Ribuan Rumah di Pasuruan Terendam Banjir
A
A
A
PASURUAN - Akibat curah hujan tinggi di kawasan selatan Pasuruan sejak Kamis (30/4) malam, lima kecamatan di Kabupaten Pasuruan dan satu kecamatan di Kota Pasuruan terendam banjir hingga 1,5 meter. Bahkan, jalur pantura Probolinggo-Surabaya sempat lumpuh karena genangan air.
Banjir yang berasal dari bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Welang dan Kedung Larangan Pasuruan itu merendam sekitar 4.890 rumah warga di Kota dan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, kemarin. Lima kecamatan di Kabupaten Pasuruan tersebut adalah Kraton, Pohjentrek, Bangil, Beji, dan Grati. Sementara di Kota Pasuruan, banjir merendam Kecamatan Gadingrejo.
Menurut Anam, warga Gadingrejo, banjir kiriman ini mulai merendam permukiman warga pada Kamis tengah malam. Genangan air mulai merambat dan merendam jalur pantura. ”Banjir bergerak cepat merendam perkampungan. Warga segera mengungsi mencari tempat lebih aman. Sebagian warga lain bertahan di rumah untuk mengamankan harta bendanya,” kata Anam kemarin.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengatakan, pihaknya telah menurunkan perahu karet untuk mengevakuasi warga korban banjir menuju posko penampungan.
BPBD juga telah membuka dapur umum dan memberikan bantuan logistik berupa nasi bungkus kepada para korban banjir. ”Saya berharap warga yang berada di kawasan rawan bencana agar tetap waspada mengingat curah hujan yang tinggi, meski musim hujan segera berakhir. Kami juga mengimbau agar warga segera melapor kepada petugas jika mengetahui tanda-tanda terjadinya bencana alam,” ujar Bakti.
Sementara untuk mengantisipasi kemacetan 3 kilometer di jalur pantura akibat jalanan tergenang air hingga 1 meter, polisi sempat menutup jalur pantura dan mengalihkan arus lalu lintas melalui jalur selatan Pasuruan, yaitu melewati jalur Pohjentrek-Purwosari-Pandaan, dan Gempol. Petugas baru membuka lagi jalur itu sekitar pukul 11.00 WIB kemarin setelah banjir berangsur surut.
Meski begitu, petugas kepolisian memberlakukan contra-flow untuk mengurai kemacetan panjang. ”Jalur dari Surabaya ke Probolinggo dan sebaliknya kami tutup mulai pukul 01.00 dan dialihkan ke jalur selatan melalui Purwosari atau Pandaan untuk mengurangi kemacetan,” kata Kasat Lantas Polres Pasuruan Kota AKP Sumino.
Selain Pasuruan, banjir juga merendam beberapa kabupaten lain di Jawa Timur. Salah satunya, air menggenangi Jalan Raya Porong dan rel kereta api (KA) di Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, hingga 30 cm. Sejauh ini belum ada solusi permanen untuk menyelamatkan infrastruktur yang berada di kawasan lumpur Lapindo tersebut.
Kendaraan yang melintas harus melaju pelan-pelan agar tidak mogok, terutama kendaraan jenis sedan, yang tidak berani melintas dan memilih lewat Jalan Arteri Porong. Beberapa kendaraan baik motor maupun sedan mogok karena memaksakan menerobos air. ”Pagi hari tadi (kemarin) kendaraan jenis sedan yang memaksa lewat banyak yang mogok,” ujar Suparno, warga Porong.
Menurut Suparno, genangan air yang merendam rel kereta dan Jalan Raya Porong seolah sudah langganan. Setiap hujan turun, jalan langsung tergenang air. Padahal, sejak terjadinya semburan lumpur panas sembilan tahun lalu, Jalan Raya Porong sudah beberapa kali ditinggikan. Kenyataannya, setiap hujan masih terendam air. Banjir yang terjadi lantaran saluran air (drainase) kurang lancar.
Pasalnya, kondisi Sungai Ketapang di sisi utara tanggul lumpur yang menjadi tempat pembuangan air, volume airnya juga tinggi. Terendamnya Jalan Raya Porong dan rel KA merupakan imbas dari keberadaan tanggul lumpur. Air hujan akhirnya menumpuk di Jalan Raya Porong dan hanya bisa dialirkan ke Sungai Ketapang.
Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) sebenarnya sudah membuat saluran ke arah Sungai Ketapang. ”Kondisi Sungai Ketapang penuh, jadi air di Jalan Raya Porong tidak bisa mengalir,” ujar Humas BPLS Dwinanto Hesti Prasetyo. Dwinanto menambahkan, pihaknya sudah mengoperasikan tiga pompa air.
Dua unit ditempatkan di Ketapang dan satu unit ditempatkan di Desa Mindi, Kecamatan Porong. Dua pompa dioperasikan untuk mengalirkan air ke Sungai Ketapang dan satu pompa menyedot air ke Sungai Porong. ”Kalau tidak dipompa, lama surutnya karena di Sungai Ketapang, volume air juga tinggi,” jelas Dwinanto.
Mengenai solusi permanen menyelamatkan Jalan Raya Porong dan rel KA dari banjir, Dwinanto menyatakan pihaknya hanya mengalirkan air ke Sungai Ketapang bila hujan turun. Sementara untuk peninggian jalan atau rel KA, merupakan kewenangan instansi terkait.
Dwinanto mengakui bahwa Jalan Raya Porong dan rel KA beberapa kali ditinggikan. Bahkan, sejak terjadinya semburan lumpur sudah lebih dari 1,5 meter. ”Kawasan Porong terjadi penurunan tanah, jadi Jalan Porong dan rel KA terus menurun,” pungkasnya.
Akibat terendamnya rel KA mulai Km 32.400 kawasan Ketapang Tanggulangin hingga Km 33.300 Siring, Porong, sedikitnya lima jadwal keberangkatan KA tertunda. KA yang tertunda melanjutkan perjalanan, yakni Mutiara Timur jurusan Banyuwangi-Surabaya berhenti di Bangil. Kemudian KA Probowangi jurusan Surabaya- Banyuwangi, dan KA Penataran jurusan Surabaya-Malang yang tertahan di Stasiun Sidoarjo.
KA Penataran Malang-Surabaya tertahan di Stasiun Bangil serta komuter jurusan Stasiun Gubeng ke Porong tertahan di Stasiun Tanggulangin. Para penumpang sebagian ada yang dialihkan ke bus dan ada yang memilih mengembalikan tiket. Humas PT KA Daops 8 Surabaya Sumarsono mengatakan, rel KA terendam air setinggi 21 cm. ”Sedangkan panjang rel KA yang terendam air mulai Tanggulangin hingga Siring, sejarak sekitar 1 km,” ujarnya.
Kepala Stasiun Besar Malang Sukardono menyebutkan, KA Ekonomi Penataran, yang seharusnya berangkat dari Kota Malang, pukul 07.10 WIB, terpaksa terlambat hingga tiga jam lamanya.
”KA baru diberangkatkan menuju Surabaya pada pukul 10.15 WIB. Selanjutnya, mulai pukul 15.00 WIB jalur dilaporkan mulai normal kembali. Genangan air sudah mencapai sekitar 13 cm. Pagi tadi (kemarin), genangan air mencapai di atas 20 cm,” terangnya.
Arie yoenianto/ Abdul rouf/ Yuswantoro/ ant
Banjir yang berasal dari bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Welang dan Kedung Larangan Pasuruan itu merendam sekitar 4.890 rumah warga di Kota dan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, kemarin. Lima kecamatan di Kabupaten Pasuruan tersebut adalah Kraton, Pohjentrek, Bangil, Beji, dan Grati. Sementara di Kota Pasuruan, banjir merendam Kecamatan Gadingrejo.
Menurut Anam, warga Gadingrejo, banjir kiriman ini mulai merendam permukiman warga pada Kamis tengah malam. Genangan air mulai merambat dan merendam jalur pantura. ”Banjir bergerak cepat merendam perkampungan. Warga segera mengungsi mencari tempat lebih aman. Sebagian warga lain bertahan di rumah untuk mengamankan harta bendanya,” kata Anam kemarin.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengatakan, pihaknya telah menurunkan perahu karet untuk mengevakuasi warga korban banjir menuju posko penampungan.
BPBD juga telah membuka dapur umum dan memberikan bantuan logistik berupa nasi bungkus kepada para korban banjir. ”Saya berharap warga yang berada di kawasan rawan bencana agar tetap waspada mengingat curah hujan yang tinggi, meski musim hujan segera berakhir. Kami juga mengimbau agar warga segera melapor kepada petugas jika mengetahui tanda-tanda terjadinya bencana alam,” ujar Bakti.
Sementara untuk mengantisipasi kemacetan 3 kilometer di jalur pantura akibat jalanan tergenang air hingga 1 meter, polisi sempat menutup jalur pantura dan mengalihkan arus lalu lintas melalui jalur selatan Pasuruan, yaitu melewati jalur Pohjentrek-Purwosari-Pandaan, dan Gempol. Petugas baru membuka lagi jalur itu sekitar pukul 11.00 WIB kemarin setelah banjir berangsur surut.
Meski begitu, petugas kepolisian memberlakukan contra-flow untuk mengurai kemacetan panjang. ”Jalur dari Surabaya ke Probolinggo dan sebaliknya kami tutup mulai pukul 01.00 dan dialihkan ke jalur selatan melalui Purwosari atau Pandaan untuk mengurangi kemacetan,” kata Kasat Lantas Polres Pasuruan Kota AKP Sumino.
