BNPB Catat 277 Kali Bencana Landa Indonesia Sejak Januari hingga Pertengahan Februari 2024
Selasa, 13 Februari 2024 - 16:45 WIB
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 277 kali kejadian bencana melanda Indonesia sejak Januari hingga pertengahan Februari 2024.
“Hingga saat ini, kita sudah di 12 per hari kemarin, 12 Februari, kita sudah mengalami 277 kali kejadian bencana,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari pada Disaster Briefing, Selasa (13/2/2024).
Meskipun, kata Aam sapaan Abdul Muhari, bahwa dari total kejadian bencana itu belum semua dilaporkan. “Tapi tentu saja sebenarnya ini setiap kali kita mengkalkulasi membuat data statistik kejadian bencana yang kita dapatkan dari laporan BPBD ke Pusat Pengendalian Operasi BNPB ini sebenarnya mungkin belum mencakup semua kejadian bencana yang terjadi,” jelasnya.
“Jadi biasanya setiap kali 3 bulan ketika kita memverifikasi lagi ada setidaknya 30% dari total yang sudah tercatat menjadi tambahan pada kondisi yang aktualnya,” sambungnya.
Lebih lanjut, Aam mengatakan rumah rusak terdampak paling banyak dari jumlah kejadian bencana. “Cukup banyak rumah yang rusak tapi kita harapkan tahun ini kita bisa mereduksi lebih banyak lagi dampak kejadian bencana seperti yang sudah kita lakukan secara konsisten di 3 tahun terakhir,” kata dia.
Sementara itu, Aam melanjutkan dalam sepekan terakhir yakni tanggal 5 sampai 11 Februari kejadian bencana yang masih mendominasi yakni banjir dan cuaca ekstrem.
“Jadi biasanya, kalau misalkan satu kawasan satu provinsi atau dua provinsi yang minggu sebelumnya terdampak banjir atau intensitas hujan tinggi kita lihat dari exposure awan hujannya, kalau misalkan di minggu ini dia exposure awan hujannya terbuka artinya intensitas hujannya rendah itu biasanya cuaca ekstrim yang terjadi,” tuturnya.
“Jadi agak kita perhatikan dari kondisi-kondisi di catatan kejadian bencana karena memang kalau BNPB itu melihat tidak hanya dari fenomenanya ya, artinya kalau misalkan fenomenanya ada intensitas hujan tinggi kemudian tidak hujan, kalau kita melihat ke hilirnya dari dua kondisi ini bencana apa yang terjadi,” sambung Aam.
Lebih lanjut, Aam menambahkan jika misalkan tutupan awan hujannya tebal maka bencana yang dominan yaitu dua banjir dan tanah longsor.
“Kalaupun terjadi cuaca ekstrem itu biasanya di awal dan di akhir. Tapi begitu kemudian di minggu berikutnya, satu tutupan kawasan misalkan satu provinsi yang sebelumnya terdampak hujan intensitas tinggi tapi di minggu ini dia tidak ada awan hujannya biasanya itu cuaca ekstrem atau angin kencang yang dominan,” pungkasnya.
“Hingga saat ini, kita sudah di 12 per hari kemarin, 12 Februari, kita sudah mengalami 277 kali kejadian bencana,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari pada Disaster Briefing, Selasa (13/2/2024).
Meskipun, kata Aam sapaan Abdul Muhari, bahwa dari total kejadian bencana itu belum semua dilaporkan. “Tapi tentu saja sebenarnya ini setiap kali kita mengkalkulasi membuat data statistik kejadian bencana yang kita dapatkan dari laporan BPBD ke Pusat Pengendalian Operasi BNPB ini sebenarnya mungkin belum mencakup semua kejadian bencana yang terjadi,” jelasnya.
“Jadi biasanya setiap kali 3 bulan ketika kita memverifikasi lagi ada setidaknya 30% dari total yang sudah tercatat menjadi tambahan pada kondisi yang aktualnya,” sambungnya.
Lebih lanjut, Aam mengatakan rumah rusak terdampak paling banyak dari jumlah kejadian bencana. “Cukup banyak rumah yang rusak tapi kita harapkan tahun ini kita bisa mereduksi lebih banyak lagi dampak kejadian bencana seperti yang sudah kita lakukan secara konsisten di 3 tahun terakhir,” kata dia.
Sementara itu, Aam melanjutkan dalam sepekan terakhir yakni tanggal 5 sampai 11 Februari kejadian bencana yang masih mendominasi yakni banjir dan cuaca ekstrem.
“Jadi biasanya, kalau misalkan satu kawasan satu provinsi atau dua provinsi yang minggu sebelumnya terdampak banjir atau intensitas hujan tinggi kita lihat dari exposure awan hujannya, kalau misalkan di minggu ini dia exposure awan hujannya terbuka artinya intensitas hujannya rendah itu biasanya cuaca ekstrim yang terjadi,” tuturnya.
“Jadi agak kita perhatikan dari kondisi-kondisi di catatan kejadian bencana karena memang kalau BNPB itu melihat tidak hanya dari fenomenanya ya, artinya kalau misalkan fenomenanya ada intensitas hujan tinggi kemudian tidak hujan, kalau kita melihat ke hilirnya dari dua kondisi ini bencana apa yang terjadi,” sambung Aam.
Lebih lanjut, Aam menambahkan jika misalkan tutupan awan hujannya tebal maka bencana yang dominan yaitu dua banjir dan tanah longsor.
Baca Juga
“Kalaupun terjadi cuaca ekstrem itu biasanya di awal dan di akhir. Tapi begitu kemudian di minggu berikutnya, satu tutupan kawasan misalkan satu provinsi yang sebelumnya terdampak hujan intensitas tinggi tapi di minggu ini dia tidak ada awan hujannya biasanya itu cuaca ekstrem atau angin kencang yang dominan,” pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda