Bandingkan dengan Jokowi, Pengamat Sebut Soeharto Tak Pernah Marah di Depan Publik
Jum'at, 07 Agustus 2020 - 10:29 WIB
JAKARTA - Seringnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) marah akibat tidak puas dengan kinerja menterinya terus menyita perhatian banyak pihak. Direktur Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara pun membandingkan Presiden Jokowi dengan Presiden ke-2 RI Soeharto.
Igor mengatakan, saat ini pemerintahan Jokowi bercitra dan dipersepsikan sebagai antitesa dari rezim Orde baru Soeharto. "Tetapi dulu masyarakat nyaris tidak pernah melihat Soeharto marah-marah di depan publik seperti yang dilakukan Jokowi," ujar Igor kepada SINDOnews, Jumat (7/8/2020).
Igor mengatakan, dalam perspektif budaya Jawa, seorang pemimpin yang sering mempertontonkan emosi kemarahan di depan umum, bisa dimaknai telah menunjukkan kelemahannya sendiri. "Tetapi bisa jadi Presiden Jokowi memang perlu mempertontonkan kemarahannya sampai minimal tiga kali dulu, baru nanti akan terjadi reshuffle kabinet," ungkapnya.( ).
Igor mengungkapkan, merujuk pada rekam periode pertama, besar kemungkinan reshuffle dilakukan di bulan Agustus ini. Dia meyakini bahwa Presiden Jokowi sangat berhati-hati untuk melakukan reshuffle, karena jatah menteri memang terkait pembagian jatah menteri ke parpol pendukung.(
).
"Bukan saja soal pendukung dirinya sendiri waktu Pilpres 2019 kemarin, tetapi sekarang juga parpol yang mendukung anak dan menantunya di Pilkada 2020," kata pengamat politik dari Universitas Jayabaya ini.
Igor mengatakan, saat ini pemerintahan Jokowi bercitra dan dipersepsikan sebagai antitesa dari rezim Orde baru Soeharto. "Tetapi dulu masyarakat nyaris tidak pernah melihat Soeharto marah-marah di depan publik seperti yang dilakukan Jokowi," ujar Igor kepada SINDOnews, Jumat (7/8/2020).
Igor mengatakan, dalam perspektif budaya Jawa, seorang pemimpin yang sering mempertontonkan emosi kemarahan di depan umum, bisa dimaknai telah menunjukkan kelemahannya sendiri. "Tetapi bisa jadi Presiden Jokowi memang perlu mempertontonkan kemarahannya sampai minimal tiga kali dulu, baru nanti akan terjadi reshuffle kabinet," ungkapnya.( ).
Igor mengungkapkan, merujuk pada rekam periode pertama, besar kemungkinan reshuffle dilakukan di bulan Agustus ini. Dia meyakini bahwa Presiden Jokowi sangat berhati-hati untuk melakukan reshuffle, karena jatah menteri memang terkait pembagian jatah menteri ke parpol pendukung.(
Baca Juga
"Bukan saja soal pendukung dirinya sendiri waktu Pilpres 2019 kemarin, tetapi sekarang juga parpol yang mendukung anak dan menantunya di Pilkada 2020," kata pengamat politik dari Universitas Jayabaya ini.
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda