Merayakan Keberagaman dalam Festival Perdamaian di Peacetival Vol 7
Senin, 11 November 2024 - 22:47 WIB
BANDUNG - PeaceGeneration Indonesia kembali menggelar Peacetival Vol 7, sebuah festival perdamaian yang diselenggarakan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Mengusung tema Dari Keberagaman Kita Rajut Perdamaian, Peacetival hadir sebagai platform untuk mempertemukan berbagai kelompok lintas budaya, agama, dan keyakinan, guna menciptakan ruang dialog dan kolaborasi dalam upaya merawat keberagaman dan perdamaian di Indonesia.
Peacetival Vol 7 ini merupakan hasil kolaborasi antara PeaceGeneration Indonesia, ITB, dan sejumlah mitra, seperti Joint Initiative for Strategic Action (JISRA), Pemerintah Australia melalui program Australia Indonesia Partnership for Justice 2 (AIPJ2), serta berbagai organisasi masyarakat sipil dan anak muda dari wilayah Jawa Barat dan Jakarta. Festival ini bertujuan untuk meruntuhkan stigma dan prasangka yang sering kali membatasi hubungan antar kelompok masyarakat.
Direktur Eksekutif PeaceGeneration Indonesia, Irfan Amali mengungkapkan komitmennya untuk menciptakan ruang yang dapat mempertemukan masyarakat dari berbagai latar belakang.
"PeaceGen berkomitmen untuk menciptakan ruang pertemuan yang menjadi jembatan antara masyarakat dari beragam budaya, agama, dan keyakinan, guna mengurangi polarisasi yang ada serta menjaga keberagaman dan perdamaian di Indonesia," ujar Irfan Amali, Senin (11/11/2024).
Peacetival Vol 7 menghadirkan beragam kegiatan interaktif yang dirancang untuk memperkuat pemahaman dan kesadaran peserta mengenai pentingnya perdamaian dan keberagaman. Beberapa kegiatan unggulan dalam festival ini adalah Game for Peace, sebuah arena permainan board game yang dirancang khusus untuk mengasah nilai-nilai perdamaian dan empati. Peserta dapat belajar cara berkomunikasi dan menyelesaikan konflik dalam suasana yang menyenangkan.
Kedua, Present The Peace. Sesi diskusi tentang strategi dan cara membangun serta merawat keberagaman dan perdamaian di Indonesia, memberikan wawasan bagi peserta tentang pentingnya kolaborasi lintas sektoral. Ketiga, Film The Peace. Pemutaran dan diskusi film dokumenter The Invisible Wall, yang menggambarkan pentingnya kerja sama antar komunitas untuk meruntuhkan stigma dan prasangka. Empat, Perform The Peace. Sebuah pertunjukan seni yang melibatkan berbagai seniman, seperti Panji Sakti, Zahra Petani, dan PeaceCapella, serta penampilan dari sekolah dan universitas setempat.
Selain itu, Peacetival juga mengadakan Talk the Peace, sebuah sesi diskusi yang membahas isu keberagaman dari berbagai perspektif. Beberapa topik yang dibahas antara lain Talk the Peace #1-Keberagaman & Pemuda. Topik ini menggali pentingnya pendidikan perdamaian bagi anak muda, dengan panduan dari Irfan Amali yang menjelaskan peran pendidikan dalam membentuk generasi muda yang lebih toleran.
Selanjutnya, Talk the Peace #2-Keberagaman & Lingkungan. Membahas tanggung jawab bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan, sebagai bentuk kepedulian lintas keyakinan dan budaya. Talk the Peace #3-Keberagaman & Perempuan, menyoroti peran perempuan dalam menjaga keberagaman dan membahas perspektif advokasi yang dilakukan oleh organisasi perempuan, dengan perwakilan dari Fatayat NU dan organisasi perempuan lainnya.
Selain itu, Peacetival juga menjadi ajang peluncuran K-Hub PCVE Outlook #4: Strategi Komunikasi Digital Tangkal Paham Radikal, sebuah riset yang mengulas strategi komunikasi digital organisasi masyarakat sipil dalam menangkal ekstremisme kekerasan. Riset ini merupakan hasil kolaborasi antara Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) dan Pemerintah Australia melalui AIPJ2. Peluncuran riset ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Deputi Kerjasama Internasional BNPT RI, perwakilan AIPJ2, serta Direktur Eksekutif PeaceGeneration Indonesia.
Para peserta juga dapat mengunjungi booth K-Hub, yang menampilkan produk-produk edukatif dan kuis interaktif, guna meningkatkan pemahaman tentang strategi komunikasi yang dapat memperkuat upaya perdamaian.
