Mardani Ali Sera: Selamatkan Rakyat Dulu, Baru Ekonomi
Kamis, 20 Agustus 2020 - 09:48 WIB
JAKARTA - Penyebaran virus Sars Cov-II masih belum bisa dikendalikan. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 pada 19 Agustus 2020, jumlah orang yang terpapar sebanyak 144.945.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera mengatakan pemerintah harus sadar bahwa masalah ini bisa menjadi bom waktu jika tidak ditangani dengan sungguh-sungguh. Dalam beberapa kesempatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan hati-hati kemungkinan munculnya gelombang kedua pandemi COVID-19. (Baca juga: Sebut Ada Ancaman, Sejumlah Purnawirawan TNI Temui Rizal Ramli)
Mardani menilai itu sebuah ironi. Sebab, puncak gelombang pertama belum diketahui. Hal ini merujuk pada kasus positif COVID-19 yang terus meningkat.
“Meski terlambat. Langkah pencegahan penyebaran mesti menjadi fokus. Terapkan 3T; tes, tracing, dan treatment. Kemudian diiringi dengan peraturan yang memaksa protokol kesehatan agar dipatuhi warga,” ujarnya melalui akun twitter @MardaniAliSera, Kamis (20/8/2020).
Lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menyatakan pandemi COVID-19 bukan hanya menyangkut kesehatan individu, tetapi masyarakat dan bangsa. Jika kasus positif terus meningkat tanpa diiringi penambahan fasilitas kesehatan, dikhawatirkan pasien Covid-19 akan membludak dan petugas kesehatan kewalahan.
Dia menegaskan tanpa tindakan preventif yang masif dan terukur, ini jelas seperti pembiaran. Sebagai informasi, jumlah dokter Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yakni 0,4 per 1.000 penduduk.
“Secara tidak langsung, kita hanya punya 4 dokter untuk melayani 10.000 penduduk. Jauh lebih rendah dari Singapura yang mempunyai 2 dokter per 1.000 penduduk,” terangnya.
Mardani menilai sampai saat ini banyak langkah pemerintah yang mengundah blunder. Salah satunya, penerapan kenormalan baru yang tidak dikaji secara matang.
Hal ini menyebabkan munculnya klaster-klaster baru, seperti perkantoran. Selain itu, kebijakan mendorong kunjungan kerja (kunker) untuk memacu ekonomi juga menambah klaster baru. “Mau sampai kapan kebijakan tanpa grand design yang jelas dan based on science lintang bidang?” katanya.
Tantangan pemerintah akan semakin bertambah dengan adanya kemungkinan resesi. Memang resesi terjadi di semua negara. Mardani menjelaskan ekonomi tidak akan pulih total bila pandemi COVID-19 belum diatasi. (Baca juga: Netizen Iseng Jodohkan Gatot Nurmantyo-Titiek Soeharto)
“Kita semua layak khawatir Indonesia bisa masuk jurang resesi lebih dalam pada kuartal III-2020 jika tidak segera berbenah. Menyelamatkan rakyat terlebih dahulu merupakan strategi terbaik jika ingin menyelamatkan ekonomi,” pungkasnya.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera mengatakan pemerintah harus sadar bahwa masalah ini bisa menjadi bom waktu jika tidak ditangani dengan sungguh-sungguh. Dalam beberapa kesempatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan hati-hati kemungkinan munculnya gelombang kedua pandemi COVID-19. (Baca juga: Sebut Ada Ancaman, Sejumlah Purnawirawan TNI Temui Rizal Ramli)
Mardani menilai itu sebuah ironi. Sebab, puncak gelombang pertama belum diketahui. Hal ini merujuk pada kasus positif COVID-19 yang terus meningkat.
“Meski terlambat. Langkah pencegahan penyebaran mesti menjadi fokus. Terapkan 3T; tes, tracing, dan treatment. Kemudian diiringi dengan peraturan yang memaksa protokol kesehatan agar dipatuhi warga,” ujarnya melalui akun twitter @MardaniAliSera, Kamis (20/8/2020).
Lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menyatakan pandemi COVID-19 bukan hanya menyangkut kesehatan individu, tetapi masyarakat dan bangsa. Jika kasus positif terus meningkat tanpa diiringi penambahan fasilitas kesehatan, dikhawatirkan pasien Covid-19 akan membludak dan petugas kesehatan kewalahan.
Dia menegaskan tanpa tindakan preventif yang masif dan terukur, ini jelas seperti pembiaran. Sebagai informasi, jumlah dokter Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yakni 0,4 per 1.000 penduduk.
“Secara tidak langsung, kita hanya punya 4 dokter untuk melayani 10.000 penduduk. Jauh lebih rendah dari Singapura yang mempunyai 2 dokter per 1.000 penduduk,” terangnya.
Mardani menilai sampai saat ini banyak langkah pemerintah yang mengundah blunder. Salah satunya, penerapan kenormalan baru yang tidak dikaji secara matang.
Hal ini menyebabkan munculnya klaster-klaster baru, seperti perkantoran. Selain itu, kebijakan mendorong kunjungan kerja (kunker) untuk memacu ekonomi juga menambah klaster baru. “Mau sampai kapan kebijakan tanpa grand design yang jelas dan based on science lintang bidang?” katanya.
Tantangan pemerintah akan semakin bertambah dengan adanya kemungkinan resesi. Memang resesi terjadi di semua negara. Mardani menjelaskan ekonomi tidak akan pulih total bila pandemi COVID-19 belum diatasi. (Baca juga: Netizen Iseng Jodohkan Gatot Nurmantyo-Titiek Soeharto)
“Kita semua layak khawatir Indonesia bisa masuk jurang resesi lebih dalam pada kuartal III-2020 jika tidak segera berbenah. Menyelamatkan rakyat terlebih dahulu merupakan strategi terbaik jika ingin menyelamatkan ekonomi,” pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda