MPR: Selamatkan Masa Depan Anak Indonesia

Jum'at, 24 Juli 2020 - 08:08 WIB
Terbaru, belum lama ini terungkap data yang mengejutkan bahwa kasus eksploitasi seksual terhadap 305 anak di bawah umur oleh warga negara Prancis. Di masa pandemi Covid-19 saat ini Bamsoet prihatin atas banyaknya kasus kekerasan terhadap anak. Merujuk pada data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), terdapat sekitar 3.000 kasus kekerasan terhadap anak sejak 1 Januari hingga 19 Juni 2020. Meliputi 852 kekerasan fisik, 768 psikis, dan 1.848 kasus kekerasan seksual.

”Beragam kekerasan terhadap anak tersebut harus kita respons dengan serius. Upaya preventif harus menjadi langkah pertama dan utama. Pembekalan pengetahuan yang mencukupi mengenai perlindungan diri bagi anak-anak kita harus ditanamkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial di sekitar kita,” tuturnya. (Baca juga: Bersenjatakan Granat, Seorang Pria Sandera Polisi di Ukraina)

Bamsoet mendesak penyediaan akses yang mudah dan tidak berbelit-belit dalam pelaporan tindak kekerasan terhadap anak-anak juga harus menjadi langkah prioritas. Dengan demikian, korban merasa aman dan terlindungi ketika hendak mengadukan kasus kekerasan yang dialami. Dalam hal ini, tidak kalah pentingnya adalah respons yang cepat dalam penanganan kasus, baik dalam pemulihan/rehabilitasi korban maupun dalam proses penegakan hukum.

Pada beberapa kasus, tindak kekerasan pada anak terus meningkat karena sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku belum memberi efek jera dan memenuhi rasa keadilan. Karena itu, penerapan sanksi yang maksimal terhadap pelaku tindak kekerasan terhadap anak harus dimaknai sebagai upaya kita melindungi anak-anak kita.

Dewasa ini, kata Bamsoet, laju peradaban telah mewarnai tumbuh kembang kehidupan anak-anak kita. Seiring laju perkembangan zaman, saat ini kita dihadapkan pada persoalan yang lebih kompleks. Lompatan kemajuan teknologi di satu sisi menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan, tetapi di sisi lain juga menyimpan potensi dampak negatif yang mengkhawatirkan, khususnya bagi anak-anak kita. Kasus kejahatan berbasis siber (cyber crimes) dan perundungan (bullying) melalui media sosial adalah contoh dari penyalahgunaan kemajuan teknologi.

”Kecanduan mengakses internet telah mendorong anak-anak kita menjadi asosial, karena sebagian besar waktunya dihabiskan dengan bermain gadget dan komputer pribadi di dalam kamar. Melalui internet pula pornografi dan berbagai paham radikal dengan mudah merasuk dan meracuni alam pikiran anak-anak kita. Semua ekses negatif tersebut dapat dengan mudahnya diakses dalam genggaman tangan anak-anak kita dan hanya dalam batas jangkauan sentuhan jari saja,” tutur Bamsoet. (Baca juga: 3 Dosa yang Paling Dimurkai Allah Ta'ala, Apa Saja?)

Sejalan dengan semangat tersebut, MPR menyelenggarakan kegiatan pemasyarakatan empat pilar MPR dalam kerangka pembangunan karakter bangsa (nation character building). Empat pilar MPR adalah Pancasila sebagai dasar negara, landasan ideologi, falsafah, dan etika moral bangsa; Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional; Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai konsensus bentuk kedaulatan negara; dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semangat pemersatu dalam kemajemukan bangsa.

”MPR RI mengajak peran serta seluruh komponen bangsa, termasuk para guru dan orang tua, untuk senantiasa menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam Empat Pilar MPR tersebut sebagai rujukan dan bagian tak terpisahkan dalam proses mendidik dan mengasuh anak,” tuturnya.

Bamsoet meyakini anak-anak Indonesia mempunyai kemampuan melebihi anak-anak di negara lain. Begitu banyak anak bangsa yang telah menorehkan prestasi internasional di tengah keterbatasan ekonomi dan sosial. Dia menyebut nama Joey Alexander, pianis berusia 13 tahun yang mendapatkan nominasi Grammy Award 2016. Ada juga Yuma Soerianto, programmer termuda di konferensi World Wide Developers Conference 2017, yang membuat CEO Apple Tim Cook terkagum-kagum. Ataupun Rafi Abdurrahman Ridwan, desainer disabilitas yang berhasil menjadi perancang busana untuk acara America's Next Top Model.

"Selain menjadi penyejuk jiwa, anak merupakan masa depan peradaban bangsa. Hal ini menunjukkan kuatnya korelasi antara upaya perlindungan anak dengan upaya memajukan bangsa dan negara. Karena itu, sangat penting bagi anak-anak Indonesia bisa lahir, tumbuh, dan berkembang dalam lingkungan sosial yang sehat," ujarnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More