Salurkan Bantuan Masyarakat Indonesia, INH Bangun Ratusan Tenda Pengungsi di Gaza
Senin, 01 April 2024 - 14:00 WIB
JAKARTA - Lembaga Kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) membangun ratusan tenda untuk pengungsi Palestina di Jalur Gaza. Pembangunan tenda tersebut merupakan bantuan dari masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data terbaru Pusat Satelit PBB, INOSAT menyebutkan, 35% rumah di Jalur Gaza hancur sejak agresi Israel ke Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 hingga saat ini. Jumlah tersebut terus bertambah seiring intensitas serangan yang terus meningkat.
Apalagi Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menambah bantuan senjata untuk membantu Israel menyerang Gaza. Setidaknya 1,9 juta warga harus mencari perlindungan, meski tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza.
Mayoritas warga mengungsi ke Gaza bagian selatan, Khan Younis dan Rafah walau kondisi di bagian wilayah itu termasuk tidak layak huni akibat tidak adanya sanitasi yang layak. Terlebih, daerah ini juga kerap menjadi sasaran serangan udara Israel berulang kali walau mereka mengklaim rakyat sipil bisa mengungsi ke sana dan aman.
Faktanya, tidak ada tempat yang aman di area pesisir laut yang sudah diblokade lebih dari satu dekade tersebut. Di lokasi pengungsian pun, banyak rekaman video amatir menunjukan kondisi hidup warga yang seadanya, menambal tempat berlindung mereka dengan terpal, kain, plastik makanan, botol minuman, dan segara cara lainnya agar bisa memiliki atap untuk berlindung.
Hingga kini, INH terus menyalurkan berbagai kebutuhan urgen untuk rakyat Gaza sejak agresi terjadi 6 bulan lalu. Kebutuhan seperti pakaian, penghangat, selimut, kasur, makanan hangat, sayur-sayuran, bahkan voucher belanja telah disalurkan kepada rakyat Gaza korban agresi dari masyarakat Indonesia melalui tim INH di Jalur Gaza yang beroperasi secara resmi.
Pada bulan Ramadan kali ini, INH juga membangun 200 tenda pengungsian untuk warga di Mawasi, Khan Younis, selatan Gaza. Tenda ini telah meringankan beban warga Gaza yang harus meninggalkan rumah mereka dalam kondisi hancur dan entah harus mengungsi kemana.
Berdasarkan data terbaru Pusat Satelit PBB, INOSAT menyebutkan, 35% rumah di Jalur Gaza hancur sejak agresi Israel ke Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 hingga saat ini. Jumlah tersebut terus bertambah seiring intensitas serangan yang terus meningkat.
Apalagi Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menambah bantuan senjata untuk membantu Israel menyerang Gaza. Setidaknya 1,9 juta warga harus mencari perlindungan, meski tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza.
Mayoritas warga mengungsi ke Gaza bagian selatan, Khan Younis dan Rafah walau kondisi di bagian wilayah itu termasuk tidak layak huni akibat tidak adanya sanitasi yang layak. Terlebih, daerah ini juga kerap menjadi sasaran serangan udara Israel berulang kali walau mereka mengklaim rakyat sipil bisa mengungsi ke sana dan aman.
Faktanya, tidak ada tempat yang aman di area pesisir laut yang sudah diblokade lebih dari satu dekade tersebut. Di lokasi pengungsian pun, banyak rekaman video amatir menunjukan kondisi hidup warga yang seadanya, menambal tempat berlindung mereka dengan terpal, kain, plastik makanan, botol minuman, dan segara cara lainnya agar bisa memiliki atap untuk berlindung.
Hingga kini, INH terus menyalurkan berbagai kebutuhan urgen untuk rakyat Gaza sejak agresi terjadi 6 bulan lalu. Kebutuhan seperti pakaian, penghangat, selimut, kasur, makanan hangat, sayur-sayuran, bahkan voucher belanja telah disalurkan kepada rakyat Gaza korban agresi dari masyarakat Indonesia melalui tim INH di Jalur Gaza yang beroperasi secara resmi.
Pada bulan Ramadan kali ini, INH juga membangun 200 tenda pengungsian untuk warga di Mawasi, Khan Younis, selatan Gaza. Tenda ini telah meringankan beban warga Gaza yang harus meninggalkan rumah mereka dalam kondisi hancur dan entah harus mengungsi kemana.
Lihat Juga :
tulis komentar anda