Dengan rangkaian kegiatan yang mencakup diskusi, permainan, film, seni, dan riset, Peacetival Vol 7 diharapkan dapat memperkuat kerja sama lintas sektoral dalam merawat keberagaman dan perdamaian di Indonesia. Festival ini menjadi bukti nyata bahwa melalui kolaborasi antara masyarakat sipil, institusi pendidikan, pemerintah, dan kaum muda, perdamaian dan keberagaman dapat dijaga dan dipelihara secara kreatif dan interaktif.
Peacetival Vol 7 ini merupakan hasil kolaborasi antara PeaceGeneration Indonesia, ITB, dan sejumlah mitra, seperti Joint Initiative for Strategic Action (JISRA), Pemerintah Australia melalui program Australia Indonesia Partnership for Justice 2 (AIPJ2), serta berbagai organisasi masyarakat sipil dan anak muda dari wilayah Jawa Barat dan Jakarta. Festival ini bertujuan untuk meruntuhkan stigma dan prasangka yang sering kali membatasi hubungan antar kelompok masyarakat.
Direktur Eksekutif PeaceGeneration Indonesia, Irfan Amali mengungkapkan komitmennya untuk menciptakan ruang yang dapat mempertemukan masyarakat dari berbagai latar belakang.
"PeaceGen berkomitmen untuk menciptakan ruang pertemuan yang menjadi jembatan antara masyarakat dari beragam budaya, agama, dan keyakinan, guna mengurangi polarisasi yang ada serta menjaga keberagaman dan perdamaian di Indonesia," ujar Irfan Amali, Senin (11/11/2024).
Peacetival Vol 7 menghadirkan beragam kegiatan interaktif yang dirancang untuk memperkuat pemahaman dan kesadaran peserta mengenai pentingnya perdamaian dan keberagaman. Beberapa kegiatan unggulan dalam festival ini adalah Game for Peace, sebuah arena permainan board game yang dirancang khusus untuk mengasah nilai-nilai perdamaian dan empati. Peserta dapat belajar cara berkomunikasi dan menyelesaikan konflik dalam suasana yang menyenangkan.
Kedua, Present The Peace. Sesi diskusi tentang strategi dan cara membangun serta merawat keberagaman dan perdamaian di Indonesia, memberikan wawasan bagi peserta tentang pentingnya kolaborasi lintas sektoral. Ketiga, Film The Peace. Pemutaran dan diskusi film dokumenter The Invisible Wall, yang menggambarkan pentingnya kerja sama antar komunitas untuk meruntuhkan stigma dan prasangka. Empat, Perform The Peace. Sebuah pertunjukan seni yang melibatkan berbagai seniman, seperti Panji Sakti, Zahra Petani, dan PeaceCapella, serta penampilan dari sekolah dan universitas setempat.
Selain itu, Peacetival juga mengadakan Talk the Peace, sebuah sesi diskusi yang membahas isu keberagaman dari berbagai perspektif. Beberapa topik yang dibahas antara lain Talk the Peace #1-Keberagaman & Pemuda. Topik ini menggali pentingnya pendidikan perdamaian bagi anak muda, dengan panduan dari Irfan Amali yang menjelaskan peran pendidikan dalam membentuk generasi muda yang lebih toleran.
Selanjutnya, Talk the Peace #2-Keberagaman & Lingkungan. Membahas tanggung jawab bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan, sebagai bentuk kepedulian lintas keyakinan dan budaya. Talk the Peace #3-Keberagaman & Perempuan, menyoroti peran perempuan dalam menjaga keberagaman dan membahas perspektif advokasi yang dilakukan oleh organisasi perempuan, dengan perwakilan dari Fatayat NU dan organisasi perempuan lainnya.
Selain itu, Peacetival juga menjadi ajang peluncuran K-Hub PCVE Outlook #4: Strategi Komunikasi Digital Tangkal Paham Radikal, sebuah riset yang mengulas strategi komunikasi digital organisasi masyarakat sipil dalam menangkal ekstremisme kekerasan. Riset ini merupakan hasil kolaborasi antara Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) dan Pemerintah Australia melalui AIPJ2. Peluncuran riset ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Deputi Kerjasama Internasional BNPT RI, perwakilan AIPJ2, serta Direktur Eksekutif PeaceGeneration Indonesia.
Para peserta juga dapat mengunjungi booth K-Hub, yang menampilkan produk-produk edukatif dan kuis interaktif, guna meningkatkan pemahaman tentang strategi komunikasi yang dapat memperkuat upaya perdamaian.
Dengan rangkaian kegiatan yang mencakup diskusi, permainan, film, seni, dan riset, Peacetival Vol 7 diharapkan dapat memperkuat kerja sama lintas sektoral dalam merawat keberagaman dan perdamaian di Indonesia. Festival ini menjadi bukti nyata bahwa melalui kolaborasi antara masyarakat sipil, institusi pendidikan, pemerintah, dan kaum muda, perdamaian dan keberagaman dapat dijaga dan dipelihara secara kreatif dan interaktif.
(abd)
tulis komentar anda