Selain Pasuruan, banjir juga merendam beberapa kabupaten lain di Jawa Timur. Salah satunya, air menggenangi Jalan Raya Porong dan rel kereta api (KA) di Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, hingga 30 cm. Sejauh ini belum ada solusi permanen untuk menyelamatkan infrastruktur yang berada di kawasan lumpur Lapindo tersebut.
Kendaraan yang melintas harus melaju pelan-pelan agar tidak mogok, terutama kendaraan jenis sedan, yang tidak berani melintas dan memilih lewat Jalan Arteri Porong. Beberapa kendaraan baik motor maupun sedan mogok karena memaksakan menerobos air. ”Pagi hari tadi (kemarin) kendaraan jenis sedan yang memaksa lewat banyak yang mogok,” ujar Suparno, warga Porong.
Menurut Suparno, genangan air yang merendam rel kereta dan Jalan Raya Porong seolah sudah langganan. Setiap hujan turun, jalan langsung tergenang air. Padahal, sejak terjadinya semburan lumpur panas sembilan tahun lalu, Jalan Raya Porong sudah beberapa kali ditinggikan. Kenyataannya, setiap hujan masih terendam air. Banjir yang terjadi lantaran saluran air (drainase) kurang lancar.
Pasalnya, kondisi Sungai Ketapang di sisi utara tanggul lumpur yang menjadi tempat pembuangan air, volume airnya juga tinggi. Terendamnya Jalan Raya Porong dan rel KA merupakan imbas dari keberadaan tanggul lumpur. Air hujan akhirnya menumpuk di Jalan Raya Porong dan hanya bisa dialirkan ke Sungai Ketapang.
Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) sebenarnya sudah membuat saluran ke arah Sungai Ketapang. ”Kondisi Sungai Ketapang penuh, jadi air di Jalan Raya Porong tidak bisa mengalir,” ujar Humas BPLS Dwinanto Hesti Prasetyo. Dwinanto menambahkan, pihaknya sudah mengoperasikan tiga pompa air.
Dua unit ditempatkan di Ketapang dan satu unit ditempatkan di Desa Mindi, Kecamatan Porong. Dua pompa dioperasikan untuk mengalirkan air ke Sungai Ketapang dan satu pompa menyedot air ke Sungai Porong. ”Kalau tidak dipompa, lama surutnya karena di Sungai Ketapang, volume air juga tinggi,” jelas Dwinanto.
Mengenai solusi permanen menyelamatkan Jalan Raya Porong dan rel KA dari banjir, Dwinanto menyatakan pihaknya hanya mengalirkan air ke Sungai Ketapang bila hujan turun. Sementara untuk peninggian jalan atau rel KA, merupakan kewenangan instansi terkait.
Dwinanto mengakui bahwa Jalan Raya Porong dan rel KA beberapa kali ditinggikan. Bahkan, sejak terjadinya semburan lumpur sudah lebih dari 1,5 meter. ”Kawasan Porong terjadi penurunan tanah, jadi Jalan Porong dan rel KA terus menurun,” pungkasnya.
Akibat terendamnya rel KA mulai Km 32.400 kawasan Ketapang Tanggulangin hingga Km 33.300 Siring, Porong, sedikitnya lima jadwal keberangkatan KA tertunda. KA yang tertunda melanjutkan perjalanan, yakni Mutiara Timur jurusan Banyuwangi-Surabaya berhenti di Bangil. Kemudian KA Probowangi jurusan Surabaya- Banyuwangi, dan KA Penataran jurusan Surabaya-Malang yang tertahan di Stasiun Sidoarjo.
KA Penataran Malang-Surabaya tertahan di Stasiun Bangil serta komuter jurusan Stasiun Gubeng ke Porong tertahan di Stasiun Tanggulangin. Para penumpang sebagian ada yang dialihkan ke bus dan ada yang memilih mengembalikan tiket. Humas PT KA Daops 8 Surabaya Sumarsono mengatakan, rel KA terendam air setinggi 21 cm. ”Sedangkan panjang rel KA yang terendam air mulai Tanggulangin hingga Siring, sejarak sekitar 1 km,” ujarnya.
Kepala Stasiun Besar Malang Sukardono menyebutkan, KA Ekonomi Penataran, yang seharusnya berangkat dari Kota Malang, pukul 07.10 WIB, terpaksa terlambat hingga tiga jam lamanya.
”KA baru diberangkatkan menuju Surabaya pada pukul 10.15 WIB. Selanjutnya, mulai pukul 15.00 WIB jalur dilaporkan mulai normal kembali. Genangan air sudah mencapai sekitar 13 cm. Pagi tadi (kemarin), genangan air mencapai di atas 20 cm,” terangnya.
Arie yoenianto/ Abdul rouf/ Yuswantoro/ ant
(ftr)