Curah Hujan Meningkat Akibat La Nina, BMKG Imbau Cegah Zero Victim
Rabu, 07 Oktober 2020 - 10:50 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ), Dwikorita Karnawati mengatakan tren curah hujan sejak tahun 1.900 hingga tahun lalu 2019 terlihat curah hujan semakin meningkat bahkan menunjukkan tren curah hujan ekstrem .
“Tren curah hujan tahunan sejak tahun 1.900 hingga tahun lalu terlihat curah hujan maksimum atau dapat dikatakan ekstrem karena melampaui 105 mm dalam 24 jam terlihat semakin sering terjadi dan trennya itu semakin melompat. Tahun lalu, dalam satu hari bisa mencapai 377 dua hari 419 mm. Dikhawatirkan tahun ini pun akan melompat, dikhawatirkan,” ungkap Dwikorita dalam Rakornas Antisipasi Bencana Hidrometeorologi dan Gempa Bumi-Tsunami secara virtual, Rabu (7/10/2020). (Baca juga: Fenomena La Nina, BMKG: Waspada Potensi Hujan Lebat di Periode Oktober-November)
Apalagi ditambah dengan identifikasi dari BMKG, serta badan iklim lainnya yakni National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika, Japan Meteorological Agency (JMA) Jepang dan Bureau of Meteorology Australia mengidentifikasi terjadinya fenomena La Nina dengan pada level moderat mulai terjadi di Samudera Pasifik yang berpotensi hujan lebat melanda seluruh wilayah Indonesia.
Dimana, terlihat dari peta kondisi La Nina yang diprediksi yakni pada September, Oktober, November yang menunjukkan curah hujan bulanan semakin besar dimana curah hujannya semakin melampaui 40%. “Diprediksi mulai Oktober ini sampai November dampak La Nina ini akan mengenai hampir di seluruh wilayah Indonesia yaitu dengan curah hujan intensitas atau curah hujan lebat kecuali di Sumatera,” jelas Dwikorita.
Dwikorita pun mengimbau semua pihak untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana hidrometeorologi dan mencegah adanya korban jiwa atau zero victim. (Baca juga: Awas Banjir dan Longsor! BMKG Imbau Masyarakat Waspada Badai La Nina)
“Sehingga mohon izin ini, semua pihak terkait yakni PUPR, juga ada dari gubernur mohon mewaspadai adanya lompatan diperkuat dengan adanya La Nina. Sehingga kita perlu segera berembuk bagaimana cara untuk mencegah zero victim, mencegah La Nina sudah tidak mungkin, mencegah curah hujan lebat tidak mungkin. Tetapi bagaimana caranya ada atau zero victim,” papar Dwikorita.
“Tren curah hujan tahunan sejak tahun 1.900 hingga tahun lalu terlihat curah hujan maksimum atau dapat dikatakan ekstrem karena melampaui 105 mm dalam 24 jam terlihat semakin sering terjadi dan trennya itu semakin melompat. Tahun lalu, dalam satu hari bisa mencapai 377 dua hari 419 mm. Dikhawatirkan tahun ini pun akan melompat, dikhawatirkan,” ungkap Dwikorita dalam Rakornas Antisipasi Bencana Hidrometeorologi dan Gempa Bumi-Tsunami secara virtual, Rabu (7/10/2020). (Baca juga: Fenomena La Nina, BMKG: Waspada Potensi Hujan Lebat di Periode Oktober-November)
Apalagi ditambah dengan identifikasi dari BMKG, serta badan iklim lainnya yakni National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika, Japan Meteorological Agency (JMA) Jepang dan Bureau of Meteorology Australia mengidentifikasi terjadinya fenomena La Nina dengan pada level moderat mulai terjadi di Samudera Pasifik yang berpotensi hujan lebat melanda seluruh wilayah Indonesia.
Dimana, terlihat dari peta kondisi La Nina yang diprediksi yakni pada September, Oktober, November yang menunjukkan curah hujan bulanan semakin besar dimana curah hujannya semakin melampaui 40%. “Diprediksi mulai Oktober ini sampai November dampak La Nina ini akan mengenai hampir di seluruh wilayah Indonesia yaitu dengan curah hujan intensitas atau curah hujan lebat kecuali di Sumatera,” jelas Dwikorita.
Dwikorita pun mengimbau semua pihak untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana hidrometeorologi dan mencegah adanya korban jiwa atau zero victim. (Baca juga: Awas Banjir dan Longsor! BMKG Imbau Masyarakat Waspada Badai La Nina)
“Sehingga mohon izin ini, semua pihak terkait yakni PUPR, juga ada dari gubernur mohon mewaspadai adanya lompatan diperkuat dengan adanya La Nina. Sehingga kita perlu segera berembuk bagaimana cara untuk mencegah zero victim, mencegah La Nina sudah tidak mungkin, mencegah curah hujan lebat tidak mungkin. Tetapi bagaimana caranya ada atau zero victim,” papar Dwikorita.
(kri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda