IPW Ungkap '3 Gerbong Besar' dalam Mutasi di Tubuh Polri
Jum'at, 01 Mei 2020 - 13:47 WIB
JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menganggap, mutasi besar- besaran yang dilakukan Polri saat ini adalah hal biasa untuk penyegaran organisasi di kepolisian. IPW melihat dalam mutasi ini ada 'tiga gerbong besar' yang bergerak.
"Yakni naiknya orangnya Jokowi menjadi Kapolda Jateng, naiknya orang orangnya Idham Azis di antaranya menjadi Kapolda Kalteng dan Kapolda Jatim, serta naiknya orangnya Budi Gunawan menjadi jenderal bintang tiga," ungkap Neta kepada SINDOnews, Jumat (1/5/2020).
Neta menyatakan, naiknya 'orangnya' Jokowi menjadi Kapolda Jateng ini cukup fenomenal bagi dinamika Polri. Sebab, yang bersangkutan bukanlah alumni akademi kepolisian. Menurut dia, jika melihat cepatnya karier yang bersangkutan melesat setelah menjadi 'panitia pengamanan pernikahan putri Jokowi di Solo, sepertinya yang bersangkutan sedang dipersiapkan Jokowi untuk menjadi calon Kapolri ke depan.
"Bisa jadi akan dipersiapkan menggantikan Idham Azis. Dari mutasi besar kali ini yang paling fenomenal dalam penilaian IPW, adalah naiknya Wakapolda Jateng menjadi Kapolda. Sekaligus hal ini menandai untuk pertama kalinya figur non-Akpol tampil menjadi Kapolda Jateng," tutur Neta.
Fenomena lain, kata Neta, adalah naiknya mantan ajudan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi jenderal bintang tiga dan menjabat posisi strategis, yakni Kabaintelkam. Biasanya, posisi Kabaintelkam selama ini dipegang oleh figur yang dekat dengan kekuasaan karena menyangkut kemampuan analisa keamanan dan cipta kondisi bagi situasi kamtibmas dan kelanggengan kekuasaan.
"IPW belum mendapat info A, kenapa mantan ajudan Presiden SBY bisa tampil menjadi Kabaintelkam Polri di era Presiden Jokowi," ucapnya.
Selain itu, lanjut Neta, fenomena yang tak kalah menarik adalah digesernya Kapolda Jatim ke posisi Wakalemdikpol. Padahal, di masa Pilpres 2019, Jatim sangat aman dan kondusif serta memberikan suara kemenangan yang signifikan bagi kemenangan Jokowi dalam perolehan suara.
"Jadi pertanyaan memang, kenapa Kapolda Jatim tergeser ke Wakalemdikpol, sementara ada Kapolda yang 'tidak berdarah darah' di Pilpres 2019 dinaikkan jadi bintang tiga. Fenomena ini sangat ironis, jika dilihat lagi bahwa Pangdam Brawijaya belum lama ini naik posisi menjadi jenderal bintang tiga," ungkapnya.
Neta juga menyebut, mutasi kali ini membawa sejumlah teman-teman satu Angkatan Akpol dengan Idham Azis bergeser ke tempat strategis. Begitu juga beberapa alumni Densus 88 bergeser ke tempat strategis.
"Yakni naiknya orangnya Jokowi menjadi Kapolda Jateng, naiknya orang orangnya Idham Azis di antaranya menjadi Kapolda Kalteng dan Kapolda Jatim, serta naiknya orangnya Budi Gunawan menjadi jenderal bintang tiga," ungkap Neta kepada SINDOnews, Jumat (1/5/2020).
Neta menyatakan, naiknya 'orangnya' Jokowi menjadi Kapolda Jateng ini cukup fenomenal bagi dinamika Polri. Sebab, yang bersangkutan bukanlah alumni akademi kepolisian. Menurut dia, jika melihat cepatnya karier yang bersangkutan melesat setelah menjadi 'panitia pengamanan pernikahan putri Jokowi di Solo, sepertinya yang bersangkutan sedang dipersiapkan Jokowi untuk menjadi calon Kapolri ke depan.
"Bisa jadi akan dipersiapkan menggantikan Idham Azis. Dari mutasi besar kali ini yang paling fenomenal dalam penilaian IPW, adalah naiknya Wakapolda Jateng menjadi Kapolda. Sekaligus hal ini menandai untuk pertama kalinya figur non-Akpol tampil menjadi Kapolda Jateng," tutur Neta.
Fenomena lain, kata Neta, adalah naiknya mantan ajudan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi jenderal bintang tiga dan menjabat posisi strategis, yakni Kabaintelkam. Biasanya, posisi Kabaintelkam selama ini dipegang oleh figur yang dekat dengan kekuasaan karena menyangkut kemampuan analisa keamanan dan cipta kondisi bagi situasi kamtibmas dan kelanggengan kekuasaan.
"IPW belum mendapat info A, kenapa mantan ajudan Presiden SBY bisa tampil menjadi Kabaintelkam Polri di era Presiden Jokowi," ucapnya.
Selain itu, lanjut Neta, fenomena yang tak kalah menarik adalah digesernya Kapolda Jatim ke posisi Wakalemdikpol. Padahal, di masa Pilpres 2019, Jatim sangat aman dan kondusif serta memberikan suara kemenangan yang signifikan bagi kemenangan Jokowi dalam perolehan suara.
"Jadi pertanyaan memang, kenapa Kapolda Jatim tergeser ke Wakalemdikpol, sementara ada Kapolda yang 'tidak berdarah darah' di Pilpres 2019 dinaikkan jadi bintang tiga. Fenomena ini sangat ironis, jika dilihat lagi bahwa Pangdam Brawijaya belum lama ini naik posisi menjadi jenderal bintang tiga," ungkapnya.
Neta juga menyebut, mutasi kali ini membawa sejumlah teman-teman satu Angkatan Akpol dengan Idham Azis bergeser ke tempat strategis. Begitu juga beberapa alumni Densus 88 bergeser ke tempat strategis.
tulis komentar anda