (Jokowi). Keduanya sudah memiliki penerus di kancah perpolitikan saat ini.
Jejak SBY sebagai ketua umum Partai Demokrat dilanjutkan oleh putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sementara putra keduanya, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) sudah beberapa periode berkiprah di DPR.
Jokowi merestui anaknya Gibran Rakabuming Raka mengikuti jejaknya untuk menjadi Wali Kota Solo.( )
Oleh sejumlah pihak, kondisi politik yang demikian kemudian dikaitkan dengan putra putri elite politik yang selain dianggap "anak biologis" juga sebagai anak ideologis di masa yang akan datang.
Terbaru, kehadiran Hanafi Rais yang disebut-sebut sebagai anak ideologis mantan Ketua DPR dan tokoh reformasi, Amien Rais untuk disiapkan memimpin Partai Ummat yang dibentuk sang ayah. ( )
Menanggapi hal ini, analis Politik UIN Jakarta, Bakir Ihsan menilai, kehadiran putra-putri elite politik nasional belum bisa dikatakan sebagai anak ideologis dari tokoh elite yang bersangkutan. "Saya belum melihatnya sebagai anak ideologis, tapi lebih sebagai anak biologis," tutur Bakir kepada SINDOnews, Senin (12/10/2020).
Bakir melihat, mereka yakni putra putri elite negeri hanya ingin mewariskan jejak politiknya melalui partai yang dipimpin elite-elite tersebut, bukan pada bagaimana ide-ide besar diperjuangkan dan tidak selalu melalui partai politik.
Dia menilai peran anak elite tergantung pada bidang apa yang ditekuninya yang berdampak secara politik terhadap eksistensi para tokoh atau elit politik tersebut. "Hal ini terjadi karena partai politik yang ada belum menggambarkan distingsi ideologi yang jelas, kecuali kontestasi untuk merebut kekuasaan," tuturnya.
Lihat Juga: Posko Lapor Mas Wapres Dibuka, BEM UIN Makassar Ngadu 31 Mahasiswa Diskors Gegara Protes
(dam)
tulis komentar anda