Dokter Andani: Jangan Cari Untung dari Covid-19
Senin, 14 September 2020 - 18:31 WIB
JAKARTA - Dokter Andani Eka Putra mengungkapkan sejak praktik dokter pada tahun 1997 silam tidak pernah meminta uang kepada pasien. Oleh karena itu, dia mengingatkan kepada siapa pun untuk tidak mencari untung saat pandemi Covid-19 .
"Boleh ditanyakan ke istri saya, sejak saya praktik dokter dari tahun 1997 sampai sekarang, saya tidak pernah minta uang ke pasien. Saya tidak membuka praktek kedokteran yang komersil, apalagi saat Covid-19, jangan sampai kita mencari untung dari Covid-19," kata Dokter Andani saat berbicara dalam webinar influencer series dengan tema Isi Hati Pahlawan Kemanusiaan di Era Masker, yang diadakan Global Influencer School, Minggu 13 September 2020.
Webinar diikuti 643 orang dari berbagai daerah di Indonesia lewat aplikasi dan siaran langsung di berbagai platform media sosial. Dalam acara tersebut, hadir juga sebagai narasumber pengusaha kosmetik Nurhayati Subakat yang menyumbang Rp40 milliar di awal pandemi Covid-19 di Indonesia, CEO Global Influencer School Hariqo Wibawa Satria dan dimoderatori oleh artis Oki Setiana Dewi.
Seperti diketahui, Dokter Andani adalah Kepala Lab Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Sumatera Barat, dia mengeluarkan Rp850 juta dari kantong pribadinya untuk membangun lab spesimen Covid-19.
Andani juga orang yang menemukan metode pool test, kemudian bersama timnya yang didukung Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dia memberikan layanan test swab gratis untuk masyarakat.
"Saya selalu menyampaikan ke tim saya, selalu bayangkan kalau yang menunggu hasil test Covid-19 itu adalah keluarga kita, mereka ingin hasilnya cepat keluar, anggap mereka keluarga kita, maka kita harus bekerja keras, siang dan malam agar hasil test segera keluar, itu prinsip kerja tim ini," tuturnya.( )
Sementara itu narasumber lainnya, Nurhayati Subakat mengaku sudah berusia 70 tahun, tapi selalu ingat pesan kedua orang tuanya untuk selalu peduli dengan sesama manusia.
“Waktu kecil, almarhum ayah dan ibu saya selalu bercerita tentang Profesor Dr Zakiah Daradjat agar anak-anaknya semangat menuntut ilmu, karena dengan ilmu kita bisa memberikan banyak manfaat untuk orang lain. Alhamdulillah saya bisa diterima di ITB Bandung," cerita Nurhayati Subakat yang memulai usahanya dengan dua karyawan hingga sampai 11.000 orang seperti saat ini.( )
Menanggapi kedua pembicara, narasumber selanjut Hariqo Wibawa Satria, CEO Global Influencer mengatakan, Dokter Andani Eka Putra dan Nurhayati Subakat mungkin punya kekurangan di mata anak sekarang, yaitu tidak aktif bahkan tidak punya akun media sosial apalagi follower yang besar.
"Ada yang menggangap, influencer itu adalah orang yang punya banyak like dan pengikut di media sosial, namun kita melihat fakta banyak sekali orang yang tidak punya media sosial namun berbuat nyata di lapangan, mereka juga influencer dan sangat berpengaruh, contohnya Dokter Andani Eka Putra dan Ibu Nurhayati Subakat. Jadi setiap orang adalah influencer, punya atau tidak punya di media sosial," tutur Hariqo.
Hariqo menambahkan dalam memerangi Covid-19 tidak perlu mengumpulkan para influencer, namun yang diperlukan adalah menyakinkan setiap anak Indonesia bahwa mereka adalah influencer."Polanya harus diubah dari membuat konten 3M untuk masyarakat menjadi membuat konten bersama masyarakat," katanya.
Webinar ini juga dihadiri oleh founder Global Influencer School King Bagus, praktisi pemasaran Ichwan Ziyad Makareem, para pengurus organisasi mahasiswa, yayasan dan berbagai lembaga pendidikan.
"Boleh ditanyakan ke istri saya, sejak saya praktik dokter dari tahun 1997 sampai sekarang, saya tidak pernah minta uang ke pasien. Saya tidak membuka praktek kedokteran yang komersil, apalagi saat Covid-19, jangan sampai kita mencari untung dari Covid-19," kata Dokter Andani saat berbicara dalam webinar influencer series dengan tema Isi Hati Pahlawan Kemanusiaan di Era Masker, yang diadakan Global Influencer School, Minggu 13 September 2020.
Webinar diikuti 643 orang dari berbagai daerah di Indonesia lewat aplikasi dan siaran langsung di berbagai platform media sosial. Dalam acara tersebut, hadir juga sebagai narasumber pengusaha kosmetik Nurhayati Subakat yang menyumbang Rp40 milliar di awal pandemi Covid-19 di Indonesia, CEO Global Influencer School Hariqo Wibawa Satria dan dimoderatori oleh artis Oki Setiana Dewi.
Seperti diketahui, Dokter Andani adalah Kepala Lab Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Sumatera Barat, dia mengeluarkan Rp850 juta dari kantong pribadinya untuk membangun lab spesimen Covid-19.
Andani juga orang yang menemukan metode pool test, kemudian bersama timnya yang didukung Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dia memberikan layanan test swab gratis untuk masyarakat.
"Saya selalu menyampaikan ke tim saya, selalu bayangkan kalau yang menunggu hasil test Covid-19 itu adalah keluarga kita, mereka ingin hasilnya cepat keluar, anggap mereka keluarga kita, maka kita harus bekerja keras, siang dan malam agar hasil test segera keluar, itu prinsip kerja tim ini," tuturnya.( )
Sementara itu narasumber lainnya, Nurhayati Subakat mengaku sudah berusia 70 tahun, tapi selalu ingat pesan kedua orang tuanya untuk selalu peduli dengan sesama manusia.
“Waktu kecil, almarhum ayah dan ibu saya selalu bercerita tentang Profesor Dr Zakiah Daradjat agar anak-anaknya semangat menuntut ilmu, karena dengan ilmu kita bisa memberikan banyak manfaat untuk orang lain. Alhamdulillah saya bisa diterima di ITB Bandung," cerita Nurhayati Subakat yang memulai usahanya dengan dua karyawan hingga sampai 11.000 orang seperti saat ini.( )
Menanggapi kedua pembicara, narasumber selanjut Hariqo Wibawa Satria, CEO Global Influencer mengatakan, Dokter Andani Eka Putra dan Nurhayati Subakat mungkin punya kekurangan di mata anak sekarang, yaitu tidak aktif bahkan tidak punya akun media sosial apalagi follower yang besar.
"Ada yang menggangap, influencer itu adalah orang yang punya banyak like dan pengikut di media sosial, namun kita melihat fakta banyak sekali orang yang tidak punya media sosial namun berbuat nyata di lapangan, mereka juga influencer dan sangat berpengaruh, contohnya Dokter Andani Eka Putra dan Ibu Nurhayati Subakat. Jadi setiap orang adalah influencer, punya atau tidak punya di media sosial," tutur Hariqo.
Hariqo menambahkan dalam memerangi Covid-19 tidak perlu mengumpulkan para influencer, namun yang diperlukan adalah menyakinkan setiap anak Indonesia bahwa mereka adalah influencer."Polanya harus diubah dari membuat konten 3M untuk masyarakat menjadi membuat konten bersama masyarakat," katanya.
Webinar ini juga dihadiri oleh founder Global Influencer School King Bagus, praktisi pemasaran Ichwan Ziyad Makareem, para pengurus organisasi mahasiswa, yayasan dan berbagai lembaga pendidikan.
(dam)
tulis komentar anda