Politikus Gerindra: Sepertinya Pak Jokowi Perlu Mengevaluasi Mendikbud Nadiem
Minggu, 26 Juli 2020 - 12:35 WIB
JAKARTA - Politikus Partai Gerindra Kawendra Lukistian meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengevaluasi Mendikbud Nadiem Makarim . Kawendra mengaku resah melihat pola Nadiem Makarim mengurus pendidikan nasional.
Kawendra mengatakan, jangan gadaikan masa depan bangsa dengan berbagai kebijakan pendidikan yang keliru. "Sepertinya Pak Jokowi perlu mengevaluasi Mendikbud Nadiem, menegur dia, kalau perlu copot saja secara cepat," ujar Kawendra Lukistian kepada SINDOnews, Minggu (26/7/2020).
Karena, kata dia, soal pendidikan berkaitan dengan nasib generasi mendatang. "Pendidikan bukan ajang coba-coba! Berkaitan dengan isi kepala bangsa," ungkap ketua umum Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) ini. ( ).
Desakannya itu menyangkut berbagai hal masalah pendidikan, tidak hanya soal pemberian dana gajah sebesar Rp20 miliar kepada organisasi Corporate Social Responsbility (CSR) milik Tanoto Foundation dan Sampoerna untuk pelatihan guru. "Berbagai hal. Dari mulau sistem daring, tapi tidak menyediakan kuota bahkan kalau perlu gawainya. Karena enggak semua rakyat mampu beli kuota, bahkan masih banyak yang belum punya gawai," katanya.
Bahkan, banyak anak sekolah yang numpang Wi-Fi di kelurahan ataupun warung kopi dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ). "Ada yang sampai nyari spot di pengkolan demi dapat hotspot. Apalagi Nadiem bilang mau berlanjut sistem daring ini, aduh," pungkasnya.
( ).
Kawendra mengatakan, jangan gadaikan masa depan bangsa dengan berbagai kebijakan pendidikan yang keliru. "Sepertinya Pak Jokowi perlu mengevaluasi Mendikbud Nadiem, menegur dia, kalau perlu copot saja secara cepat," ujar Kawendra Lukistian kepada SINDOnews, Minggu (26/7/2020).
Karena, kata dia, soal pendidikan berkaitan dengan nasib generasi mendatang. "Pendidikan bukan ajang coba-coba! Berkaitan dengan isi kepala bangsa," ungkap ketua umum Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) ini. ( ).
Desakannya itu menyangkut berbagai hal masalah pendidikan, tidak hanya soal pemberian dana gajah sebesar Rp20 miliar kepada organisasi Corporate Social Responsbility (CSR) milik Tanoto Foundation dan Sampoerna untuk pelatihan guru. "Berbagai hal. Dari mulau sistem daring, tapi tidak menyediakan kuota bahkan kalau perlu gawainya. Karena enggak semua rakyat mampu beli kuota, bahkan masih banyak yang belum punya gawai," katanya.
Bahkan, banyak anak sekolah yang numpang Wi-Fi di kelurahan ataupun warung kopi dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ). "Ada yang sampai nyari spot di pengkolan demi dapat hotspot. Apalagi Nadiem bilang mau berlanjut sistem daring ini, aduh," pungkasnya.
( ).
(zik)
tulis komentar anda