Berpesan Buruh Lanjutkan Perjuangan

Senin, 04 Mei 2015 - 12:00 WIB
Berpesan Buruh Lanjutkan...
Berpesan Buruh Lanjutkan Perjuangan
A A A
JAKARTA - Pihak kepolisian memastikan kematian Sebastian Manuputty, 33, aktivis buruh yang terbakar dan jatuh dari atap tribun Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Jumat (1/5) lalu merupakan aksi bunuh diri.

Namun apa motifnya saat ini belum diketahui. ”Korban bunuh diri dengan cara membakar diri kemudian melompat. Sebelumnya korban sudah menyiram tubuh dengan bensin,” ujar pejabat sementara (pjs) Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Budi Widjanarko kemarin.

Menurut dia, ada dua hal yang membuat polisi yakin bahwa warga Jalan Pulau Sirih Utara Dalam 3 Blok DC No 93, Pekayon Jaya, Bekasi, itu bunuh diri. Pertama, pesan terakhir korban di Facebook-nya yang ditulis sebelum kematian. ”Tulisannya di Facebook salah satunya lanjutkan perjuangan kaum buruh, tani, dan nelayan, aku bahagia melakukannya serta beberapa tulisan lain yang di-upload oleh korban,” katanya.

Kemudian, keterangan istri korban, Salmah, yang mengatakan bahwa sebelum berangkat untuk aksi May Day di Jakarta, sepeda motor milik suaminya yang diparkir di rumah dalam keadaan full tank . ”Saat istrinya mau menggunakan sepeda motor siang harinya, isi tangki bensin sudah kosong,” ucapnya.

Istri korban juga mengakui beberapa barang yang ditemukan di atap tribun SUGBK tempat korban melompat adalah milik suaminya. Selain itu, salah satu temannya bernama Dian Iskandar juga mengenali korban dari pakaian yang dikenakan saat Hari Buruh Internasional.

”Keterangan temannya bahwa korban sebelumnya memakai baju yang sama dengan yang dipakai oleh korban, baju hitam lengan panjang, bagian depan terdapat gambar bintang warna merah. Sebelum aksi May Day, Dian berfoto dengan korban,” ujar Budi.

Sebastian lompat dari atap tribun SUGBK di sektor 24 sambil memakai kain yang terbakar. Kain itu dililit di sekujur tubuhnya. Dia melompat dari ketinggian sekitar 48 meter menuju atap panggung hiburan. Ironisnya korban malah mendarat di besi-besi yang menyusun atap panggung yang berakibat kepalanya pecah.

”Hasil pemeriksaan tim dokter forensik dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya menyebutkan luka bakar di tubuh korban tak parah. Kematian lebih disebabkan benturan di kepala,” katanya.

Keluarga Sebastian Manuputty mengaku tidak memiliki firasat apa pun. Korban tampak sudah siap dengan tindakan nekatnya dan meninggalkan pesan kepada keluarga. Bahkan korban sempat meminta maaf karena belum dapat membahagiakan keluarganya. ”Maaf, kerja sebagai buruh belum bisa membahagiakan keluarga,” ujar Salmah menirukan Sebastian.

Sebelum suaminya berpartisipasi dalam aksi buruh, menurut Salmah, dia berpesan agar tetap bersemangat dan menerima apa adanya. Penghasilan rutin Sebastian setiap bulan tak lebih dari Rp3 juta. Sebab besaran upah minimum kabupaten (UMK) Bekasi baru mencapai Rp2,9 juta lebih. Meski demikian, korban tak pernah mengeluh. Dia tetap bersemangat bekerja bersama istrinya yang merupakan satu pabrik.

Menurutnya, Sebastian adalah buruh yang sangat aktif dalam organisasi buruh dan sebelum kejadian dia kerap mengikuti rapat yang digelar para buruh. Sebastian juga dikenal getol memperjuangkan kaum buruh agar mendapatkan kesejahteraan yang layak guna mencukupi kebutuhan keluarga.

Saat ini, dia tengah memperjuangkan buruh yang mengalami kecelakaan kerja. ”Sebastian dikenal sangat baik di kalangan buruh,” kata Salmah.

Helmi syarif/Sindonews
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2005 seconds (0.1#10.140)