Dukungan Sosial: Akhiri Kasus Lansia Meninggal Dalam Kesendirian
Selasa, 24 September 2024 - 12:50 WIB
Siti Napsiyah Ariefuzzaman
Dosen Prodi Kesejahteraan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PADA pertengahan bulan Juli 2024, masyarakat mendapatkan berita tentang meninggalnya pasangan suami istri (pasutri) lansia , Hans Tomasoa (83) dan Rita Tomasoa (72) di Jonggol Kabupaten Bogor. Keduanya ditemukan warga dan polisi sudah dalam keadaan jasad membusuk. Dari penelusuran berita, polisi belum bisa menemukan penyebab meninggalnya pasangan lansia tersebut.
Kesaksian warga sebagaimana diwartakan oleh media, bahwa pasutri lansia tersebut tinggal hanya berdua. Tetangga tidak mengetahui keberadaan anak-anaknya. Yang mengurus keduanya selama ini menurut keterangan tetangga adalah jemaat gereja.
Meskipun ternyata menurut informasi, pasutri lansia ini memiliki tiga anak yang tinggal jauh dari mereka. Bahkan ketiga anaknya tersebut hingga kasus ditemukan orang tuanya wafat tidak ada satu pun yang datang.
Beberapa bulan berselang, diberitakan kasus pasutri lanjut usia berinisial BK (70) dan RB (65) ditemukan tewas di rumah mereka di Kompleks Metropolitan Cipondoh, Kota Tangerang. Kasus ini pertama kali terungkap pada Kamis (5/9/2024), ketika warga sekitar mendapati rumah pasutri tersebut terkunci dari dalam dan tidak ada aktivitas sejak akhir Agustus.
Setelah mendobrak pintu, warga menemukan kedua korban tewas di lokasi yang berbeda di dalam rumah. Jasad RB ditemukan di atas kasur, sedangkan jasad BK ditemukan tergeletak di ruang tamu dengan dua pisau di dekatnya.
Berdasarkan laporan ahli forensik, dimungkinkan terdapat tiga penyebab kematian pasangan lansia ini, yaitu bunuh diri bersama. Pembunuhan diikuti bunuh diri, atau pembunuhan dengan tujuan tertentu. Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyatakan bahwa jumlah luka yang tidak wajar tersebut dapat menjadi kunci pengungkapan kasus ini (2024).
Peristiwa tewasnya pasutri lansia tanpa didampingi keluarga mengundang berbagai tanggapan, dan komentar warganet yang mengarah pada anak-anak mereka. Mereka mengecam kepada anak-anak lansia mengapa tidak ada yang mengurus orang tuanya.
Dosen Prodi Kesejahteraan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PADA pertengahan bulan Juli 2024, masyarakat mendapatkan berita tentang meninggalnya pasangan suami istri (pasutri) lansia , Hans Tomasoa (83) dan Rita Tomasoa (72) di Jonggol Kabupaten Bogor. Keduanya ditemukan warga dan polisi sudah dalam keadaan jasad membusuk. Dari penelusuran berita, polisi belum bisa menemukan penyebab meninggalnya pasangan lansia tersebut.
Kesaksian warga sebagaimana diwartakan oleh media, bahwa pasutri lansia tersebut tinggal hanya berdua. Tetangga tidak mengetahui keberadaan anak-anaknya. Yang mengurus keduanya selama ini menurut keterangan tetangga adalah jemaat gereja.
Meskipun ternyata menurut informasi, pasutri lansia ini memiliki tiga anak yang tinggal jauh dari mereka. Bahkan ketiga anaknya tersebut hingga kasus ditemukan orang tuanya wafat tidak ada satu pun yang datang.
Beberapa bulan berselang, diberitakan kasus pasutri lanjut usia berinisial BK (70) dan RB (65) ditemukan tewas di rumah mereka di Kompleks Metropolitan Cipondoh, Kota Tangerang. Kasus ini pertama kali terungkap pada Kamis (5/9/2024), ketika warga sekitar mendapati rumah pasutri tersebut terkunci dari dalam dan tidak ada aktivitas sejak akhir Agustus.
Setelah mendobrak pintu, warga menemukan kedua korban tewas di lokasi yang berbeda di dalam rumah. Jasad RB ditemukan di atas kasur, sedangkan jasad BK ditemukan tergeletak di ruang tamu dengan dua pisau di dekatnya.
Berdasarkan laporan ahli forensik, dimungkinkan terdapat tiga penyebab kematian pasangan lansia ini, yaitu bunuh diri bersama. Pembunuhan diikuti bunuh diri, atau pembunuhan dengan tujuan tertentu. Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyatakan bahwa jumlah luka yang tidak wajar tersebut dapat menjadi kunci pengungkapan kasus ini (2024).
Peristiwa tewasnya pasutri lansia tanpa didampingi keluarga mengundang berbagai tanggapan, dan komentar warganet yang mengarah pada anak-anak mereka. Mereka mengecam kepada anak-anak lansia mengapa tidak ada yang mengurus orang tuanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda