Tak Mampu Garap Pipa Gas Semarang- Cirebon, BPH Migas Minta PT Rekayasa Industri Mundur
Jum'at, 25 September 2020 - 22:58 WIB
BATANG - Berhentinya sambungan pipa gas Semarang - Cirebon yang ditaget 2 tahun selesai dan sudah dilelang sejak 2006 dengan pemenangnya PT Rekayasa Industri belum juga ada progresnya.
Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengatakan, sudah meminta supaya PT Rekayasa Industri menyelesaikan tepat pada waktunya, namun hingga sekarang belum ada kejelasan.
"Saya tegaskan, sanggup tidak, kalau sanggup maju. Kalau tidak sanggup mundur kasih bendera putih," tegas Fanshurullah Asa saat audensi dengan Bupati Batang Wihaji, Jumat( 25/9/2020).
Dijelaskan, pada saat itu Direktur PT Rekayasa Industri menyatakan kesanggupanya dan tandatangan diatas materai. Karena sanggup, pihak BPH Migas juga sudah melaporkan ke kementerian dan Kantor Staf Presiden.
"Maka 7 Februari 2020 kita lakukan peletakan baru pertama dengan komitmen waktu dua tahun selesai, sehingga 7 Februari 2022 sudah tersalur pipa gas mulai dari Cirebon sampai Semarang," jelas Fanshurullah Asa.
Namun sudah 7 bulan ini belum ada kegiatan penyambungan pipa yang kendalamya bukan masalah pendanaan.
"Kenapa belum disalurkan bukan masalah pendanaan, kalau PT Rekayasa Industri belum siap, investor pendanaanya banyak yang siap, Kalau PT Rekayasa Industri tidak mampu bikinlah konsorsium," tegasnya.
Namun, persoalanya ada pada siapa yamg mau membeli gas, karena katanya pembelinya belum signifikan.
"Makanya saya menghadap bupati karena KIT Batang luar biasa Presiden langsung yang meresmikan. Oleh karena saya minta KIT Batang menciptakan siapa yang mau beli gasnya pasti penyambunganya pipa gasnya jadi,"janjinya.
Untuk potensi pasokan gas nya, Ia memastikan ada yang akan diambilkan dari Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang terletak di Kabupaten Bojonegoro dan juga rencana Gubernur Jateng bangun Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Batang.
"BPH migas tidak akan berhenti, bagaimana mengepush ini segara dibangun dan ini sudah masuk dalam proyek strategi nasional yang langsung diawasi Presiden," katanya. Ia menambahkan bahwa estimasi gas yang bakal masuk di KIT Batang kebutuhan minimal satu investor sekitar 100 MN.
Sementara Bupati Batang, Wihaji mengatakan permasalahan pipa gas yang belum kunjung dikerjakan akan segera menemukan solusinya. "Semua hanya butuh ketemu dan diskusi untuk mencari soulusi agar kepastian ketersedian gas di KIT, saya menyakini segara dilaksanakan " pungkas Wihaji. (Sindonews)
Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengatakan, sudah meminta supaya PT Rekayasa Industri menyelesaikan tepat pada waktunya, namun hingga sekarang belum ada kejelasan.
"Saya tegaskan, sanggup tidak, kalau sanggup maju. Kalau tidak sanggup mundur kasih bendera putih," tegas Fanshurullah Asa saat audensi dengan Bupati Batang Wihaji, Jumat( 25/9/2020).
Dijelaskan, pada saat itu Direktur PT Rekayasa Industri menyatakan kesanggupanya dan tandatangan diatas materai. Karena sanggup, pihak BPH Migas juga sudah melaporkan ke kementerian dan Kantor Staf Presiden.
"Maka 7 Februari 2020 kita lakukan peletakan baru pertama dengan komitmen waktu dua tahun selesai, sehingga 7 Februari 2022 sudah tersalur pipa gas mulai dari Cirebon sampai Semarang," jelas Fanshurullah Asa.
Namun sudah 7 bulan ini belum ada kegiatan penyambungan pipa yang kendalamya bukan masalah pendanaan.
"Kenapa belum disalurkan bukan masalah pendanaan, kalau PT Rekayasa Industri belum siap, investor pendanaanya banyak yang siap, Kalau PT Rekayasa Industri tidak mampu bikinlah konsorsium," tegasnya.
Namun, persoalanya ada pada siapa yamg mau membeli gas, karena katanya pembelinya belum signifikan.
"Makanya saya menghadap bupati karena KIT Batang luar biasa Presiden langsung yang meresmikan. Oleh karena saya minta KIT Batang menciptakan siapa yang mau beli gasnya pasti penyambunganya pipa gasnya jadi,"janjinya.
Untuk potensi pasokan gas nya, Ia memastikan ada yang akan diambilkan dari Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang terletak di Kabupaten Bojonegoro dan juga rencana Gubernur Jateng bangun Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Batang.
"BPH migas tidak akan berhenti, bagaimana mengepush ini segara dibangun dan ini sudah masuk dalam proyek strategi nasional yang langsung diawasi Presiden," katanya. Ia menambahkan bahwa estimasi gas yang bakal masuk di KIT Batang kebutuhan minimal satu investor sekitar 100 MN.
Sementara Bupati Batang, Wihaji mengatakan permasalahan pipa gas yang belum kunjung dikerjakan akan segera menemukan solusinya. "Semua hanya butuh ketemu dan diskusi untuk mencari soulusi agar kepastian ketersedian gas di KIT, saya menyakini segara dilaksanakan " pungkas Wihaji. (Sindonews)
(srf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda