Peduli Palestina, Gaspol Ajak Masyarakat Indonesia Boikot Brand Pro Israel
Minggu, 14 Januari 2024 - 09:02 WIB
JAKARTA - Gerakan Setia Produk Lokal (Gaspol) mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk terus melanjutkan aksi boikot produk-produk dan perusahaan-perusahaan asing yang mendukung pendudukan dan penindasan Israel terhadap rakyat Palestina . Selain karena genosida Israel di Palestina masih terus berlangsung, gerakan boikot harus berlanjut karena terbukti efektif menekan brand asing dan menguntungkan produk lokal.
Koordinator Nasional Gaspol Firtra Ratory mengungkapkan, lantaran dukungan Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya di Eropa, genosida Israel di Palestina tidak kunjung berhenti meskipun telah mendapat kecaman dan tekanan internasional dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Laporan terbaru dari Human Rights Watch menunjukkan dengan tegas, Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan berupa apartheid dan pembantaian terhadap rakyat Palestina.
"Laporan tersebut juga mendokumentasikan adanya diskriminasi sistematis, penyitaan tanah, penghancuran rumah, pengusiran paksa, penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, dan pembunuhan yang dilakukan zionis Israel terhadap rakyat Palestina," kata Firtra dalam keterangannya, Minggu (14/1/2024).
Berhadapan dengan kebuntuan diplomasi dan ketidakberdayaan pemerintah negara-negara di dunia, Firtra menilai rakyat Indonesia harus turun tangan sendiri, seperti dicontohkan dengan maraknya aksi protes dan demonstrasi anti Israel oleh rakyat di banyak negara. Boikot adalah cara damai dan efektif untuk mengekspresikan solidaritas terhadap perjuangan Palestina dan untuk menekan pemerintah AS dan negara-negara pendukung Israel lainnya agar menghentikan pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia yang dilakukan negara zionis itu.
Firtra menegaskan, dukungan perusahaan-perusahaan dan brand-brand yang kebanyakan berasal dari AS dan Eropa terhadap Israel adalah nyata dan memiliki bukti-bukti yang jelas, terdokumentasi, dan terpublikasi. Dia menepis tuduhan yang dikemukakan sebagian pihak yang menilai aksi boikot sebagai gerakan liar yang didasarkan pada hoaks dan misinformasi.
"Ini sesungguhnya menunjukkan arogansi, ignoransi, dan insensitivitas para produsen asing dan perusahaan-perusahaan besar terhadap penderitaan rakyat Palestina dan secara tidak langsung menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap efektivitas gerakan boikot itu sendiri," ujarnya.
Menurut Firtra, aksi boikot sudah berdampak signifikan pada permintaan dan penjualan para produsen asing, yang membuktikan tingginya sensitivitas isu Palestina bagi publik Indonesia. Informasi yang diterima Gaspol, penurunan penjualan yang dialami para brand asing di Indonesia bervariasi antara 15 persen sampai dengan 60 persen, tergantung pada tipe atau jenis industri. Penurunan terbesar dialami retail consumber brand, yang menawarkan produk makanan dan minuman retail.
Konsekuensi baiknya, menurut Firtra, aksi boikot menguntungkan produk lokal karena masyarakat mulai mengalihkan konsumsinya ke produk Indonesia. Informasi yang diterima Gaspol, brand lokal Indonesia mengalami peningkatan penjualan antara 5 persen sampai dengan 20 persen, tergantung pada tipe dan jenis industri. Kenaikan terbesar dialami produk lokal yang secara alamiah menjadi substitusi dari produk brand asing, seperti produk-produk makanan dan minuman retail lokal.
Koordinator Nasional Gaspol Firtra Ratory mengungkapkan, lantaran dukungan Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya di Eropa, genosida Israel di Palestina tidak kunjung berhenti meskipun telah mendapat kecaman dan tekanan internasional dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Laporan terbaru dari Human Rights Watch menunjukkan dengan tegas, Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan berupa apartheid dan pembantaian terhadap rakyat Palestina.
"Laporan tersebut juga mendokumentasikan adanya diskriminasi sistematis, penyitaan tanah, penghancuran rumah, pengusiran paksa, penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, dan pembunuhan yang dilakukan zionis Israel terhadap rakyat Palestina," kata Firtra dalam keterangannya, Minggu (14/1/2024).
Berhadapan dengan kebuntuan diplomasi dan ketidakberdayaan pemerintah negara-negara di dunia, Firtra menilai rakyat Indonesia harus turun tangan sendiri, seperti dicontohkan dengan maraknya aksi protes dan demonstrasi anti Israel oleh rakyat di banyak negara. Boikot adalah cara damai dan efektif untuk mengekspresikan solidaritas terhadap perjuangan Palestina dan untuk menekan pemerintah AS dan negara-negara pendukung Israel lainnya agar menghentikan pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia yang dilakukan negara zionis itu.
Firtra menegaskan, dukungan perusahaan-perusahaan dan brand-brand yang kebanyakan berasal dari AS dan Eropa terhadap Israel adalah nyata dan memiliki bukti-bukti yang jelas, terdokumentasi, dan terpublikasi. Dia menepis tuduhan yang dikemukakan sebagian pihak yang menilai aksi boikot sebagai gerakan liar yang didasarkan pada hoaks dan misinformasi.
"Ini sesungguhnya menunjukkan arogansi, ignoransi, dan insensitivitas para produsen asing dan perusahaan-perusahaan besar terhadap penderitaan rakyat Palestina dan secara tidak langsung menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap efektivitas gerakan boikot itu sendiri," ujarnya.
Menurut Firtra, aksi boikot sudah berdampak signifikan pada permintaan dan penjualan para produsen asing, yang membuktikan tingginya sensitivitas isu Palestina bagi publik Indonesia. Informasi yang diterima Gaspol, penurunan penjualan yang dialami para brand asing di Indonesia bervariasi antara 15 persen sampai dengan 60 persen, tergantung pada tipe atau jenis industri. Penurunan terbesar dialami retail consumber brand, yang menawarkan produk makanan dan minuman retail.
Konsekuensi baiknya, menurut Firtra, aksi boikot menguntungkan produk lokal karena masyarakat mulai mengalihkan konsumsinya ke produk Indonesia. Informasi yang diterima Gaspol, brand lokal Indonesia mengalami peningkatan penjualan antara 5 persen sampai dengan 20 persen, tergantung pada tipe dan jenis industri. Kenaikan terbesar dialami produk lokal yang secara alamiah menjadi substitusi dari produk brand asing, seperti produk-produk makanan dan minuman retail lokal.
tulis komentar anda