Jangan Sekadar Berputar-Putar
A
A
A
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan, efektivitas bus wisata Mpok Siti bisa dilihat dari penggunanya.
Jika lebih banyak dipergunakan oleh pengunjug wisata khususnya mancanegara, maka keberadaannya efektif dalam agenda pengembangan wisata Jakarta. ”Tapi kalau ternyata lebih banyak dimanfaatkan warga Jakarta dan sekitarnya, berarti ada hal yang harus segera dievaluasi,” terangnya.
Pemprov DKI, kata Yayat, juga harus mulai mengevaluasi minat wisatawan yang mempergunakan bus wisata tersebut di hari kerja dan hari libur atau akhir pekan. Jika ternyata peminatnya di hari kerja sangat sedikit, lebih baik hanya mengoperasikan satu atau dua bus. Yayat pun mendorong Pemprov DKI bekerjasama dengan kalangan industri wisata termasuk kuliner dalam pengoperasian bus ini supaya lebih menarik. Dia juga mengingatkan agar Mpok Siti berbasis destinasi agar ada tujuan jelas dan manfaat, tidak sekadar berputar-putar.
Misalnya, ke Tanah Abang, Jalan Jaksa, Menteng, dan Kemang. ”Ini sekaligus mengurangi penggunaan bus-bus ekslusif atau mobil sewa pribadi oleh turis di Jakarta yang jalanannya sudah macet parah,” tegasnya. Sementara itu, Ketua Program Studi Pariwisata Universitas Indonesia (UI) Jajang Gunawijaya memandang, bus wisata kota idealnya mampu mendongkrak branding pariwisata Jakarta.
Apabila dikemas dengan bagus, keberadaannya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang hendak mengunjungi destinasi wisata di IbuKota. Jajang memaparkan, sudah banyak negara mengoperasikan bus wisata kota gratis termasuk bus tingkat bagi para turis. Tujuannya adalah meningkatkan citrapariwisataagarmunculkesan ramah, atraktif, dan interaktif. Tujuan akhirnya adalah menggairahkan industri pariwisata.
”Agar keberadaan bus-bus ini benar-benar dirasakan membantu para pelaku wisata, sebaiknya Pemprov DKI menjalin kerja sama dengan mereka. Bisa dengan hotel-hotel, mal, resto, atau tempat wisata lain. Ini bisa membuat Mpok Siti lebih efektif dan terarah,” kata Jajang. Dengan kerja sama seperti ini, lanjut dia, penumpang Mpok Siti akan otomatis terseleksi yaitu benar-benar wisatawan baik asing maupun domestik.
Pihak pelaku industri wisata pun tentu tak akan ragu mempromosikan Mpok Siti sebagai salah satu keunggulan pelayanan wisata Jakarta. Untuk tahap awal, kata Jajang, sebaiknya Pemprov DKI Jakarta tidak mengenakan biaya kepada wisatawan yang menikmati Mpok Siti. Namun, bisa jadi ada penerapan biaya tertentu untuk pemesanan di luar jadwal reguler. Dia juga menyarankan Pemprov DKI bekerjasama dengan sekolah-sekolah pariwisata untuk merekrut mahasiswa atau siswa praktik sebagai pemandu wisata yang tidak perlu dibayar penuh.
Di satu sisi, mereka memang mencari pengalaman dan jaringan, di sisi lain Pemprov DKI Jakarta pun dapat mengefisienkan anggaran. Sementara itu, Direktur Utama PT Transjakarta Antonius NS Kosasih sebagai operator Mpok Siti, mengungkapkan, pada awal operasionalnya, setiap bus dilengkapi pemandu dan polisi pariwisata. Namun, dengan alas an efisiensi anggaran, keberadaan mereka ditiadakan sejak 2015.
”Kami lebih memaksimalkan tenaga on-board seperti di bus Transjakarta. Mereka tidak sekadar menjelaskan destinasi perjalanan bus tapi juga menjawab pertanyaan penumpang,” terangnya. Dalam waktu dekat, lanjut dia, setiap bus akan dilengkapi fasilitas passenger information servicemelalui LCD yang juga dirilis dalam website Transjakarta.
Hermansah/ ilham safutra
Jika lebih banyak dipergunakan oleh pengunjug wisata khususnya mancanegara, maka keberadaannya efektif dalam agenda pengembangan wisata Jakarta. ”Tapi kalau ternyata lebih banyak dimanfaatkan warga Jakarta dan sekitarnya, berarti ada hal yang harus segera dievaluasi,” terangnya.
Pemprov DKI, kata Yayat, juga harus mulai mengevaluasi minat wisatawan yang mempergunakan bus wisata tersebut di hari kerja dan hari libur atau akhir pekan. Jika ternyata peminatnya di hari kerja sangat sedikit, lebih baik hanya mengoperasikan satu atau dua bus. Yayat pun mendorong Pemprov DKI bekerjasama dengan kalangan industri wisata termasuk kuliner dalam pengoperasian bus ini supaya lebih menarik. Dia juga mengingatkan agar Mpok Siti berbasis destinasi agar ada tujuan jelas dan manfaat, tidak sekadar berputar-putar.
Misalnya, ke Tanah Abang, Jalan Jaksa, Menteng, dan Kemang. ”Ini sekaligus mengurangi penggunaan bus-bus ekslusif atau mobil sewa pribadi oleh turis di Jakarta yang jalanannya sudah macet parah,” tegasnya. Sementara itu, Ketua Program Studi Pariwisata Universitas Indonesia (UI) Jajang Gunawijaya memandang, bus wisata kota idealnya mampu mendongkrak branding pariwisata Jakarta.
Apabila dikemas dengan bagus, keberadaannya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang hendak mengunjungi destinasi wisata di IbuKota. Jajang memaparkan, sudah banyak negara mengoperasikan bus wisata kota gratis termasuk bus tingkat bagi para turis. Tujuannya adalah meningkatkan citrapariwisataagarmunculkesan ramah, atraktif, dan interaktif. Tujuan akhirnya adalah menggairahkan industri pariwisata.
”Agar keberadaan bus-bus ini benar-benar dirasakan membantu para pelaku wisata, sebaiknya Pemprov DKI menjalin kerja sama dengan mereka. Bisa dengan hotel-hotel, mal, resto, atau tempat wisata lain. Ini bisa membuat Mpok Siti lebih efektif dan terarah,” kata Jajang. Dengan kerja sama seperti ini, lanjut dia, penumpang Mpok Siti akan otomatis terseleksi yaitu benar-benar wisatawan baik asing maupun domestik.
Pihak pelaku industri wisata pun tentu tak akan ragu mempromosikan Mpok Siti sebagai salah satu keunggulan pelayanan wisata Jakarta. Untuk tahap awal, kata Jajang, sebaiknya Pemprov DKI Jakarta tidak mengenakan biaya kepada wisatawan yang menikmati Mpok Siti. Namun, bisa jadi ada penerapan biaya tertentu untuk pemesanan di luar jadwal reguler. Dia juga menyarankan Pemprov DKI bekerjasama dengan sekolah-sekolah pariwisata untuk merekrut mahasiswa atau siswa praktik sebagai pemandu wisata yang tidak perlu dibayar penuh.
Di satu sisi, mereka memang mencari pengalaman dan jaringan, di sisi lain Pemprov DKI Jakarta pun dapat mengefisienkan anggaran. Sementara itu, Direktur Utama PT Transjakarta Antonius NS Kosasih sebagai operator Mpok Siti, mengungkapkan, pada awal operasionalnya, setiap bus dilengkapi pemandu dan polisi pariwisata. Namun, dengan alas an efisiensi anggaran, keberadaan mereka ditiadakan sejak 2015.
”Kami lebih memaksimalkan tenaga on-board seperti di bus Transjakarta. Mereka tidak sekadar menjelaskan destinasi perjalanan bus tapi juga menjawab pertanyaan penumpang,” terangnya. Dalam waktu dekat, lanjut dia, setiap bus akan dilengkapi fasilitas passenger information servicemelalui LCD yang juga dirilis dalam website Transjakarta.
Hermansah/ ilham safutra
(ars)