Prabowo Bertemu Putin, Pengamat: Akselerasi Teknologi Nuklir bagi Maritim Indonesia
Rabu, 14 Agustus 2024 - 10:27 WIB
Selain infrastruktur dan regulasi, tambah Alumni Magister Ilmu Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya tahun 2024 ini, pelatihan sumber daya manusia juga menjadi tantangan. Teknologi propulsi nuklir memerlukan tenaga kerja yang kompeten dan tersertifikasi untuk menangani bahan bakar nuklir dan sistem propulsi yang kompleks.
“Indonesia masih berada pada tahap awal dalam pelatihan tenaga kerja di bidang ini, dan pelatihan serta pengembangan profesional yang lebih lanjut sangat diperlukan,” ujarnya.
Menurut Capt. Hakeng, untuk mengatasi berbagai tantangan ini, diperlukan komitmen kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan komunitas internasional. Pengembangan infrastruktur, regulasi yang efektif, dan pelatihan tenaga kerja yang kompeten harus menjadi prioritas dalam upaya Indonesia untuk mengimplementasikan teknologi propulsi nuklir pada kapal laut. Dari perspektif ekonomi, biaya investasi awal untuk pengembangan kapal berpropulsi nuklir dan infrastruktur pendukungnya sangat tinggi.
“Maka Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan apakah manfaat jangka panjang dari penghematan biaya operasional dan pengurangan emisi dapat mengimbangi biaya awal yang besar ini. Analisis ekonomi mendalam diperlukan untuk mengevaluasi apakah keuntungan jangka panjang sepadan dengan investasi awal,” imbuhnya seraya menambahkan bahwa aspek geopolitik juga memainkan peranan penting dalam adopsi teknologi nuklir di sektor maritim.
Capt. Hakeng menambahkan, penggunaan teknologi ini dapat mempengaruhi dinamika regional, terutama di Asia Tenggara yang sensitif terhadap isu-isu nuklir. Indonesia perlu mengelola dengan hati-hati aspek politik dan diplomatik yang terkait, dengan memastikan bahwa teknologi ini diterima secara luas dan tidak menimbulkan ketegangan geopolitik.
“Strategi diplomatik yang bijaksana dan koordinasi internasional akan menjadi kunci dalam mengoptimalkan potensi teknologi propulsi nuklir sambil mengatasi hambatan yang ada,” jelasnya.
Pengembangan teknologi propulsi nuklir juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi strategisnya di kancah internasional. Dengan memanfaatkan teknologi canggih ini, Indonesia dapat meningkatkan kapabilitas maritimnya, yang pada gilirannya memperkuat daya saing negara dalam perdagangan global serta meningkatkan keamanan dan kedaulatan wilayah lautnya. Teknologi ini juga dapat menempatkan Indonesia sebagai pionir di kawasan Asia Tenggara dalam penerapan teknologi maritim berkelanjutan.
Pengembangan teknologi nuklir ini tidak lepas dari tantangan sosial. Masyarakat Indonesia mungkin memiliki kekhawatiran tentang keselamatan dan dampak lingkungan dari penggunaan nuklir, terutama mengingat sejarah kecelakaan nuklir yang pernah terjadi di dunia.
“Oleh karena itu, diperlukan upaya sosialisasi yang kuat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat dan risiko teknologi ini, serta langkah-langkah keselamatan yang akan diambil,” katanya.
“Indonesia masih berada pada tahap awal dalam pelatihan tenaga kerja di bidang ini, dan pelatihan serta pengembangan profesional yang lebih lanjut sangat diperlukan,” ujarnya.
Menurut Capt. Hakeng, untuk mengatasi berbagai tantangan ini, diperlukan komitmen kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan komunitas internasional. Pengembangan infrastruktur, regulasi yang efektif, dan pelatihan tenaga kerja yang kompeten harus menjadi prioritas dalam upaya Indonesia untuk mengimplementasikan teknologi propulsi nuklir pada kapal laut. Dari perspektif ekonomi, biaya investasi awal untuk pengembangan kapal berpropulsi nuklir dan infrastruktur pendukungnya sangat tinggi.
“Maka Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan apakah manfaat jangka panjang dari penghematan biaya operasional dan pengurangan emisi dapat mengimbangi biaya awal yang besar ini. Analisis ekonomi mendalam diperlukan untuk mengevaluasi apakah keuntungan jangka panjang sepadan dengan investasi awal,” imbuhnya seraya menambahkan bahwa aspek geopolitik juga memainkan peranan penting dalam adopsi teknologi nuklir di sektor maritim.
Capt. Hakeng menambahkan, penggunaan teknologi ini dapat mempengaruhi dinamika regional, terutama di Asia Tenggara yang sensitif terhadap isu-isu nuklir. Indonesia perlu mengelola dengan hati-hati aspek politik dan diplomatik yang terkait, dengan memastikan bahwa teknologi ini diterima secara luas dan tidak menimbulkan ketegangan geopolitik.
“Strategi diplomatik yang bijaksana dan koordinasi internasional akan menjadi kunci dalam mengoptimalkan potensi teknologi propulsi nuklir sambil mengatasi hambatan yang ada,” jelasnya.
Pengembangan teknologi propulsi nuklir juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi strategisnya di kancah internasional. Dengan memanfaatkan teknologi canggih ini, Indonesia dapat meningkatkan kapabilitas maritimnya, yang pada gilirannya memperkuat daya saing negara dalam perdagangan global serta meningkatkan keamanan dan kedaulatan wilayah lautnya. Teknologi ini juga dapat menempatkan Indonesia sebagai pionir di kawasan Asia Tenggara dalam penerapan teknologi maritim berkelanjutan.
Pengembangan teknologi nuklir ini tidak lepas dari tantangan sosial. Masyarakat Indonesia mungkin memiliki kekhawatiran tentang keselamatan dan dampak lingkungan dari penggunaan nuklir, terutama mengingat sejarah kecelakaan nuklir yang pernah terjadi di dunia.
“Oleh karena itu, diperlukan upaya sosialisasi yang kuat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat dan risiko teknologi ini, serta langkah-langkah keselamatan yang akan diambil,” katanya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda