Jeli Memilih Instrumen Investasi
A
A
A
Bagi mereka yang memiliki dana tunai cukup, saat ini bisa menjadi peluang terbaik untuk melipatgandakannya.
Caranya, dengan membeli produk- produk investasi yang saat ini trennya sedang menurun. Menurut Perencana Keuangan Eko Endarto, indeks harga saham gabungan (IHSG) yang fluktuatif saat ini merupakan momentum yang tepat untuk mengoleksi saham dengan harga murah, terutama bagi investor yang memiliki horizon jangka panjang. Karena itu, pilihannya pun banyak dan terbuka.
”Bagi investor yang berorientasi jangka pendek, mereka bisa melepas saham ataupun menyimpan dan kemudian bisa beralih ke instrumen pasar uang, deposito, ataupun produk jangka pendek lain,” papar Eko. Alternatif lain yang bisa dijadikan pilihan berinvestasi saat IHSG melemah yaitu emas. Mengapa emas? Karena investasi emas memiliki keunggulan tersendiri jika dibandingkan investasi jangka pendek.
”Emas cukup stabil, bisa menjaga inflasi, serta jika sewaktu-waktu investor sedang membutuhkan tambahan dana, emas akan mudah untuk dijual dan bisa mendapatkan hasil lebih besar dibandingkan deposito, ataupun pasar uang,” papar Eko. Namun, menurut Eko, hal yang penting bagi investor adalah horizon investasi, agar lebih mudah dalam memilih instrumen investasi yang akan dipilih. ”Investor harus bisa menentukan tujuan investasinya, jangka pendek, menengah, ataupun panjang,” tuturnya.
Hal senada disampaikan juga oleh perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno. Menurut Mike, sebelum melakukan investasi, investor harus memilih tujuan investasi terlebih dulu. Investasi saham, menurutnya, memang akan mendapatkan hasil yang lebih tinggi, namun memiliki risiko yang tinggi pula. Pilihan yang aman adalah investasi emas, jika perencanaan investasinya jangka panjang–deposito cocok untuk investasi jangka pendek.
”Emas yang bisa dijadikan alternatif investasi untuk jangka panjang, ataupun deposito untuk pilihan instrumen investasi jangka pendek dan deposito lebih aman dan risiko yang kecil,” ujar Mike. Dia menambahkan, investor perlu membuat diversifikasi dengan membikin komposisi portofolio baru yang disertai penyebaran risiko.
Kemudian, investor muda bisa memilih investasi jangka panjang dengan high return. ”Tapi juga akan mendapatkan hasil yang besar, contohnya saham,” katanya.
Robi ardianto
Caranya, dengan membeli produk- produk investasi yang saat ini trennya sedang menurun. Menurut Perencana Keuangan Eko Endarto, indeks harga saham gabungan (IHSG) yang fluktuatif saat ini merupakan momentum yang tepat untuk mengoleksi saham dengan harga murah, terutama bagi investor yang memiliki horizon jangka panjang. Karena itu, pilihannya pun banyak dan terbuka.
”Bagi investor yang berorientasi jangka pendek, mereka bisa melepas saham ataupun menyimpan dan kemudian bisa beralih ke instrumen pasar uang, deposito, ataupun produk jangka pendek lain,” papar Eko. Alternatif lain yang bisa dijadikan pilihan berinvestasi saat IHSG melemah yaitu emas. Mengapa emas? Karena investasi emas memiliki keunggulan tersendiri jika dibandingkan investasi jangka pendek.
”Emas cukup stabil, bisa menjaga inflasi, serta jika sewaktu-waktu investor sedang membutuhkan tambahan dana, emas akan mudah untuk dijual dan bisa mendapatkan hasil lebih besar dibandingkan deposito, ataupun pasar uang,” papar Eko. Namun, menurut Eko, hal yang penting bagi investor adalah horizon investasi, agar lebih mudah dalam memilih instrumen investasi yang akan dipilih. ”Investor harus bisa menentukan tujuan investasinya, jangka pendek, menengah, ataupun panjang,” tuturnya.
Hal senada disampaikan juga oleh perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno. Menurut Mike, sebelum melakukan investasi, investor harus memilih tujuan investasi terlebih dulu. Investasi saham, menurutnya, memang akan mendapatkan hasil yang lebih tinggi, namun memiliki risiko yang tinggi pula. Pilihan yang aman adalah investasi emas, jika perencanaan investasinya jangka panjang–deposito cocok untuk investasi jangka pendek.
”Emas yang bisa dijadikan alternatif investasi untuk jangka panjang, ataupun deposito untuk pilihan instrumen investasi jangka pendek dan deposito lebih aman dan risiko yang kecil,” ujar Mike. Dia menambahkan, investor perlu membuat diversifikasi dengan membikin komposisi portofolio baru yang disertai penyebaran risiko.
Kemudian, investor muda bisa memilih investasi jangka panjang dengan high return. ”Tapi juga akan mendapatkan hasil yang besar, contohnya saham,” katanya.
Robi ardianto
(ars)