Kemenag Gelar Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin, Bahas Perdamaian Dunia
Jum'at, 15 Desember 2023 - 20:27 WIB
"Dunia memberikan reaksi atas konflik-konflik ini, namun dampaknya belum sesuai harapan. Sejumlah pemimpin negara belum berbicara secara terbuka tentang konflik yang sedang berlangsung ini. Apalagi, upaya Dewan Keamanan PBB membuat resolusi khusus tentang perang, juga gagal dengan veto Amerika Serikat," sebut Wibowo.
Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (Balitbang Diklat) Kemenag Suyitno menjelaskan, konferensi yang mengangkat tema Religion And Humanity ini mengambil spirit Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung.
Menurut Suyitno, konferensi ini juga menjadi forum strategis dan berdampak bagi para pemimpin negara di Asia-Afrika dan Amerika Latin untuk bersatu menyuarakan dan mengupayakan penguatan peran PBB dalam menciptakan perdamaian abadi bagi seluruh dunia.
"Konferensi ini menjadi preliminary event untuk sebuah perhelatan yang lebih besar di 2024, yaitu Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika dan Amerika Latin. Sebagai preconference event, KMBAAA pada tahun ini mengundang enam negara anggota PBB yang berasal dari Global South, yaitu Brazil, Meksiko, Mesir, Saudi Arabia, dan Afrika Selatan,” jelas Suyitno.
Suyitno berharap, negara-negara tersebut dapat mengirim delegasi resminya ke Jakarta yang dipimpin oleh menteri atau lembaga urusan agama masing-masing.
"Tujuan pelaksanaan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin ini menggelorakan kembali api dan semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung dan diplomasi Indonesia di Latin Amerika tentang perdamaian dan persatuan bagi masyarakat dunia," katanya.
Selain itu, mengembangkan peran diplomasi publik internasional Indonesia melalui penguatan moderasi beragama, kemudian mendorong terciptanya atmosfir perdamaian dan kerukunan umat beragama di dunia.
"Termasuk menangkal tumbuhnya budaya kekerasan dan kelompok keagamaan ekstrem dan mengajak para pemimpin, ilmuwan, dan praktisi dari beragam latar belakang budaya, politik dan agama untuk terlibat dalam dialog yang bermakna demi meningkatkan moderasi, toleransi, kesetaraan dan keselamatan," katanya.
Konferensi ini menghadirkan sejumlah narasumber yaitu Penasehat Utama Sheikh Al- Azhar Al-Syarif, Mesir Nahlah Al-Shoaidy, Ketua Umum PBNU, Indonesia Yahya Cholil Staquf. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Tokoh Hindu India Mahamahopadhyaya Bhadreshdas Swami, tokoh Moderate Muslims Maroko Samir Boudinar.
Kemudian Tokoh Moderate Buddhists Thailand Ven Napan Santibhaddo, Tokoh dan intelektual Konfusianisme China, Haiming Wen dan Leimena Intitute Matius Ho.
Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (Balitbang Diklat) Kemenag Suyitno menjelaskan, konferensi yang mengangkat tema Religion And Humanity ini mengambil spirit Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung.
Menurut Suyitno, konferensi ini juga menjadi forum strategis dan berdampak bagi para pemimpin negara di Asia-Afrika dan Amerika Latin untuk bersatu menyuarakan dan mengupayakan penguatan peran PBB dalam menciptakan perdamaian abadi bagi seluruh dunia.
"Konferensi ini menjadi preliminary event untuk sebuah perhelatan yang lebih besar di 2024, yaitu Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika dan Amerika Latin. Sebagai preconference event, KMBAAA pada tahun ini mengundang enam negara anggota PBB yang berasal dari Global South, yaitu Brazil, Meksiko, Mesir, Saudi Arabia, dan Afrika Selatan,” jelas Suyitno.
Suyitno berharap, negara-negara tersebut dapat mengirim delegasi resminya ke Jakarta yang dipimpin oleh menteri atau lembaga urusan agama masing-masing.
"Tujuan pelaksanaan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin ini menggelorakan kembali api dan semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung dan diplomasi Indonesia di Latin Amerika tentang perdamaian dan persatuan bagi masyarakat dunia," katanya.
Selain itu, mengembangkan peran diplomasi publik internasional Indonesia melalui penguatan moderasi beragama, kemudian mendorong terciptanya atmosfir perdamaian dan kerukunan umat beragama di dunia.
"Termasuk menangkal tumbuhnya budaya kekerasan dan kelompok keagamaan ekstrem dan mengajak para pemimpin, ilmuwan, dan praktisi dari beragam latar belakang budaya, politik dan agama untuk terlibat dalam dialog yang bermakna demi meningkatkan moderasi, toleransi, kesetaraan dan keselamatan," katanya.
Konferensi ini menghadirkan sejumlah narasumber yaitu Penasehat Utama Sheikh Al- Azhar Al-Syarif, Mesir Nahlah Al-Shoaidy, Ketua Umum PBNU, Indonesia Yahya Cholil Staquf. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Tokoh Hindu India Mahamahopadhyaya Bhadreshdas Swami, tokoh Moderate Muslims Maroko Samir Boudinar.
Kemudian Tokoh Moderate Buddhists Thailand Ven Napan Santibhaddo, Tokoh dan intelektual Konfusianisme China, Haiming Wen dan Leimena Intitute Matius Ho.
tulis komentar anda