Pulau Jawa Dilanda Kekeringan, BNPB Sebut Sudah Fase Darurat Air Bersih
Selasa, 05 September 2023 - 18:14 WIB
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan kekeringan saat ini tengah melanda Pulau Jawa khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Bahkan, saat ini sudah masuk fase darurat air bersih.
“Jawa seperti tadi kita lihat sudah kekeringan hidrometeorologi kering semuanya, Kabupaten Bogor itu yang paling terdampak, kecamatan paling banyak di Jawa Barat terdampak kekeringan. Kemudian Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing, Selasa (5/9/2023).
Aam mengatakan kekeringan yang melanda di wilayah Pulau Jawa ini merupakan rangkaian kejadian dua bulan yang tidak dilaporkan. “Sebenarnya kalau kita bicara kekeringan dalam artian kabupaten kota terdampak karena ini sudah rangkaian dari 2 bulan yang lalu jadi tidak dilaporkan lagi sebagai bencana kekeringan tapi sudah lanjutan dari kejadian kekeringan, sudah dilaporkan sebelumnya,” jelas dia.
Dia menuturkan jika dipetakan bahwa hampir setengah kabupaten di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sudah sangat terdampak kekeringan. “Kalau petakan sebenarnya mungkin hampir setengah dari total kabupaten di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur terutama yang Jawa Timur bagian tapal kuda, itu sudah sangat terdampak kekeringan.”
“Di Jawa Tengah Grobogan sama Blora itu juga sangat terdampak. Di Jawa Barat Kabupaten Bogor dengan Sukabumi itu juga paling banyak kecamatan terdampak kekeringan dan sudah memerlukan dukungan droping air bersih. Jadi kalau tidak di droping air bersih maka masyarakat akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya,” kata Aam.
Bahkan, kata Aam, kini Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dapat dikatakan masuk pada fase darurat air bersih. “Nah ini sebenarnya sudah pada fase darurat sebenarnya. Tapi memang pada kondisi seperti ini yang perlu kita, yang bisa kita lakukan ya memang untuk antisipasi kedaruratannya dulu masyarakat butuh air dan airnya yang kita harus lengkapi,” terangnya.
“Tapi untuk jangka panjangnya memang kita harus berbicara restorasi ekosistem atau ketika kita bicara pra bencana yaitu dengan modifikasi cuaca, menambah jumlah atau volume air yang ada di danau, embung, atau waduk,” pungkasnya.
“Jawa seperti tadi kita lihat sudah kekeringan hidrometeorologi kering semuanya, Kabupaten Bogor itu yang paling terdampak, kecamatan paling banyak di Jawa Barat terdampak kekeringan. Kemudian Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing, Selasa (5/9/2023).
Baca Juga
Aam mengatakan kekeringan yang melanda di wilayah Pulau Jawa ini merupakan rangkaian kejadian dua bulan yang tidak dilaporkan. “Sebenarnya kalau kita bicara kekeringan dalam artian kabupaten kota terdampak karena ini sudah rangkaian dari 2 bulan yang lalu jadi tidak dilaporkan lagi sebagai bencana kekeringan tapi sudah lanjutan dari kejadian kekeringan, sudah dilaporkan sebelumnya,” jelas dia.
Dia menuturkan jika dipetakan bahwa hampir setengah kabupaten di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sudah sangat terdampak kekeringan. “Kalau petakan sebenarnya mungkin hampir setengah dari total kabupaten di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur terutama yang Jawa Timur bagian tapal kuda, itu sudah sangat terdampak kekeringan.”
“Di Jawa Tengah Grobogan sama Blora itu juga sangat terdampak. Di Jawa Barat Kabupaten Bogor dengan Sukabumi itu juga paling banyak kecamatan terdampak kekeringan dan sudah memerlukan dukungan droping air bersih. Jadi kalau tidak di droping air bersih maka masyarakat akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya,” kata Aam.
Bahkan, kata Aam, kini Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dapat dikatakan masuk pada fase darurat air bersih. “Nah ini sebenarnya sudah pada fase darurat sebenarnya. Tapi memang pada kondisi seperti ini yang perlu kita, yang bisa kita lakukan ya memang untuk antisipasi kedaruratannya dulu masyarakat butuh air dan airnya yang kita harus lengkapi,” terangnya.
“Tapi untuk jangka panjangnya memang kita harus berbicara restorasi ekosistem atau ketika kita bicara pra bencana yaitu dengan modifikasi cuaca, menambah jumlah atau volume air yang ada di danau, embung, atau waduk,” pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda