Musra NU Mojokerto Sepakat Dukung Gus Muhaimin di Pilpres 2024

Minggu, 04 Juni 2023 - 19:45 WIB
Ratusan nahdliyin Kabupaten Mojokerto menggelar Musra NU untuk memberikan dukungan kepada Gus Muhaimin di Kampus STITNU Al Hikmah Trowulan Mojokerto, Minggu (4/6/2025). Foto/Istimewa
MOJOKERTO - Jelang perhelatan Pilpres 2024 dukungan dari warga Nahdlatul Ulama (NU ) kepada calon presiden yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar semakin menguat.

Ratusan nahdliyin Kabupaten Mojokerto menggelar Musyawarah Warga NU (Musra NU) untuk memberikan dukungan kepada Gus Muhaimin di Kampus STITNU Al Hikmah Trowulan Mojokerto, Minggu (4/6/2025). Di samping dihadiri para kiai khos, tampak hadir juga dalam kegiatan tersebut para tokoh-tokoh struktural dan kultural, termasuk akademisi, aktivis, tokoh perempuan dan kaum milenial dari 18 kecamatan se-Kabupaten Mojokerto.



Ahmad Zamroni Umar, Ketua Presidium yang memimpin Musra NU Kabupaten Mojokerto mengatakan bahwa musyawarah ini dilandasi oleh situasi dan kondisi di mana tantangan NU semakin besar, apalagi jelang tahun politik Pemilu 2024.

“Betul bahwa secara organisani, NU tidak boleh berpolitik namun warga NU sebagai mayoritas penduduk muslim Indonesia harus memilih pemimpin nasional yang bisa menjawab persoalan-persoalan kemasyarakatan,” ujar Gus Zam, panggilan akrabnya.



Lebih lanjut, Gus Zam memberikan gambaran bahwa salah satu persoalan yang dihadapi warga NU adalah persoalan kemiskinan. Mayoritas warga NU tinggal di pedesaaan yang merupakan kantung-kantung kemiskinan.

“Taruhlah penduduk yang di bawah garis kemiskinan ada 20 persen, itu sudah setara 50 juta penduduk. Dan mereka semua adalah saudara-saudara kita warga NU. Jadi, mari kita titipkan aspirasi ini pada calon pemimpin yang benar-benar mengerti kondisi warga NU,” tegasnya.

Dalam sesi dialog beberapa kiai khos turut memberikan pandangan. Di antaranya KH Masrihan Asy’ari, Pengasuh Ponpes Robithotul Ulum Jatirejo, KH Manshur Jolotundo, dan KH Mundzir Dawarblandong. Dalam pandangan KH Masrihan Asy’ari, kepemimpinan nasional haruslah kombinasi antara nasionalis dan religius.

“Syekh Subakir itu baru berhasil berdakwah di Pulau Jawa saat menggandeng orang abangan. Maka perpolitikan Indonesia itu dari dulu bisa kondusif jika ada perpaduan antara merah dan putih, merah adalah tokoh-tokoh nasionalis dan putih adalah tokoh yang berlatar belakang agama,” KH Masrihan berargumen.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More