Sejarawan Tolak Usulan Jadikan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional
Rabu, 22 Mei 2024 - 21:52 WIB
JAKARTA - Sejarawan Indonesia Bonny Triyana menolak adanya usulan untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 RI Soeharto. Menurutnya, hal ini justru mengesampingkan semangat reformasi.
"Rencana untuk menjadikan Soeharto pahlawan. Ini kan pembacaan politik yang harus kita lawan, harus kita waspadai," kata Bonny usai menghadiri acara diskusi 26 Tahun Gerakan Reformasi bertajuk 'Antara Kenyataan dan Harapan' yang digelar di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2024).
Dia menilai cara-cara yang sangat otoriter di masa lalu yang pernah dirasakan rakyat Indonesia tidak boleh lagi terulang. Maka itu, ia mengajak seluruh rakyat Indonesia sudah seharusnya menolak adanya usulan untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.
Bonny memandang kemunculan usulan ini sengaja untuk membuat rakyat Indonesia menjadi lupa apa yang pernah dialami selama masa orde baru saat itu. Hal ini juga menjadikan orang-orang abai terhadap apa yang terjadi pada masa itu.
"Bahkan melupakan reformasi itu sendiri. Dalam arti ketika praktik negara itu menyimpang dari cita-cita reformasi, ya kita harus sama-sama berteriak dan melawan," pungkasnya.
"Rencana untuk menjadikan Soeharto pahlawan. Ini kan pembacaan politik yang harus kita lawan, harus kita waspadai," kata Bonny usai menghadiri acara diskusi 26 Tahun Gerakan Reformasi bertajuk 'Antara Kenyataan dan Harapan' yang digelar di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2024).
Dia menilai cara-cara yang sangat otoriter di masa lalu yang pernah dirasakan rakyat Indonesia tidak boleh lagi terulang. Maka itu, ia mengajak seluruh rakyat Indonesia sudah seharusnya menolak adanya usulan untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.
Bonny memandang kemunculan usulan ini sengaja untuk membuat rakyat Indonesia menjadi lupa apa yang pernah dialami selama masa orde baru saat itu. Hal ini juga menjadikan orang-orang abai terhadap apa yang terjadi pada masa itu.
"Bahkan melupakan reformasi itu sendiri. Dalam arti ketika praktik negara itu menyimpang dari cita-cita reformasi, ya kita harus sama-sama berteriak dan melawan," pungkasnya.
(rca)
Lihat Juga :
tulis komentar anda