Takmir Masjid Berperan Bentuk Ketahanan Ideologi Masyarakat
Jum'at, 15 September 2023 - 15:49 WIB
JAKARTA - Takmir masjid dinilai memiliki peranan penting dalam menangkal penyebaran ideologi radikal . Sebab, takmir masjid mempunyai kewenangan melarang atau mengizinkan dai atau penceramah menjadi khatib atau imam salat.
Pandangan ini disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar Al Washliyah KH Yusnar Yusuf Rangkuti. Ia mendorong para pemangku kebijakan mendekati takmir masjid agar tidak memberikan ruang kepada dai atau penceramah menjadikan mimbar agama untuk menyebarkan ideologi ekstrem.
"Misalnya saya atau orang lain mau jadi khatib di masjid itu, takmirnya lalu bilang ‘oh jadwalnya sudah penuh, kamu tidak bisa masuk’. Lalu ada pengajian ‘takmirnya bisa menanyakan, kenapa ada pengajian, lalu apa temanya, lalu siapa yang memberikan atau menyampaikan pengajian itu," kata Kiai Yusnar Yusuf dalam keterangan tertulis dikutip, Jumat (15/9/2023).
Menurutnya, masih banyak takmir masjid tidak tahu atau tidak memahami bahaya dakwah yang menjurus ke ideologi atau ajaran ekstrem. Sebab masjid dibiarkan jalan sendiri tanpa ada panduan dari pemerintah.
Yusnar mengatakan, untuk membentuk ketahanan ideologi perlu dilakukan upaya duduk bersama antara pemerintah dengan ulama, serta pihak terkait untuk membicarakan masalah tersebut secara bersama-sama agar tidak kontra produktif.
"Selama ini mau duduk bersama itu sulit sekali, dengan alasan waktu tidak ada dan sebagainya. Jadi kapan keselarasan itu bisa tercapai? Ya harus duduk bersama. Kita bicarakan apa yang menjadi permasalahan," kata Ketua Ikatan Persaudaraan Qari dan Qariah Hafiz dan Hafizah (IPQAH) Pusat ini.
Yusnar berpendapat saat ini penyebaran ideologi ekstrem ini banyak melalui media sosial (medsos). Seperti menyatakan kebencian terhadap pemerintah, menyebut pemerintah bohong, dan sebagainya.
"Lalu bagaimana caranya agar itu bisa terendam? Tentunya berikan kepada ormas. Karena ormas punya kekuatan sampai di daerah untuk meredam itu," tutur Wakil Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) itu.
Selain itu, dalam mencegah penyebaran ideologi ekstrem harus dimulai dari tingkat madrasah atau para guru. Menurutnya, guru di sekolah adalah pendakwah nomor satu yang dapat menjadi pemicu seorang anak terpapar paham radikal.
"Al Washliyah misalnya, kami punya 1.700 sekolah, ada 9 universitas. Guru-guru itu kita berikan pemahaman dan penjelasan, 'tolonglah kalian didik anak-anak itu secara baik dan bagus.' kan ada itu namanya pendidikan psikologi, bimbingan konseling. Tentunya itu bisa sampai kepada anak-anak itu. Ajarkan agama yang baik, kan banyak sekolah agama dan banyak juga pesantren. Begitu saja selesai itu," kata Kiai Yusnar.
Pandangan ini disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar Al Washliyah KH Yusnar Yusuf Rangkuti. Ia mendorong para pemangku kebijakan mendekati takmir masjid agar tidak memberikan ruang kepada dai atau penceramah menjadikan mimbar agama untuk menyebarkan ideologi ekstrem.
"Misalnya saya atau orang lain mau jadi khatib di masjid itu, takmirnya lalu bilang ‘oh jadwalnya sudah penuh, kamu tidak bisa masuk’. Lalu ada pengajian ‘takmirnya bisa menanyakan, kenapa ada pengajian, lalu apa temanya, lalu siapa yang memberikan atau menyampaikan pengajian itu," kata Kiai Yusnar Yusuf dalam keterangan tertulis dikutip, Jumat (15/9/2023).
Menurutnya, masih banyak takmir masjid tidak tahu atau tidak memahami bahaya dakwah yang menjurus ke ideologi atau ajaran ekstrem. Sebab masjid dibiarkan jalan sendiri tanpa ada panduan dari pemerintah.
Yusnar mengatakan, untuk membentuk ketahanan ideologi perlu dilakukan upaya duduk bersama antara pemerintah dengan ulama, serta pihak terkait untuk membicarakan masalah tersebut secara bersama-sama agar tidak kontra produktif.
"Selama ini mau duduk bersama itu sulit sekali, dengan alasan waktu tidak ada dan sebagainya. Jadi kapan keselarasan itu bisa tercapai? Ya harus duduk bersama. Kita bicarakan apa yang menjadi permasalahan," kata Ketua Ikatan Persaudaraan Qari dan Qariah Hafiz dan Hafizah (IPQAH) Pusat ini.
Yusnar berpendapat saat ini penyebaran ideologi ekstrem ini banyak melalui media sosial (medsos). Seperti menyatakan kebencian terhadap pemerintah, menyebut pemerintah bohong, dan sebagainya.
"Lalu bagaimana caranya agar itu bisa terendam? Tentunya berikan kepada ormas. Karena ormas punya kekuatan sampai di daerah untuk meredam itu," tutur Wakil Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) itu.
Selain itu, dalam mencegah penyebaran ideologi ekstrem harus dimulai dari tingkat madrasah atau para guru. Menurutnya, guru di sekolah adalah pendakwah nomor satu yang dapat menjadi pemicu seorang anak terpapar paham radikal.
"Al Washliyah misalnya, kami punya 1.700 sekolah, ada 9 universitas. Guru-guru itu kita berikan pemahaman dan penjelasan, 'tolonglah kalian didik anak-anak itu secara baik dan bagus.' kan ada itu namanya pendidikan psikologi, bimbingan konseling. Tentunya itu bisa sampai kepada anak-anak itu. Ajarkan agama yang baik, kan banyak sekolah agama dan banyak juga pesantren. Begitu saja selesai itu," kata Kiai Yusnar.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda