Cerita Jenderal Bintang 3 Ditugasi Bawa Uang ke Timor Timur, Siapkan Pistol di Jaket Waswas Kepergok Separatis
Jum'at, 08 September 2023 - 05:46 WIB
Pria yang dijuluki Kapten sejak kecil ini harus menempuh waktu tujuh jam perjalanan. Bisa saja, di tengah perjalanan ada kelompok separatis yang melakukan penyisiran dan sweeping terhadap anggota TNI.
Jika itu terjadi, Lettu Agus berpikir akan melawan dengan pistolnya. Namun, pikirannya itu ditolak oleh Komandan Batalyon. Agus tetap bersikukuh dengan pikirannya. Ia harus membawa pistol.
Sambungan radio racal pun terputus. Agus Rohman masih berpikir, dirinya butuh keyakinan bahwa ia harus membawa pistol.
"Izin, Pasil Sebaiknya Pasi membawa pistol, bahaya," cetus seorang tayanrad (operator radio).
Saran dari operator radio itu memperkuat keyakinannya. Lettu Inf Agus Rohman pun membawa pistol dan berangkat dengan menggunakan bus dari Dili ke Lospalos.
Ia memilih duduk di kursi paling belakang sehingga mudah mengawasi kemungkinan bahaya, misalnya sweeping. Pistolnya telah ia siapkan di balik jaketnya. Siap ditembakkan jika terjebak dalam kondisi yang mendesak.
Dalam perjalanan, Agus terus berzikir. Mantan Asops Danpaspampres ini merasa bahwa pintu kematian telah terbuka, meski pada dasarnya, setiap saat pintu kematian selalu terbuka. Namun pada saat itu, kematian semakin jelas.
Agus mengucap nama Tuhan, Allah SWT, seolah itulah saat-saat terakhir ia mengucapkan nama itu. Hidup dan mati telah diatur, apakah ini saatnya saya mati, pikirnya.
Bus berhenti. Baru sampai setengah perjalanan, tepatnya di Kota Bakau, bus yang ditumpangi Agus mengerem. la pun turun di Kota Bakau, tepatnya di depan Pos Komando Sektor Timur yang dipimpin oleh Kolonel Inf Ryamizard Ryacudu, sebagai Komandan Sektor (Dansektor) ketika itu.
Di sana, ia pun sekaligus menyerahkan surat-surat sebagai laporan kepada Dansektor. Bertemu dengan Dansektor, Kolonel Ryamizard Ryacudu lalu mencecar tujuan perjalanan Agus Rohman.
Jika itu terjadi, Lettu Agus berpikir akan melawan dengan pistolnya. Namun, pikirannya itu ditolak oleh Komandan Batalyon. Agus tetap bersikukuh dengan pikirannya. Ia harus membawa pistol.
Sambungan radio racal pun terputus. Agus Rohman masih berpikir, dirinya butuh keyakinan bahwa ia harus membawa pistol.
"Izin, Pasil Sebaiknya Pasi membawa pistol, bahaya," cetus seorang tayanrad (operator radio).
Saran dari operator radio itu memperkuat keyakinannya. Lettu Inf Agus Rohman pun membawa pistol dan berangkat dengan menggunakan bus dari Dili ke Lospalos.
Ia memilih duduk di kursi paling belakang sehingga mudah mengawasi kemungkinan bahaya, misalnya sweeping. Pistolnya telah ia siapkan di balik jaketnya. Siap ditembakkan jika terjebak dalam kondisi yang mendesak.
Dalam perjalanan, Agus terus berzikir. Mantan Asops Danpaspampres ini merasa bahwa pintu kematian telah terbuka, meski pada dasarnya, setiap saat pintu kematian selalu terbuka. Namun pada saat itu, kematian semakin jelas.
Agus mengucap nama Tuhan, Allah SWT, seolah itulah saat-saat terakhir ia mengucapkan nama itu. Hidup dan mati telah diatur, apakah ini saatnya saya mati, pikirnya.
Bus berhenti. Baru sampai setengah perjalanan, tepatnya di Kota Bakau, bus yang ditumpangi Agus mengerem. la pun turun di Kota Bakau, tepatnya di depan Pos Komando Sektor Timur yang dipimpin oleh Kolonel Inf Ryamizard Ryacudu, sebagai Komandan Sektor (Dansektor) ketika itu.
Di sana, ia pun sekaligus menyerahkan surat-surat sebagai laporan kepada Dansektor. Bertemu dengan Dansektor, Kolonel Ryamizard Ryacudu lalu mencecar tujuan perjalanan Agus Rohman.
Lihat Juga :
tulis komentar anda