Lupa Nama Peran hingga Melenceng ke Batu Akik
A
A
A
JAKARTA - Pagelaran seni tradisi ketoprak yang menampilkan insan media dan masyarakat keuangan-perbankan tadi malam berjalan sukses dan menghibur.
Para tokoh keuangan- perbankan juga berdonasi untuk kelangsungan seni ketoprak. Pagelaran yang mengambil tema cerita ”Pangeran Samber Nyowo” diperankan sejumlah tokoh keuangan-perbankan ternama, diantaranya Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah, Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono, dan Komisaris Independen Bank Mandiri Aviliani.
Bertempat di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, panggung dibuka dengan tarian, disusul kemudian kemunculan tiga tokoh utama wanita yaitu Raden Ayu Kusumonarso (Aviliani), Raden Ayu Inten Ratu Bandoro (Ilya Avianto dari OJK), dan Raden Ayu Kusumo Matahati (Lisawati dari Bank Jasa Jakarta).
Baru menit awal penonton sudah dibuat tergelak ketika Aviliani lupa nama-nama pemeran lain, bahkan beberapa tokoh tak ingat nama lakon yang diperankannya. Walaupun diwarnai kekakuan dan lupa dialog, adegan-adegan selanjutnya mengalir diselingi dialog seputar isu-isu yang sehari-hari dihadapi para tokoh ini. Contohnya Pangeran Mangkubumi (Halim Alamsyah) sempat disinggung oleh lawan mainnya soal masa jabatan Halim yang segera berakhir.
”Sibuk apa? Sibuk ikut pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia lagi? atau lagi cacah-cacah duit?”. Dialog soal mudahnya bertransaksi keuangan berkat keberadaan OJK juga tak luput ikut diselipkan. Tak hanya itu, tren batu akik yang tengah mewabah juga kerap disinggung dalam dialog.
Selain tokoh masyarakat keuangan-perbankan, pentas yang digagas Adhi Budaya dan disutradarai Aries Mukadi ini juga melibatkan insan media terutama para editor senior dari berbagai media massa seperti Sururi Alfaruq (KORAN SINDO), Bayu Nugroho (Bisnis Indonesia), Abdillah (Media Indonesia) dan Arifin Asydhad (detik.com)dan Ninok Leksono (Kompas).
Pentas berdurasi tiga jam itu menceritakan kisah perjuangan Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati Mangkunegoro alias Pangeran Samber Nyowo yang melakukan pemberontakan untuk menentang VOC Belanda. Kisah berlatar kerajaan Mataram akhir abad 17 ditutup dengan Perundingan Salatiga pada 1757, di mana Pangeran Samber Nyowo mendapatkan tanah wilayah Mataram sebagai warisan leluhurnya.
Donasi Rp75 Juta
Sementara itu sebelum pertunjukan dimulai, para tokoh keuangan-perbankan secara simbolis menyerahkan donasi senilai Rp75 juta kepada Adhi Budaya yang diwakili oleh sutradara Aries Mukadi. Donasi tersebut merupakan wujud kepedulian kepada seni tradisi dan keberlanjutannya.
Seni ketoprak yang sudah lahir sejak abad pertengahan 18 dan menjadi kekayaan budaya Indonesia terus mengalami kemunduran yang diindikasikan dengan banyaknya sanggar-sanggar yang ditutup.
Menurut Aries Mukadi, bisa dibilang saat ini Adhi Budaya sudah tinggal satusatunya sanggar ketoprak yang aktif di Baratha ini. ”Oleh karena itu kami mencoba mengajak orangorang yang punya rasa tersentuh oleh keadaan kesenian dan senimannya, untuk ikut berpartisipasi,” tandasnya.
Inda susanti
Para tokoh keuangan- perbankan juga berdonasi untuk kelangsungan seni ketoprak. Pagelaran yang mengambil tema cerita ”Pangeran Samber Nyowo” diperankan sejumlah tokoh keuangan-perbankan ternama, diantaranya Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah, Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono, dan Komisaris Independen Bank Mandiri Aviliani.
Bertempat di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, panggung dibuka dengan tarian, disusul kemudian kemunculan tiga tokoh utama wanita yaitu Raden Ayu Kusumonarso (Aviliani), Raden Ayu Inten Ratu Bandoro (Ilya Avianto dari OJK), dan Raden Ayu Kusumo Matahati (Lisawati dari Bank Jasa Jakarta).
Baru menit awal penonton sudah dibuat tergelak ketika Aviliani lupa nama-nama pemeran lain, bahkan beberapa tokoh tak ingat nama lakon yang diperankannya. Walaupun diwarnai kekakuan dan lupa dialog, adegan-adegan selanjutnya mengalir diselingi dialog seputar isu-isu yang sehari-hari dihadapi para tokoh ini. Contohnya Pangeran Mangkubumi (Halim Alamsyah) sempat disinggung oleh lawan mainnya soal masa jabatan Halim yang segera berakhir.
”Sibuk apa? Sibuk ikut pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia lagi? atau lagi cacah-cacah duit?”. Dialog soal mudahnya bertransaksi keuangan berkat keberadaan OJK juga tak luput ikut diselipkan. Tak hanya itu, tren batu akik yang tengah mewabah juga kerap disinggung dalam dialog.
Selain tokoh masyarakat keuangan-perbankan, pentas yang digagas Adhi Budaya dan disutradarai Aries Mukadi ini juga melibatkan insan media terutama para editor senior dari berbagai media massa seperti Sururi Alfaruq (KORAN SINDO), Bayu Nugroho (Bisnis Indonesia), Abdillah (Media Indonesia) dan Arifin Asydhad (detik.com)dan Ninok Leksono (Kompas).
Pentas berdurasi tiga jam itu menceritakan kisah perjuangan Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati Mangkunegoro alias Pangeran Samber Nyowo yang melakukan pemberontakan untuk menentang VOC Belanda. Kisah berlatar kerajaan Mataram akhir abad 17 ditutup dengan Perundingan Salatiga pada 1757, di mana Pangeran Samber Nyowo mendapatkan tanah wilayah Mataram sebagai warisan leluhurnya.
Donasi Rp75 Juta
Sementara itu sebelum pertunjukan dimulai, para tokoh keuangan-perbankan secara simbolis menyerahkan donasi senilai Rp75 juta kepada Adhi Budaya yang diwakili oleh sutradara Aries Mukadi. Donasi tersebut merupakan wujud kepedulian kepada seni tradisi dan keberlanjutannya.
Seni ketoprak yang sudah lahir sejak abad pertengahan 18 dan menjadi kekayaan budaya Indonesia terus mengalami kemunduran yang diindikasikan dengan banyaknya sanggar-sanggar yang ditutup.
Menurut Aries Mukadi, bisa dibilang saat ini Adhi Budaya sudah tinggal satusatunya sanggar ketoprak yang aktif di Baratha ini. ”Oleh karena itu kami mencoba mengajak orangorang yang punya rasa tersentuh oleh keadaan kesenian dan senimannya, untuk ikut berpartisipasi,” tandasnya.
Inda susanti
(ftr)