Ahli Sejarah Tionghoa Sebut Tradisi Qingming Merajut Kekuatan Spiritual
Kamis, 28 Maret 2024 - 22:51 WIB
JAKARTA - Tradisi Qingming, yang dikenal juga sebagai Ceng Beng dalam bahasa Hokkien, merupakan salah satu perayaan yang paling dihormati oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Perayaan ini bukan sekadar ritual, tetapi juga menyimpan makna mendalam tentang penghargaan terhadap leluhur dan akar budaya.
Qingming, yang secara harfiah berarti terang dan jernih, jatuh pada awal April setiap tahunnya menurut penanggalan Tionghoa. Pada hari tersebut, keluarga berkumpul untuk membersihkan dan merawat makam leluhur mereka.
Ritual ini tidak hanya menjadi momen refleksi dan pengenangan, tetapi juga sebagai tindakan penghargaan kepada yang telah tiada. Ahli sejarah budaya Tionghoa, Flyming Lika, berbagi pandangannya tentang pentingnya tradisi Qingming.
"Qingming bukan hanya tentang membersihkan kuburan dan membawa persembahan, tetapi juga tentang mencermati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Penghormatan, pengabdian, kesetiaan, dan pengorbanan menjadi pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari tradisi ini,” kata Flyming Lika dalam keterangannya, Kamis (28/3/2024).
Banyak cerita dan legenda yang mengelilingi asal usul Qingming. Salah satunya adalah legenda tentang seorang bupati di Tiongkok yang menginspirasi masyarakat untuk membersihkan kuburan pada tanggal yang ditentukan.
Namun, cerita yang paling populer adalah kisah tentang Jie Zi Tui, seorang pejabat yang berkorban untuk menyelamatkan pangeran dari kelaparan. Ketika pangeran itu naik tahta, dia lupa akan pengorbanan Jie Zi Tui, yang akhirnya mengarah pada tragedi yang menyedihkan.
Cerita-cerita seperti itu mengandung nilai-nilai penghormatan, pengabdian, dan kesetiaan yang menjadi inti dari tradisi Qingming. Ia mengajarkan pentingnya menghormati leluhur dan tidak melupakan jasa-jasa mereka, serta memberi pelajaran tentang kesetiaan dan pengorbanan yang mendalam.
Meskipun telah berabad-abad berlalu, tradisi Qingming tetap dijalankan dengan penuh kehormatan dan makna hingga saat ini. Di berbagai belahan dunia, komunitas Tionghoa merayakan Qingming dengan cara yang beragam, tetapi semangatnya tetap sama: untuk mengenang, menghormati, dan menghargai leluhur mereka.
Qingming bukan sekadar ritual tradisional, tetapi juga mencerminkan kedalaman budaya Tionghoa yang kaya. Ia mengingatkan kita akan pentingnya menghormati leluhur, menjaga akar budaya, dan mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi mendatang.
Flyming Lika menambahkan, sebagai bagian dari warisan budaya yang kaya, tradisi Qingming mengajarkan untuk tetap menghargai dan merayakan akar-akar budaya kita. Dengan memahami asal usulnya, kita dapat lebih mendalam menghargai makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta meneruskannya dengan penuh kehormatan kepada generasi selanjutnya.
"Dengan demikian, Qingming bukan hanya menjadi momen pengenangan semata, tetapi juga sebagai upaya kita untuk menjaga dan memelihara warisan budaya yang berharga ini bagi masa depan yang lebih baik," tutupnya.
Qingming, yang secara harfiah berarti terang dan jernih, jatuh pada awal April setiap tahunnya menurut penanggalan Tionghoa. Pada hari tersebut, keluarga berkumpul untuk membersihkan dan merawat makam leluhur mereka.
Ritual ini tidak hanya menjadi momen refleksi dan pengenangan, tetapi juga sebagai tindakan penghargaan kepada yang telah tiada. Ahli sejarah budaya Tionghoa, Flyming Lika, berbagi pandangannya tentang pentingnya tradisi Qingming.
"Qingming bukan hanya tentang membersihkan kuburan dan membawa persembahan, tetapi juga tentang mencermati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Penghormatan, pengabdian, kesetiaan, dan pengorbanan menjadi pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari tradisi ini,” kata Flyming Lika dalam keterangannya, Kamis (28/3/2024).
Banyak cerita dan legenda yang mengelilingi asal usul Qingming. Salah satunya adalah legenda tentang seorang bupati di Tiongkok yang menginspirasi masyarakat untuk membersihkan kuburan pada tanggal yang ditentukan.
Namun, cerita yang paling populer adalah kisah tentang Jie Zi Tui, seorang pejabat yang berkorban untuk menyelamatkan pangeran dari kelaparan. Ketika pangeran itu naik tahta, dia lupa akan pengorbanan Jie Zi Tui, yang akhirnya mengarah pada tragedi yang menyedihkan.
Cerita-cerita seperti itu mengandung nilai-nilai penghormatan, pengabdian, dan kesetiaan yang menjadi inti dari tradisi Qingming. Ia mengajarkan pentingnya menghormati leluhur dan tidak melupakan jasa-jasa mereka, serta memberi pelajaran tentang kesetiaan dan pengorbanan yang mendalam.
Meskipun telah berabad-abad berlalu, tradisi Qingming tetap dijalankan dengan penuh kehormatan dan makna hingga saat ini. Di berbagai belahan dunia, komunitas Tionghoa merayakan Qingming dengan cara yang beragam, tetapi semangatnya tetap sama: untuk mengenang, menghormati, dan menghargai leluhur mereka.
Qingming bukan sekadar ritual tradisional, tetapi juga mencerminkan kedalaman budaya Tionghoa yang kaya. Ia mengingatkan kita akan pentingnya menghormati leluhur, menjaga akar budaya, dan mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi mendatang.
Flyming Lika menambahkan, sebagai bagian dari warisan budaya yang kaya, tradisi Qingming mengajarkan untuk tetap menghargai dan merayakan akar-akar budaya kita. Dengan memahami asal usulnya, kita dapat lebih mendalam menghargai makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta meneruskannya dengan penuh kehormatan kepada generasi selanjutnya.
"Dengan demikian, Qingming bukan hanya menjadi momen pengenangan semata, tetapi juga sebagai upaya kita untuk menjaga dan memelihara warisan budaya yang berharga ini bagi masa depan yang lebih baik," tutupnya.
(rca)
tulis komentar anda