Literasi Anak Tetap Bersemi di Tengah Pandemi
Jum'at, 11 September 2020 - 08:02 WIB
SURABAYA - Pandemi Covid-19 tak menyurutkan berbagai kreasi yang ditelurkan generasi muda untuk terus menebar karya. Lewat ruang-ruang literasi, anak-anak menciptakan buku, video kreatif, lagu, sampai berbagai poster yang bisa membantu teman sebayanya untuk menjadi pemenang di tengah pandemi.
Dinding kamar menjadi rangkaian inspirasi bagi anak-anak untuk menyampaikan pesan. Lewat media sosial mereka berselancar jauh untuk bersama-sama menciptakan berbagai karya. Meninggalkan rangkaian kisah yang mengendap di masa pandemi dengan terus mempertahankan keceriaan, meskipun enam bulan lebih beraktivitas di rumah. Kegelisahan dan kemarahan itu ditumpahkan lewat serpihan berbagai karya. (Baca: Baru Disuntik Vaksin Buatan China, Pulang dari Semarang Relawan Ini Positif Corona)
Nafas Tri Widiawati, siswi SMAN 12 Surabaya, masih membuka buku ketika matahari begitu terik dengan angin kencang yang menghunjam tubuhnya. Dia duduk di teras rumah, membuka kembali beberapa catatan terakhir tentang cerita pendek (cerpen) yang sudah selesai dibukukan lewat Antologi Cerita Anak. “Masih ada sisa tulisan, belum semuanya selesai. Ini masih dikebut, banyak waktu di rumah jadi lebih fokus,” kata Nafas, Kamis (10/9/2020).
Di rumahnya yang berada di Manukan Wetan, Tandes, Surabaya, ancaman Covid-19 terus menebar ketakutan bagi keluarga dan para tetangganya. Dia memilih untuk berada di rumah, menyajikan banyak cerita yang bisa dibagikan pada teman-temannya untuk saling menjaga dan memastikan kondisinya sehat di tengah pandemi yang belum ada ujungnya. “Cerpen yang dibuat banyak berkisah tentang rumah, harapan, dan pertemanan yang tiada putusnya meskipun sedang menghadapi masa sulit,” ucapnya.
Jalan yang sama juga dilakukan oleh anak-anak yang tergabung dalam komunitas Kefi. Sebuah komunitas anak dari berbagai sekolah di Kota Pahlawan yang terus memproduksi lagu, lirik, video, serta ajakan melawan Covid-19.
Salama pandemi Covid-19, anak-anak menjadi sektor yang rentan untuk tertular. Di tengah keterbatasan, anak-anak Surabaya menolak untuk terpuruk. Mereka menjawabnya dengan berbagai inovasi tanpa putus untuk melawan Covid-19.
Mereka mencoba berbicara dengan teman sebaya melalui lagu dan video yang disukai generasi milenial dan alpha. “Kami membagikan video dan lagu-lagu itu lewat media sosial,” kata Inas Aidah, salah satu anak yang tergabung dalam Kefi. (Baca juga: Warga Jerman Lebih Takut Trump daripada Virus Corona)
Siswi SMAN 15 Surabaya ini tidak sediri. Ada beberapa siswa dari sekolah lain seperti Moza Legitara dari SMAN 10, Arsanti Pervaya SMAN 15, Benyamin Eldon SMAN 15, M Zaki Raihansyah SMAN 9, dan Terrence Dimitri dari SMA Muhammadiyah 4.
Mereka menyadari kondisi pandemi sangat berat dirasakan oleh anak-anak. Selama enam bulan terakhir semua anak-anak harus bermain dan belajar di rumah. Sebagian dari mereka pun harus menerima kenyataan keluarganya mengalami tekanan ekonomi serta kesedihan lain. “Kami mencoba untuk terus menatap optimisme melalui lagu dan liriknya yang lebih dekat dengan anak-anak. Sebagian besar berisi motivasi bagi semua anak-anak,” ungkap Inas.
Dinding kamar menjadi rangkaian inspirasi bagi anak-anak untuk menyampaikan pesan. Lewat media sosial mereka berselancar jauh untuk bersama-sama menciptakan berbagai karya. Meninggalkan rangkaian kisah yang mengendap di masa pandemi dengan terus mempertahankan keceriaan, meskipun enam bulan lebih beraktivitas di rumah. Kegelisahan dan kemarahan itu ditumpahkan lewat serpihan berbagai karya. (Baca: Baru Disuntik Vaksin Buatan China, Pulang dari Semarang Relawan Ini Positif Corona)
Nafas Tri Widiawati, siswi SMAN 12 Surabaya, masih membuka buku ketika matahari begitu terik dengan angin kencang yang menghunjam tubuhnya. Dia duduk di teras rumah, membuka kembali beberapa catatan terakhir tentang cerita pendek (cerpen) yang sudah selesai dibukukan lewat Antologi Cerita Anak. “Masih ada sisa tulisan, belum semuanya selesai. Ini masih dikebut, banyak waktu di rumah jadi lebih fokus,” kata Nafas, Kamis (10/9/2020).
Di rumahnya yang berada di Manukan Wetan, Tandes, Surabaya, ancaman Covid-19 terus menebar ketakutan bagi keluarga dan para tetangganya. Dia memilih untuk berada di rumah, menyajikan banyak cerita yang bisa dibagikan pada teman-temannya untuk saling menjaga dan memastikan kondisinya sehat di tengah pandemi yang belum ada ujungnya. “Cerpen yang dibuat banyak berkisah tentang rumah, harapan, dan pertemanan yang tiada putusnya meskipun sedang menghadapi masa sulit,” ucapnya.
Jalan yang sama juga dilakukan oleh anak-anak yang tergabung dalam komunitas Kefi. Sebuah komunitas anak dari berbagai sekolah di Kota Pahlawan yang terus memproduksi lagu, lirik, video, serta ajakan melawan Covid-19.
Salama pandemi Covid-19, anak-anak menjadi sektor yang rentan untuk tertular. Di tengah keterbatasan, anak-anak Surabaya menolak untuk terpuruk. Mereka menjawabnya dengan berbagai inovasi tanpa putus untuk melawan Covid-19.
Mereka mencoba berbicara dengan teman sebaya melalui lagu dan video yang disukai generasi milenial dan alpha. “Kami membagikan video dan lagu-lagu itu lewat media sosial,” kata Inas Aidah, salah satu anak yang tergabung dalam Kefi. (Baca juga: Warga Jerman Lebih Takut Trump daripada Virus Corona)
Siswi SMAN 15 Surabaya ini tidak sediri. Ada beberapa siswa dari sekolah lain seperti Moza Legitara dari SMAN 10, Arsanti Pervaya SMAN 15, Benyamin Eldon SMAN 15, M Zaki Raihansyah SMAN 9, dan Terrence Dimitri dari SMA Muhammadiyah 4.
Mereka menyadari kondisi pandemi sangat berat dirasakan oleh anak-anak. Selama enam bulan terakhir semua anak-anak harus bermain dan belajar di rumah. Sebagian dari mereka pun harus menerima kenyataan keluarganya mengalami tekanan ekonomi serta kesedihan lain. “Kami mencoba untuk terus menatap optimisme melalui lagu dan liriknya yang lebih dekat dengan anak-anak. Sebagian besar berisi motivasi bagi semua anak-anak,” ungkap Inas.
tulis komentar anda