Peneliti: Lindungi Habitat Orangutan Demi Hindari Konflik dengan Manusia
Rabu, 09 September 2020 - 04:08 WIB
JAKARTA - Koordinator Peneliti Ecology and Conservation Center for Tropical Studies (Ecositrop) Yaya Rayadin mengatakan, perlindungan orangutan terbaik adalah melindungi habitatnya untuk menghindari konflik dengan manusia.
"Secara umum perlindungan terhadap orangutan masih menghadapi persoalan yang sama. Habitat mereka semakin sempit karena dipergunakan untuk perkebunan, pertambangan, hutan tanaman, dan pengembangan infrastruktur belum lagi kalau terjadi kebakaran dan perambahan kawasan hutan ," ujarnya di Jakarta, Selasa (8/9/2020).
Kasus-kasus seperti orangutan ditembak, orangutan terjerat, dan lain-lain hanya menjadi bagian kecil kasus konflik dengan manusia. Apabila ingin memberi perlindungan maka agenda besarnya adalah memelihara dan menjaga habitat orangutan agar dapat tetap leluasa mencari makan dan berkembang biak. (Baca juga: Baru di Indonesia, AWS Sediakan Teknologi Canggih Pemantau Orang Utan)
Persoalan pengelolaan habitat tidak berhenti di situ saja karena perlindungan habitat orangutan ini berhadapan dengan perambahan hutan dan penebangan liar yang juga dapat mengancam kelangsungan satwa ini di habitatnya
Pemerintah selain mengeluarkan berbagai kebijakan untuk melindungi habitat orangutan juga punya tanggung jawab wilayah untuk terlibat secara langsung melindungi orangutan yang ada di kawasan taman nasional maupun area konservasi.
Menurut Yaya, beban melindungi habitat orangutan tersebut haruslah dibagi juga kepada pihak swasta, karena faktanya hampir 90 persen populasi orangutan justru berada di luar kawasan konservasi.
Dia mengatakan, pemerintah telah mewajibkan pemilik usaha kehutanan untuk menyediakan minimal 10 persen lahan yang dikelolanya untuk kawasan konservasi.
"Katakan dengan luasan lahan 100.000 hektare yang dikelola perusahaan minimal bisa menyediakan 10.000 hektare untuk konservasi. Itu sudah bisa menyelamatkan 1 kelompok populasi orangutan dengan jumlah 100 individu orangutan," ujar Yaya.
Menurut peneliti yang juga pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman ini, habitat dan populasi orangutan yang berada di luar kawasan konservasi yang jumlahnya hampir 90 persen dari jumlah populasi orangutan di dunia sudah seharusnya mendapat perhatian yang lebih serius.
"Secara umum perlindungan terhadap orangutan masih menghadapi persoalan yang sama. Habitat mereka semakin sempit karena dipergunakan untuk perkebunan, pertambangan, hutan tanaman, dan pengembangan infrastruktur belum lagi kalau terjadi kebakaran dan perambahan kawasan hutan ," ujarnya di Jakarta, Selasa (8/9/2020).
Kasus-kasus seperti orangutan ditembak, orangutan terjerat, dan lain-lain hanya menjadi bagian kecil kasus konflik dengan manusia. Apabila ingin memberi perlindungan maka agenda besarnya adalah memelihara dan menjaga habitat orangutan agar dapat tetap leluasa mencari makan dan berkembang biak. (Baca juga: Baru di Indonesia, AWS Sediakan Teknologi Canggih Pemantau Orang Utan)
Persoalan pengelolaan habitat tidak berhenti di situ saja karena perlindungan habitat orangutan ini berhadapan dengan perambahan hutan dan penebangan liar yang juga dapat mengancam kelangsungan satwa ini di habitatnya
Pemerintah selain mengeluarkan berbagai kebijakan untuk melindungi habitat orangutan juga punya tanggung jawab wilayah untuk terlibat secara langsung melindungi orangutan yang ada di kawasan taman nasional maupun area konservasi.
Menurut Yaya, beban melindungi habitat orangutan tersebut haruslah dibagi juga kepada pihak swasta, karena faktanya hampir 90 persen populasi orangutan justru berada di luar kawasan konservasi.
Dia mengatakan, pemerintah telah mewajibkan pemilik usaha kehutanan untuk menyediakan minimal 10 persen lahan yang dikelolanya untuk kawasan konservasi.
"Katakan dengan luasan lahan 100.000 hektare yang dikelola perusahaan minimal bisa menyediakan 10.000 hektare untuk konservasi. Itu sudah bisa menyelamatkan 1 kelompok populasi orangutan dengan jumlah 100 individu orangutan," ujar Yaya.
Menurut peneliti yang juga pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman ini, habitat dan populasi orangutan yang berada di luar kawasan konservasi yang jumlahnya hampir 90 persen dari jumlah populasi orangutan di dunia sudah seharusnya mendapat perhatian yang lebih serius.
tulis komentar anda