Butet Puji Megawati Pilih Ganjar Jadi Capres: Sudah Makrifat Politik
Rabu, 07 Juni 2023 - 16:20 WIB
JAKARTA - Budayawan Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa memuji level politik Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang memilih Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) 2024. Menurut Butet, kiprah dan pemikiran Megawati di dunia perpolitikan Tanah Air sudah melangkah jauh ke depan.
Butet menyebut level politik Megawati sudah makrifat politik, karena mampu mengilhami generasi muda. "Menurut saya ini ya, Bu. Kayaknya ini bukan sekadar politisi Ibu Megawati ini. Tapi, sudah makrifat politik. Makrifat politik itu levelnya negarawan kira-kira begitu," kata Butet di sela-sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (7/6/2023).
"Kalau negarawan kelasnya ini pasti bukan transaksional," sambung Butet.
Pernyataan Butet tentang level makrifat politik Megawati diulas dan dirangkumnya semasa Pemilu 2014. Kebijaksanaan Megawati itu pula berlanjut hingga saat ini, ketika Ganjar diusung menjadi capres.
"Nyatanya ya saya menyampaikan satu bukti yang saya apresiasi. Tahun 2014 misalnya, kalau saja Ibu Megawati ini memanjakan ego politiknya, saat itu Ibu maju sendiri itu jadi Presiden. Tapi tidak, Ibu menugasi Pak Jokowi sebagai kadernya," ujarnya.
Kehadiran Butet diketahui di sela-sela Rakernas III PDIP mendampingi karibnya sesama seniman Yogyakarta Sri Krishna Encik untuk mengenalkan lagu kampanye dukungan kepada Ganjar Pranowo berjudul “Ganjar Siji Ganjar Kabeh”.
"Tahun ini kalau saja, masih juga egosentris dan belum level makrifat tentu mungkin Mbak Puan yang dipaksakan. Tapi, akhirnya kemarin kita lihat tanggal 21 April itu, Ganjar yang ditugasi oleh Ibu Megawati untuk menjadi Presiden Republik Indonesia berikutnya. Mosok kayak begitu transaksional, wong Ganjar neng kere," kata Butet.
Butet juga merasa terhormat lantaran tulisan opininya di sebuah media cetak bertajuk "Pesan Punakawan" dibaca dan diapresiasi oleh Megawati. Bahkan Megawati menginstruksikan kepada semua kadernya untuk membaca tulisan Butet.
Intisari dari tulisan itu, kata Butet, menggambarkan seorang punakawan tokoh pewayangan Jawa agar 'ojo dumeh', dan 'ojo muntal negoro'. "Di dalam tulisan saya itu kawan-kawan, saya menerangkan tentang kearifan kebudayaan dari masyarakat kecil yang menggambarkan punakawan yang selalu mengingatkan ksatria, ketika ksatria itu lengah. Salah satunya mengingatkan supaya 'Kesatria jangan mentang-mentang; ojo dumeh. Jangan milik. Kekuasaan membuat lupa. Jangan muntal negara. Muntal itu makan, nelan negara," pungkasnya.
Butet menyebut level politik Megawati sudah makrifat politik, karena mampu mengilhami generasi muda. "Menurut saya ini ya, Bu. Kayaknya ini bukan sekadar politisi Ibu Megawati ini. Tapi, sudah makrifat politik. Makrifat politik itu levelnya negarawan kira-kira begitu," kata Butet di sela-sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (7/6/2023).
"Kalau negarawan kelasnya ini pasti bukan transaksional," sambung Butet.
Pernyataan Butet tentang level makrifat politik Megawati diulas dan dirangkumnya semasa Pemilu 2014. Kebijaksanaan Megawati itu pula berlanjut hingga saat ini, ketika Ganjar diusung menjadi capres.
"Nyatanya ya saya menyampaikan satu bukti yang saya apresiasi. Tahun 2014 misalnya, kalau saja Ibu Megawati ini memanjakan ego politiknya, saat itu Ibu maju sendiri itu jadi Presiden. Tapi tidak, Ibu menugasi Pak Jokowi sebagai kadernya," ujarnya.
Kehadiran Butet diketahui di sela-sela Rakernas III PDIP mendampingi karibnya sesama seniman Yogyakarta Sri Krishna Encik untuk mengenalkan lagu kampanye dukungan kepada Ganjar Pranowo berjudul “Ganjar Siji Ganjar Kabeh”.
"Tahun ini kalau saja, masih juga egosentris dan belum level makrifat tentu mungkin Mbak Puan yang dipaksakan. Tapi, akhirnya kemarin kita lihat tanggal 21 April itu, Ganjar yang ditugasi oleh Ibu Megawati untuk menjadi Presiden Republik Indonesia berikutnya. Mosok kayak begitu transaksional, wong Ganjar neng kere," kata Butet.
Butet juga merasa terhormat lantaran tulisan opininya di sebuah media cetak bertajuk "Pesan Punakawan" dibaca dan diapresiasi oleh Megawati. Bahkan Megawati menginstruksikan kepada semua kadernya untuk membaca tulisan Butet.
Intisari dari tulisan itu, kata Butet, menggambarkan seorang punakawan tokoh pewayangan Jawa agar 'ojo dumeh', dan 'ojo muntal negoro'. "Di dalam tulisan saya itu kawan-kawan, saya menerangkan tentang kearifan kebudayaan dari masyarakat kecil yang menggambarkan punakawan yang selalu mengingatkan ksatria, ketika ksatria itu lengah. Salah satunya mengingatkan supaya 'Kesatria jangan mentang-mentang; ojo dumeh. Jangan milik. Kekuasaan membuat lupa. Jangan muntal negara. Muntal itu makan, nelan negara," pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda