Paradigma Baru Kopassus, Mengubah Lawan Jadi Kawan

Rabu, 29 April 2015 - 09:02 WIB
Paradigma Baru Kopassus, Mengubah Lawan Jadi Kawan
Paradigma Baru Kopassus, Mengubah Lawan Jadi Kawan
A A A
Reputasi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sebagai pasukan elite TNI AD di setiap pertempuran sudah tidak diragukan lagi. Kini, di usianya yang ke- 63, Kopassus terus berbenah, salah satunya mengubah paradigma ”lawan jadi kawan”.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memaparkan sejarah perjalanan Kopassus dan harapannya terhadap kesatuan khusus ini. Berikut petikan wawancaranya.

Apa urgensi pembentukan pasukan elite Kopassus?

Kopassus didirikan karena kondisi negara kita pascakemerdekaan diwarnai pemberontakan di mana-mana. Kemudian muncul ide bahwa kita perlu sebuah pasukan istimewa. Yang punya ide adalah Letkol Slamet Riyadi, namun ide itu belum sempat terwujud, Letkol Slamet Riyadi gugur dalam operasi di Ambon. Ide tersebut kemudian dilanjutkan oleh Komandan Teritorium Siliwangi Kolonel Alex E Kawilarang. Makanya dibuat tentara Teritorium III pada 17 April 1952, namanya Korps KomandoAngkatanDarat( KKAD), selanjutnya pada 25 Juni 1955 diresmikan menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Kopassus selama ini jadi kebanggaan TNI AD. Apa keistimewaannya?

Tentara itu, khususnya TNI AD, adalah kumpulan orangorang ”gila”. Dia gila perang, dan sepenuh hati cinta pada NKRI. Bahkan karena kegilaannya itu, tentara punya obsesi untuk mati heroik sebagai pahlawan. Prajurit Kopassus adalah mereka yang super gila dari semua itu.

Heroisme seperti apa yang diidamkan prajurit?

Di Angkatan Darat saja, jika ada prajurit yang tidak diajak dalam suatu operasi, dia akan protes menanyakan alasannya. Sang prajurit akan bertanya kenapa tidak diajak, apakah komandan tidak percaya, apakah dinilai tidak profesional, atau tidak bisa perang. Di Kopassus bahkan komandannya lebih sulit dalam menentukan siapa yang tidak berangkat, semua berebut untuk berangkat.

Bagaimana pasukan khusus ini melakukan operasi?

Kopassus itu harus mampu menghancurkan kemauan bertempur musuh. Kalau Kopassus dalam misinya belum bisa menghancurkan kemauan bertempur musuh, maka dia akan menghancurkan kemampuan bertempur musuh. Mereka ini memang orang-orang yang secara psikologis, intelektual, danmental, adalah orang-orang yang terpilih. Standar kemampuannya lebih dari pasukan Angkatan Darat, mentalnya, fisiknya, dan psikologisnya.

Tantangan global saat ini perang tidak lagi berhadap-hadapan dan berubah menjadi cyber war dan proxy war. Bagaimana menghadapinya?

Dalam perang seperti ini, Kopassus tentunya harus menyesuaikan. Sejak awal, Kopassus sudah bergerak ke cyber war dan sudah sampai pada level tertentu, karena memang ini tidak bisa dibentuk dalam satu atau dua tahun. Tapi kita sudah bergerak ke arah sana. Kemudian, tentunya berkaitan dengan perkembangan teknologi peralatannya secara khusus juga. Itulah tugas saya mengadakan, tetapi tetap berdasarkan permintaan mereka.

Begitu juga dengan persenjataan karena mereka pasukan khusus.Kopassus dalam melaksanakan tugas, motonya adalah ”jangan kamu mengharap pujian, tapi yang kamu cari adalah pengabdian”. Jadi kalau seorang Kopassus minta dipuji itu Kopassus-Kopassusan. Kopassus yang sebenarnya, dia berhasil, dia sembunyi karena dia tidak terlihat bagai angin. Kalau kelihatan pun hanya sebagai bayang-bayang. Itu Kopassus yang sebenarnya.

Kopassus mengubah paradigmanya, dari ”lawan jadi kawan” dan mengedepankan 3S (senyum, sapa, salam). Apa yang ingin dicapai?

