Entaskan Masyarakat dari Kemiskinan dengan Kekuatan Infak

Rabu, 29 April 2015 - 09:05 WIB
Entaskan Masyarakat dari Kemiskinan dengan Kekuatan Infak
Entaskan Masyarakat dari Kemiskinan dengan Kekuatan Infak
A A A
Prabumulih merupakan satu kota kecil di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) yang hanya memiliki luas sekitar 435,10 km.

Dengan jumlah penduduk masih kurang dari 200.000 jiwa, Pemkot Prabumulah terus berupaya mengentaskan kemiskinan di daerah yang dikenal sebagai sentra penghasil nanas ini. Memang orang miskin di Prabumulih masih banyak atau sekitar 4.600 jiwa. Tapi, yang benar-benar miskin hanya lebih kurang 973 jiwa.

Untuk terus mengurangi angka kemiskinan tersebut, Pemkot Prabumulih telah menerapkan beberapa program yang sangat terukur dan tidak meraba-raba. Untuk warga miskin yang rumahnya sudah reyot, Pemkot Prabumulih membuat program bedah rumah. Dalam sebulan tiga buah rumah dibedah.

Dalam menjalankan program ini, kami turun langsung memverifikasi rumah yang sudah tidak layak lagi. Karena kami tidak ingin hanya menerima laporan dari staf. Bedah rumah ini pun tidak ada istilah rumah titipan. Jika memenuhi kriteria, wajib hukumnya membedah rumah itu menjadi layak huni.

Anggaran bedah rumah ini diambil dari infak pegawai negeri sipil (PNS) Kota Prabumulih. Tiap bulan infak PNS Kota Prabumulih mencapai Rp240 juta. Jumlah itu cukup untuk membedah tiga rumah dalam sebulan. Tiap kali mendatangi warga yang rumahnya akan dibedah, kami selalu meminta pemilik rumah mendoakan para PNS Pemkot Prabumulih agar sehat, dilancarkan rezekinya, dan dipanjangkan umurnya.

Kami terus mengajak semua pihak untuk peduli dengan warga yang susah. Dari situ, banyak warga lain yang tergugah untuk memberikan infak dan sedekah mulai dari nominal kecil hingga yang besar. Para pegawai pemkot pun diwajibkan menyumbangkan penghasilan per bulan, disisihkan untuk membantu sesama. Program kami berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada di Sumsel, bahkan di Indonesia.

Misal, kalau di tempat lain terdapat rumah yang rusak, pemerintah setempat paling membantu membenahi yang rusaknya saja, tidak yang lain. Tapi, kami menggantikan rumah yang baru. Pemkot Pramubulih menyiapkan dana sebanyak Rp31 juta untuk satu unit rumah yang baru, dengan lahan yang sudah milik warga tersebut.

Program ini sempat membuat pihak kementerian heran, lantaran biaya yang digunakan sangat besar dari aturan pusat. Setelah kami jelaskan, pihak kementerian pun sepakat dan ingin menjadikan contoh untuk daerah lain. Tahun kemarin (2014) kami mampu membangun 120 unit rumah yang baru. Dengan sumber dana dari bantuan infak dan sedekah para pegawai Pemkot Prabumulih.

Sementara, dari dana APBD kami bantu 30 rumah. Pada tahun ini kami menargetkan akan membangun 150 unit rumah lagi. Dari pemerintah kami back up sebanyak 60 rumah. Kami yakin, periode kali ini kami siap memberi bantuan bagi yang punya tanah sendiri dan rumahnya mengalami kerusakan. Dengan adanya program ini, pihak luar pun banyak menawarkan kerja sama.

Seperti Pertamina yang telah menyumbang sepuluh rumah, BRI (1 unit), BNI (1 unit), Bank Sumsel (1 unit), dan Bank Mandiri (1 unit). Bahkan, para pegawai pun kembali berlomba-lomba untuk memberikan sedekah. Seorang penyapu jalan yang gajinya terbilang tak seberapa pun mau menyumbangkan penghasilannya untuk program ini.

Kami juga bekerja sama dengan Badan Agraria, yang juga memiliki program bantuan untuk warga miskin. Mereka membantu membuatkan 300 rumah, dengan syarat rumahnya mereka yang buat, dan tanahnya kami yang sertifikatkan secara gratis. Selain program bedah rumah masyarakat miskin, kami juga menjalankan program yang tetap memikirkan nasib orang-orang yang selama ini terlupakan.

Seperti orang yang memandikan mayat (bilal), penjaga kuburan, dan para penceramah. Pemkot Prabumulih memberikan insentif yang dibayar triwulan kepada mereka, termasuk guru mengaji keliling dari rumah ke rumah. Menurut kami ini penting, jika tidak ada mereka bisa urung urusan kematian. Begitu pula untuk keluarga kurang mampu, kami memberikan pinjaman modal tanpa bunga.

Modal ini diberikan untuk dipergunakan buat berdagang. Karena kami sadar, jeratan rentenir kerap kali membuat masyarakat miskin tambah miskin. Bukan hanya itu, kami juga punya program listrik bagi warga miskin secara gratis. Selanjutnya program gas kota. Prabumulih yang dikenal sebagai kota minyak dan gas, sekarang tiap rumah sudah terpasang 10.000 lebih gas bagi warga.

Kami juga akan mencoba memasang 30.000 gas lagi bagi di tiap rumah dan ini menjadi percontohan secara nasional. Khusus di rumah dinas wali kota, mulai Selasa sampai Kamis, selalu terbuka lebar bagi masyarakat yang ingin mengadukan masalahnya. Mulai dari kesulitan biaya berobat, mandeknya pembuatan KTP dan KK, rumah kebanjiran, dan lain sebagainya.

Dengan mendengarkan langsung berbagai keluhan, akan mempercepat kami memberikan disposisi kepada instansi yang berwenang untuk menindaklanjuti.

Ridho Yahya
Wali Kota Prabumulih
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6720 seconds (0.1#10.140)