Kemenkominfo Gelar Kegiatan Bertema Periksa Fakta Sederhana di SMAN 33 Jakarta
Sabtu, 27 April 2024 - 09:10 WIB
”Kita harus paham informasi apa yang kita sebarkan dan kita share informasi itu harus benar dan seusai fakta, jangan sampai kita merugikan orang lain karena hoax. Jangan asal follow, karena belum tentu dia itu menyebarkan berita baik. Ada yang suka share dan menggunakan hashtag viralkan? Biasanya ini orang tidak terlalu yakin tapi mereka malah membantu untuk memviralkan,” tambah Trisno.
Sementara narasumber kedua pada kegiatan ini, Lestari Nurhajati selaku Wakil Rektor IV Institut Komunikasi & Bisnis LSPR / Anggota JAPELIDI menyampaikan paparan yang berfokus pada salah satu pilar literasi digital, yaitu keamanan digital.
Pengguna layanan digital terutama anak perlu paham cara melindungi data terutama data pribadi yang bersifat rahasia. Menggunakan password dengan kombinasi unik, terdapat huruf, angka, tanda baca dan sebagainya merupakan salah satu upaya kita dalam mengamankan data diri di dunia digital. Gunakan password yang berbeda di setiap akun dan ganti password secara berkala. Perkuat password dengan mengaktifkan 2 factor autentication sebagai keamanan digital berlapis.
”Tidak ada yang aman 100 persen di dunia digital. Yang bisa kita gunakan yaitu mengurangi resiko sedapat mungkin, kemanan berbanding terbalik karena itu selalu berfikir positif,” tutur Lestari.
Sementara itu, pada saat ini pengguna internet di Indonesia berasal dari segala kalangan dan usia dengan angka pengguna internet yang selalu naik setiap tahunnya. Content creator Heni Handayani Lestari yang hadir sebagai narasumber ketiga dalam paparannya menyatakan keberadaan internet harus disikapi dengan bijak.
Keberadaan internet, tentu memudahkan para pengguna internet terutama pelajar untuk mengakses informasi. Dalam menggunakan mesin pencarian seperti google, pastikan para pelajar tidak misinformasi, menyebarkan informasi yang salah. Selain itu, juga hindari disinformasi, yaitu menyebarkan berita yang tidak baik hingga merugikan orang lain. Cari informasi dari sumber terpercaya, atau bisa menggunakan google fact tools untuk melihat keslian dari suatu informasi.
Dalam menggunakan media sosial, pahami terlebih dahulu kelebihan dan kekurangan masing-masing platform. Buat konten yang bermakna, sesuai dengan minat masing-masing. Begitu pun hal nya saat menggunakan aplikasi percakapan seperti WhatsApp, jangan mudah mengetik atau menyebarkan hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
”Kita bisa mencapai cakap digital jika kita tahu pemahaman digital dan perangkat lunak. Kita harus selalu diharapkan bisa mengoptimalkan pengguna perangkat digital utamanya perangkat lunak sebagai fitur proteksi diri dari serangan siber,” tutup Heni.
Kegiatan chip in kemudian ditutup oleh sesi tanya jawab antar peserta dan seluruh narasumber. Seorang siswa melontarkan pertanyaan bagaimana cara kita membantu orang tua yang tidak cakap dengan teknologi.
Pertanyaan ini mendapat tanggapan dari Lestari Nurhajati yang menjelaskan bahwa kita dapat membantu orang tua dengan memberi penjelasan tentang cara mencari informasi yang valid dan hoaks. Menunjukkan perbedaan dan bukti-bukti antara informasi yang berasal dari sumber terpercaya dan sumber tidak tepat.
Sementara narasumber kedua pada kegiatan ini, Lestari Nurhajati selaku Wakil Rektor IV Institut Komunikasi & Bisnis LSPR / Anggota JAPELIDI menyampaikan paparan yang berfokus pada salah satu pilar literasi digital, yaitu keamanan digital.
Pengguna layanan digital terutama anak perlu paham cara melindungi data terutama data pribadi yang bersifat rahasia. Menggunakan password dengan kombinasi unik, terdapat huruf, angka, tanda baca dan sebagainya merupakan salah satu upaya kita dalam mengamankan data diri di dunia digital. Gunakan password yang berbeda di setiap akun dan ganti password secara berkala. Perkuat password dengan mengaktifkan 2 factor autentication sebagai keamanan digital berlapis.
”Tidak ada yang aman 100 persen di dunia digital. Yang bisa kita gunakan yaitu mengurangi resiko sedapat mungkin, kemanan berbanding terbalik karena itu selalu berfikir positif,” tutur Lestari.
Sementara itu, pada saat ini pengguna internet di Indonesia berasal dari segala kalangan dan usia dengan angka pengguna internet yang selalu naik setiap tahunnya. Content creator Heni Handayani Lestari yang hadir sebagai narasumber ketiga dalam paparannya menyatakan keberadaan internet harus disikapi dengan bijak.
Keberadaan internet, tentu memudahkan para pengguna internet terutama pelajar untuk mengakses informasi. Dalam menggunakan mesin pencarian seperti google, pastikan para pelajar tidak misinformasi, menyebarkan informasi yang salah. Selain itu, juga hindari disinformasi, yaitu menyebarkan berita yang tidak baik hingga merugikan orang lain. Cari informasi dari sumber terpercaya, atau bisa menggunakan google fact tools untuk melihat keslian dari suatu informasi.
Dalam menggunakan media sosial, pahami terlebih dahulu kelebihan dan kekurangan masing-masing platform. Buat konten yang bermakna, sesuai dengan minat masing-masing. Begitu pun hal nya saat menggunakan aplikasi percakapan seperti WhatsApp, jangan mudah mengetik atau menyebarkan hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
”Kita bisa mencapai cakap digital jika kita tahu pemahaman digital dan perangkat lunak. Kita harus selalu diharapkan bisa mengoptimalkan pengguna perangkat digital utamanya perangkat lunak sebagai fitur proteksi diri dari serangan siber,” tutup Heni.
Kegiatan chip in kemudian ditutup oleh sesi tanya jawab antar peserta dan seluruh narasumber. Seorang siswa melontarkan pertanyaan bagaimana cara kita membantu orang tua yang tidak cakap dengan teknologi.
Pertanyaan ini mendapat tanggapan dari Lestari Nurhajati yang menjelaskan bahwa kita dapat membantu orang tua dengan memberi penjelasan tentang cara mencari informasi yang valid dan hoaks. Menunjukkan perbedaan dan bukti-bukti antara informasi yang berasal dari sumber terpercaya dan sumber tidak tepat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda