Tempat Menginap bagi Pasien Ekonomi Lemah

Kamis, 07 Mei 2015 - 08:46 WIB
Tempat Menginap bagi Pasien Ekonomi Lemah
Tempat Menginap bagi Pasien Ekonomi Lemah
A A A
Hotel yang terletak di Beijing, China ini terlihat tidak layaknya hotel kebanyakan. Hanya bangunan dua lantai yang terlihat lusuh dan selalu dipenuhi banyak orang. Harganya pun tidak mencekik. Masyarakat sekitar menyebutnya Hotel Kanker.

Hotel ini hanya berjarak beberapa ratus meter dari salah satu pusat pengobatan dan penelitian kanker di China. Di hotel kanker tersebut tersedia akomodasi rumah sementara untuk ratusan pasien. Mereka umumnya berasal dari pedalaman pedesaan China dan kota-kota lain yang mencari pengobatan kanker karena di wilayah mereka belum tersedia pengobatan untuk penyakit mematikan ini.

Hotel ini menjadi layaknya rumah sakit yang pada malam hari terkadang terdengar penderitaan para tamu di lorong-lorong hotel. ”Saya pikir saya akan hancur ketika mendengar berita itu,” kata Liu Dajiang yang istrinya diagnosis kanker serviks pada September 2014 kepada CNN . Liu menginap di hotel kanker ini untuk menunggu kemoterapi, pembedahan, dan radioterapi di rumah sakit.

Memang tidak ada pelayanan perawatan di penginapan tersebut, tapi tersedia dapur yang bisa digunakan bersama dan memungkinkan mereka untuk hidup murah serta dukungan dari sesama penderita. Kamar yang disewa Liu memiliki dua tempat tidur. Tidak ada furnitur tambahan kecuali untuk tempat TV. Sementara istri Liu hanya bisa tiduran di tempat tidur dengan mata terpejam meski TV menyala. ”Dia sangat lemah, jarang keluar dari tempat tidur. Saya biasanya hanya menemaninya berjalan di sekitar lingkungan,” ucapnya. Istri Liu hanya mengikuti satu sesi radiografi sebelum pulang meninggalkan hotel kanker tersebut.

Setelahnya, dia kini berpikir utang sebesar USD30.000 (sekitar Rp390 juta) yang digunakan untuk biaya perawatan medis dan biaya hidup selama waktu mereka di Beijing. Seperti kebanyakan penghuni lain di tempat tersebut, Liu memilih memasak sendiri untuk menghemat uang. ”Kami harus menghitung setiap sen. Bagi kami, petani tidak mampu, biaya pengobatan sangat mahal,” tutur Liu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tingkat penderita kanker di China terus meningkat. Bahkan dilaporkan 2,2 juta pria dan wanita meninggal karena kanker setiap tahun. Penderita pria sebagian besar terserang kanker paru-paru, sedangkan kaum perempuan paling banyak kanker payudara. Bernhard Schwartlander, perwakilan WHO di China, mengatakan, hotel kanker yang bermunculan di sekitar rumah sakit terkemuka di sejumlah kota besar merupakan bukti dari lemahnya sistem kesehatan di China.

Kebanyakan pasien tidak memiliki akses terjangkau untuk pengobatan kanker dengan kualitas yang baik di dekat tempat tinggal mereka. Padahal, biaya pengobatan kanker sangat mahal. ”Karena itu, ada risiko serius bagi banyak orang yang diagnosis kanker bisa menjadi bencana finansial dan menjadikan rumah tangga jatuh miskin. Mereka juga percaya melakukan pengobatan di kota akan jauh lebih baik walau mahal,” ungkap Schwartlander.

Meng, salah satu pemilik hotel kanker, mengatakan, dia telah bertemu banyak pasien yang terpaksa menjual rumah untuk membiayai perawatan medis mereka. ”Sebagian besar dari mereka sembuh, tetapi yang lain tidak,” ujar Meng. Pada 2010, Meng menyewa gedung dan direnovasi menjadi sebuah hotel berisi 70 kamar dan 10 kamar mandi umum. ”Para pasien membutuhkan suplemen gizi. Mereka bisa membuat apa pun yang mereka ingin makan di sini. Mereka tidak bisa melakukan itu di hotel biasa,” tutur Meng.

Salah satu penghuni hotel milik Meng yang enggan disebut namanya misalnya sudah dua bulan tinggal di hotel tersebut bersama istri dan anaknya. Dia datang ke Beijing setelah penyakit tumor di rahangnya diangkat. Sejak saat itu dia harus menjalani radioterapi.

Ananda Nararya
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7220 seconds (0.1#10.140)