Tegur sapa adalah hal yang sudah mendarah daging di Kopassus. Kopassus tidak boleh memaksakan kehendaknya, dia harus memahami kehendak orang lain, dia mengikuti kehendak orang lain tersebut, secara pelan-pelan tanpa sadar dia belokkan. Itu yang dilakukan kepada musuh, yang tadinya musuh marah ingin bertempur, dia harus membunuh kemauan bertempurnya.

Di ulang tahun Kopassus ini, pihak yang dulu musuh diundang hadir. Bisa dijelaskan tujuannya?

Wajar muncul pertanyaan kenapa kami kok mengundang mantan GAM, OPM, dan Fretilin? Begini, tentara itu, sejatinya adalah orang yang cinta damai. Saking cintanya dia mau mengorbankan diri untuk berperang, untuk mewujudkan perdamaian. Jadi perang bukan atas kemauannya sendiri tapi perang atas keinginan negara. Sementara Fretilin, GAM berperang karena ideologinya. Begitu perang usai mereka pasti bisa bersahabat karena tidak ada dendam, kita juga tidak ada dendam.

Mereka patriot kita samasama patriot, sama-sama sadar bahwa mereka juga orangorang” gila” yang mencintai negaranya dan gila mencintai ideologinya. Itulah keberhasilan dari psikologi dan doktrin. Saat berperang ya kita perang, begitu perang selesai ya selesai enggak ada dendam. Kita bisa kumpul lagi, dan berbagi nostalgia. Kita bisa saling bercerita ”oh dulu kamu begini dan begitu” sambil ketawa-ketawa.

Apa mereka pernah diundang sebelumnya dalam acara seperti ini?

Belum pernah.

Prajurit TNI masih sering bergesekan, baik dengan kepolisian maupun dengan sipil. Solusi apa yang diambil?

Semua itu pasti ada latar belakangnya, bukan hanya pelototpelototan saja. Sebagai contoh, Peristiwa Cebongan, pasti tidak akan terjadi kalau tidak menyangkut masalah korps yang diinjak- injak. Itulah salah satunya, kita membentuk kohesi yang kuat. Mungkin media tidak menyebutkan bagaimana cara dibunuhnya (Kopassus), bagaimana mereka (para tahanan di Cebongan- red) menjelekkan Korps Baret Merah. Itu kita tidak bisa cegah.

Jujur saya katakan, saya tidak bisa mencegah, kalau itu terjadi, itu salah satu hukum pertentangan. Manakala kohesif dibesarkan kemudian dia diinjak- injak, mereka akan bergerak. Navy Seal juga (seperti itu), hanya tidak ketahuan saja. Kalau perkelahian tentara dengan kepolisian sebenarnya simpel mengatasinya, cukup penegakan hukum yang terbuka dan konsisten, tidak pandang bulu. Itu pasti selesai.

Karena saya punya prinsip, kamu berkelahi, kamu membuat pelanggaran, kamu yang saya habisi secara hukum, karena saya tidak akan membela prajurit-prajurit saya yang merusak nama korps. Bukan saya tidak sayang, saya lebih sayang korps saya yang lebih besar. Karena kalau ribut sesama institusi, itu yang rugi adalah negara. Mudah-mudahan sekarang tidak terjadi lagi hal seperti itu, karena saya tegas terkait hal itu.

Ada penambahan jumlah pasukan Kopassus?

Tidak ada. Dia kan pasukan khusus, bertugas yang sangat strategis, jadi tidak usah ditempatkan di manamana. T ergantung kebutuhan. Jadi Kopassus tidak perlu dibesarkan karena semakin besar saya yakin semakin tidak profesional. Semakin kecil semakin solid, lebih tahu orang per orang.

Pesan dan harapan Anda untuk Kopassus ke depan?

Saya sebagai KSAD tentunya berharap Kopassus lebih profesional, lebih disiplin, lebih hebat, dan lebih bermotivasi untuk selalu maju. Yang terakhir, Kopassus tidak mencari pujian, tetapi dia haus pengabdian.

Sucipto/ Bakti m munir
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6077 seconds (0.1#10.140)