Mengharukan, Jenderal Kopassus Ini Bertemu Bekas Musuh Paling Ditakuti di Medan Operasi Kalimantan
Kamis, 05 Oktober 2023 - 06:00 WIB
Di antara keluarga Mark Wee, tiba-tiba seseorang berkulit gelap legam yang berada di belakang Irene langsung memperkenalkan diri, "Saya, Bong Kee Chok!". Menyadari yang dihadapannya adalah orang yang selama ini dicari, Hendropriyono sempat terkejut.
”Wow, ini rupanya sang jagoan yang saya tunggu- tunggu. Ternyata ia tidak tinggi, cuma sekitar 163 cm. Kulit dan matanya tidak mencerminkan dia seorang China. Sama sekali saya tak menyangka. Berpakaian sederhana dengan potongan rambut ala militer, otot-otot lengan untuk lelaki berusia 70 tahun (saat itu), dengan sorot mata laksana harimau, jelas menunjukkan ia seorang pemimpin, seorang pemberani, dan seorang yang cerdas,” tuturnya.
Perbincangan hangat pun mengalir antara Hendropriyono dengan Bong Kee Chok. Bahkan, Hendropriyono sempat bertanya kepada Bong Kee Chok mengenai jarinya yang putus. "Mengapa jari tengah dan telunjuk tangan kanan Anda buntung?" Tanya Hendropriyono.
Bong Kee Chok mengangkat dan menunjukkan tangan kanannya. "Ini? Karena granat tangan tua kiriman dari Indonesia yang meledak di tangan saya sebelum terlempar. Sebagian serpihannya mengenai leher kanan saya dan sebagian lain mengenai lutut kanan saya," ujar Bong Kee Chok seraya menunjukkan bekas-bekas luka yang dalam di tubuhnya.
Begitu juga sebaliknya, Bong Kee Chok juga bertanya dan memperhatikan bekas luka-luka yang dalam di lengan kiri, hasta, kelingking kanan, dan dada kanan. “Tentu saja luka yang di paha kiri tidak bisa saya perlihatkan. Kami pun lalu larut dengan berbagai cerita masa lampau yang penuh kenangan yang mengesankan Bong Kee Chok,” kata Hendropriyono.
Pertemuan tersebut bagi Hendropriyono memberikan pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga. Sebab perang telah berakhir, tidak ada lagi rasa dendam dan kebencian pribadi yang pernah bergelora ketika berada di medan tempur.
”Wow, ini rupanya sang jagoan yang saya tunggu- tunggu. Ternyata ia tidak tinggi, cuma sekitar 163 cm. Kulit dan matanya tidak mencerminkan dia seorang China. Sama sekali saya tak menyangka. Berpakaian sederhana dengan potongan rambut ala militer, otot-otot lengan untuk lelaki berusia 70 tahun (saat itu), dengan sorot mata laksana harimau, jelas menunjukkan ia seorang pemimpin, seorang pemberani, dan seorang yang cerdas,” tuturnya.
Perbincangan hangat pun mengalir antara Hendropriyono dengan Bong Kee Chok. Bahkan, Hendropriyono sempat bertanya kepada Bong Kee Chok mengenai jarinya yang putus. "Mengapa jari tengah dan telunjuk tangan kanan Anda buntung?" Tanya Hendropriyono.
Bong Kee Chok mengangkat dan menunjukkan tangan kanannya. "Ini? Karena granat tangan tua kiriman dari Indonesia yang meledak di tangan saya sebelum terlempar. Sebagian serpihannya mengenai leher kanan saya dan sebagian lain mengenai lutut kanan saya," ujar Bong Kee Chok seraya menunjukkan bekas-bekas luka yang dalam di tubuhnya.
Begitu juga sebaliknya, Bong Kee Chok juga bertanya dan memperhatikan bekas luka-luka yang dalam di lengan kiri, hasta, kelingking kanan, dan dada kanan. “Tentu saja luka yang di paha kiri tidak bisa saya perlihatkan. Kami pun lalu larut dengan berbagai cerita masa lampau yang penuh kenangan yang mengesankan Bong Kee Chok,” kata Hendropriyono.
Pertemuan tersebut bagi Hendropriyono memberikan pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga. Sebab perang telah berakhir, tidak ada lagi rasa dendam dan kebencian pribadi yang pernah bergelora ketika berada di medan tempur.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda