Generasi Muda Garda Terdepan Lawan Hoaks dan Intoleransi

Minggu, 05 November 2023 - 00:51 WIB
Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rully Nasrullah mengatakan, generasi muda merupakan garda terdepan melawan hoaks dan intoleransi. Foto/istimewa
JAKARTA - Konten negatif berupa hoaks dan intoleransi banyak bertebaran di media sosial. Konten semacam ini seringkali menunggangi isu-isu populer yang menyita perhatian banyak orang, seperti perang antara Palestina (Hamas) dan Israel serta Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Kondisi ini menuntut generasi muda Indonesia bisa melakukan pendewasaan diri lebih cepat dibandingkan generasi terdahulu agar tidak terseret derasnya arus informasi. Generasi muda harus merealisasikan jalan baru Sumpah Pemua di abad digital sekarang ini.

Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rully Nasrullah menjelaskan, beberapa penelitian mengungkap penyebaran paham radikalisme hingga perekrutan terorisme telah beberapa kali terjadi di media sosial. Ketika kaum radikal melakukan profiling untuk menggaet simpatisan baru, mereka akan menunggu momen yang tepat untuk melempar sebuah isu dan dibungkus dengan kebohongan.

“Menurut saya, mudah saja kalau kita mau mencari studi tentang bagaimana agar kita bisa resisten dengan berita bohong dan intoleransi. Materi-materi tersebut saat ini sudah semakin mudah kita dapat, baik di bangku pendidikan formal, maupun melalui internet,” jelas Rully di Jakarta, Sabtu (4/11/2023).





Menurutnya, baik pemerintah maupun berbagai lembaga non-pemerintah selalu menyuarakan agar masyarakat Indonesia berhati-hati dengan berita bohong. Persoalannya adalah penerimaan berita bohong yang sampai pada seseorang akan sangat bergantung pada orang itu sendiri.

Pada beberapa kasus, lanjut Rully, generasi muda menjadi lebih mudah meyakini berita bohong dan intoleransi karena konten negatif itu masuk melalui lingkaran pergaulan mereka. Padahal, yang anak-anak muda persepsikan sebagai teman di media sosial dan internet, belum tentu itu adalah teman sungguhan.



Terlebih lagi, hoaks atau berita bohong itu lebih sering menyentuh hal-hal yang sensitif, seperti isu SARA (Suku, Agama, dan Ras). Hal ini memang ditujukan karena dengan hal-hal sensitif tadi, seseorang atau suatu kelompok dari latar belakang tertentu akan lebih mudah dipancing sisi emosionalnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More