Wabah Penyakit Ancam Nepal

Rabu, 06 Mei 2015 - 09:28 WIB
Wabah Penyakit Ancam Nepal
Wabah Penyakit Ancam Nepal
A A A
KATHMANDU - Korban gempa Nepal tidak hanya membutuhkan bantuan makanan dan air minum, tapi juga obatobatan. Menurut Komite Gawat Darurat Bencana (DEC) Inggris, Nepal berpotensi terancam berbagai wabah penyakit.

Hal ini disebabkan kandungan air tidak bersih karena terkontaminasi dan minim sanitasi. Apalagi, banyak warga Nepal yang tidur di area terbuka.

Menurut DEC, ada beberapa warga yang sudah terserang diare dan infeksi di bagian dada. Kebersihan air minum menjadi bagian yang perlu diperhatikan tim bantuan internasional. DEC mengatakan aksi konkret diperlukan secepatnya untuk mencegah penyebaran berbagai wabah penyakit seperti kolera dan disentri. Skala dan jumlah dana yang diperlukan masih dalam proses perhitungan. Sejauh ini, DEC hanya mengajukan dana lebih dari 33 juta poundsterling (sekitar Rp653 miliar).

Pemerintah Inggris memberikan donasi sebesar 5 juta poundsterling kepada DEC dan berkomitmen mengirimkan dana sekitar 17,8 juta poundsterling untuk bantuan kemanusiaan. ”Kolera adalah penyakit yang sudah sering ditemukan di Nepal. Jadi wabah kolera pada saat ini bisa sangat banyak. Pada tahun lalu, 600 warga Nepal terkena kolera dan pada 2009 sekitar 300.000 orang. Itu menjadi wabah terbesar,” kata DEC.

DEC akan menyiapkan persediaan air minum, toilet, dan perlengkapan higienis. Glynnis Brooks, kepala kesehatan, air, sanitasi, dan higienis dari Palang Merah Inggris mengatakan, ketersediaan air dan sanitasi di wilayah terdampak gempa kritis. ”Perbaikan infrastruktur dan rehabilitasi air di Nepal akan memakan waktu lama. Jadi, dunia internasional perlu menyediakan suplai air bersih dan aman,” tandas Brooks.

Sementara itu, warga di pedalaman Nepal yang telantar setelah rumah mereka rusak akibat diguncang gempa dengan kekuatan 7,8 Skala Richter pada 25 April lalu, mulai bisa sedikit bernapas lega. Tim bantuan lokal dan internasional mulai tiba. Pemerintah Nepal mengatakan, tim gawat darurat gabungan antara militer dan polisi berjumlah lebih dari 131.500 orang akhirnya masuk ke wilayah pelosok. Upaya pemberian bantuan kepada warga Nepal yang terperangkap di daerah pedesaan dan pegunungan tersebut, juga didukung lebih dari 100 tim relawan asing.

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Nepal menyatakan situasi saat ini sudah ada di bawah kendali, setelah sebelumnya banyak warga yang mengeluh mengenai telatnya bantuan datang. ”Situasi di Nepal mulai normal karena barang yang dibutuhkan sudah mencapai area krusial yang paling parah,” ujar Juru Bicara (Jubir) Kemendagri Laxmi Prasad Dhakal kepada AFP . Dhakal menambahkan, semua warga Nepal sudah mulai beraktivitas normal. Namun, pemerintah akan memastikan pemenuhan setiap keperluan warga mereka. ”Kami akan melakukan yang terbaik,” kata Dhakal.

Operasi pemberian bantuan tersebut kemungkinan akan berjalan selama seminggu atau mungkin lebih. ”Ada banyak warga Nepal yang kehilangan tempat tinggal dan terlantar. Mereka hidup di bawah langit-langit tenda dan di atas seprei tipis,” tutur Dhakal. Pemerintah Nepal akan mengalokasikan dana sebesar USD196 juta (Rp2,5 miliar) untuk kepentingan rekonstruksi dan rehabilitasi. Mereka juga meminta bantuan internasional.

Sementara itu, Pusat Operasi Darurat Nasional menyatakan jumlah korban tewas hingga kemarin mencapai 7.557 orang, sedangkan korban lukaluka mencapai 14.536 orang. Gempa paling mematikan sejak 80 tahun yang lalu itu juga menelan korban jiwa di negara tetangga Nepal seperti India dan China. Jumlah korban tewas di dua negara itu mencapai 100 orang lebih. Namun, pemerintah Nepal memperingatkan jumlah korban tewas kemungkinan masih bisa lebih tinggi mengingat tim pencarian dan penyelamatan baru memasuki wilayah terpencil.

Otoritas terkait Nepal yang menangani bencana mengaku tetap mendapatkan hambatan besar ketika tim pencarian dan bantuan sudah tiba di daerah terpencil. Kepala Asisten Wilayah Gautam Rimal mengatakan, pemerintah belum bisa melakukan kontak dengan orang-orangyang berada di Langtang dalam 24 jam terakhir, sebab cuaca buruk di wilayah sekitar membuat komunikasi putus. Meski demikian, dia tetap berharap bisa mengirimkan helikopter.

Sampai saat ini, pemerintah Nepal tidak menutup pendakian di Gunung Everest, meskipun beberapa jalur rusak parah. Di Everest, setidaknya 18 orang tewas akibat gempa besar itu. Secara total, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 8 juta dari 28 juta warga Nepal terkena imbas dari gempa tersebut.

Dua juta orang bahkan kehilangan harta. Mereka memerlukan tenda, makanan, air minum, dan obat-obatan untuk tiga bulan ke depan. UNICEF mengatakan lebih dari 500 juta anak diberikan obat vaksin untuk mencegah wabah campak. Sekitar 1,7 juta anak memerlukan bantuan kemanusiaan.

Muh shamil
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6733 seconds (0.1#10.140)
pixels