Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo, Bagaimana Nasib Bukit Algoritma?
Selasa, 22 Agustus 2023 - 18:53 WIB
JAKARTA - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko melakukan manuver politik dengan mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Banyak pihak kemudian mempertanyakan karier aktivis 1998 itu setelah membelot.
Tak hanya karier di politik tapi juga rencananya besarnya membangun Bukit Algoritma , pusat teknologi dan inovasi ala Silicon Valley di Amerika Serikat, di lahan seluas 888 hektare, Sukabumi, Jawa Barat. Area tersebut akan menjadi rumah bagi lembaga penelitian dan bisnis dari berbagai disiplin ilmu, termasuk komputasi kuantum, bioteknologi, nanoteknologi, semikonduktor, penyimpanan energi, dan industri kreatif.
Langkah politik Budiman Sudjatmiko juga menjadi pembahasan di platform media analisis mendalam, Archipelago Insight. Apakah manuver politik Budiman yang mendukung Prabowo memiliki hubungan dengan Bukit Algoritma yang ia cita-citakan?
Menurut Monica JR, Publisher Archipelago Insight, dukungan Budiman ke Prabowo mengundang pro dan kontra. Di satu sisi, tindakan Budiman dianggap sebagai sebuah pengkhianatan. Banyak kader PDIP tidak senang dengan keputusan Budiman mendukung Prabowo.
Namun di sisi lain, Budiman mendapatkan pendukung baru dari kubu oposisi. Ia dianggap sebagai tokoh penting dalam kampanye Prabowo, terutama di kalangan pemilih muda. Ini berkontribusi pada peningkatan ketenaran dan visibilitasnya dalam politik nasional.
"Sulit untuk menentukan dampak jangka panjang dari dukungan Budiman Sudjatmiko kepada Prabowo terhadap karier politiknya. Masih harus dilihat apakah dia dapat mempertahankan basis dukungannya dan tetap menjadi tokoh penting dalam politik Indonesia," tulis Monica dikutip, Selasa (2/8/2023).
Deddy Yevri Hanteru Sitorus, politikus dari Partai PDIP, mengkritik Budiman Sudjatmiko karena mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024 ketimbang Ganjar Pranowo, calon dari PDIP. Deddy menuding Budiman menjadi ahli kosmetik yang tugasnya memperbaiki penampilan calon yang didukungnya dan menghapus catatan pelanggaran HAM Prabowo.
Deddy mengingatkan Budiman bahwa PDIP memiliki kebijakan yang ketat untuk mematuhi keputusan DPP, dan siapa yang tidak mematuhinya akan menghadapi konsekuensi berat, termasuk dipecat.
Tak hanya karier di politik tapi juga rencananya besarnya membangun Bukit Algoritma , pusat teknologi dan inovasi ala Silicon Valley di Amerika Serikat, di lahan seluas 888 hektare, Sukabumi, Jawa Barat. Area tersebut akan menjadi rumah bagi lembaga penelitian dan bisnis dari berbagai disiplin ilmu, termasuk komputasi kuantum, bioteknologi, nanoteknologi, semikonduktor, penyimpanan energi, dan industri kreatif.
Langkah politik Budiman Sudjatmiko juga menjadi pembahasan di platform media analisis mendalam, Archipelago Insight. Apakah manuver politik Budiman yang mendukung Prabowo memiliki hubungan dengan Bukit Algoritma yang ia cita-citakan?
Menurut Monica JR, Publisher Archipelago Insight, dukungan Budiman ke Prabowo mengundang pro dan kontra. Di satu sisi, tindakan Budiman dianggap sebagai sebuah pengkhianatan. Banyak kader PDIP tidak senang dengan keputusan Budiman mendukung Prabowo.
Namun di sisi lain, Budiman mendapatkan pendukung baru dari kubu oposisi. Ia dianggap sebagai tokoh penting dalam kampanye Prabowo, terutama di kalangan pemilih muda. Ini berkontribusi pada peningkatan ketenaran dan visibilitasnya dalam politik nasional.
"Sulit untuk menentukan dampak jangka panjang dari dukungan Budiman Sudjatmiko kepada Prabowo terhadap karier politiknya. Masih harus dilihat apakah dia dapat mempertahankan basis dukungannya dan tetap menjadi tokoh penting dalam politik Indonesia," tulis Monica dikutip, Selasa (2/8/2023).
Deddy Yevri Hanteru Sitorus, politikus dari Partai PDIP, mengkritik Budiman Sudjatmiko karena mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024 ketimbang Ganjar Pranowo, calon dari PDIP. Deddy menuding Budiman menjadi ahli kosmetik yang tugasnya memperbaiki penampilan calon yang didukungnya dan menghapus catatan pelanggaran HAM Prabowo.
Deddy mengingatkan Budiman bahwa PDIP memiliki kebijakan yang ketat untuk mematuhi keputusan DPP, dan siapa yang tidak mematuhinya akan menghadapi konsekuensi berat, termasuk dipecat.
tulis komentar anda