Hasto Sebut Ada Kemiripan Soeharto dan Jokowi Pertahankan Kepemimpinan Lewat Pemilu
Selasa, 02 April 2024 - 19:39 WIB
JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto menilai ada kemiripan antara Soeharto dan Joko Widodo (Jokowi) dalam upaya mempertahankan kepemimpinannya lewat pesta demokrasi pemilu. Soeharto dan Jokowi menggunakan abuse of power seperti memakai aparat negara.
Hal itu disampaikan Hasto dalam kegiatan Bedah Buku 'NU, PNI, dan Kekerasan Pemilu 1971' karya Ken Ward (1972) yang digelar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).
Hasto mengatakan ketika membaca buku ini tak hanya muncul wajah Soeharto. Ia juga menyatakan melihat wajah Jokowi.
"Saya mencoba menghilangkan Pak Jokowi, tetapi sulit. Maklum 23 tahun bersama Pak Jokowi. Tetapi apakah karakternya (Jokowi dan Soeharto) sama? Nanti kita lihat," ujar Hasto.
Hasto menuturkan kekerasan terpampang jelas pada Pemilu 1971 ketika Soeharto ingin mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Hal itulah yang akhirnya menjadi titik konsolidasi kekuatan otoriter sampai 27 tahun kemudian.
Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) itu mengatakan berbahagialah jurnalis yang saat ini masih bisa bekerja dengan bebas. Namun, Hasto menyatakan sudah ada intimidasi terhadap jurnalis dalam bekerja pada saat ini.
Hasto mengungkap pada Pemilu 1971, Badan Pengawas Pemilu (kini KPU) ikut bermain. Ia menyatakan hal itu pun terlihat pada saat ini, kecuali DKPP yang masih menunjukkan kredibilitasnya.
"Yang lain kita lihat bagian dari skenario abuse of power tersebut," ucapnya.
Hal itu disampaikan Hasto dalam kegiatan Bedah Buku 'NU, PNI, dan Kekerasan Pemilu 1971' karya Ken Ward (1972) yang digelar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).
Hasto mengatakan ketika membaca buku ini tak hanya muncul wajah Soeharto. Ia juga menyatakan melihat wajah Jokowi.
"Saya mencoba menghilangkan Pak Jokowi, tetapi sulit. Maklum 23 tahun bersama Pak Jokowi. Tetapi apakah karakternya (Jokowi dan Soeharto) sama? Nanti kita lihat," ujar Hasto.
Hasto menuturkan kekerasan terpampang jelas pada Pemilu 1971 ketika Soeharto ingin mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Hal itulah yang akhirnya menjadi titik konsolidasi kekuatan otoriter sampai 27 tahun kemudian.
Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) itu mengatakan berbahagialah jurnalis yang saat ini masih bisa bekerja dengan bebas. Namun, Hasto menyatakan sudah ada intimidasi terhadap jurnalis dalam bekerja pada saat ini.
Hasto mengungkap pada Pemilu 1971, Badan Pengawas Pemilu (kini KPU) ikut bermain. Ia menyatakan hal itu pun terlihat pada saat ini, kecuali DKPP yang masih menunjukkan kredibilitasnya.
"Yang lain kita lihat bagian dari skenario abuse of power tersebut," ucapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda