Saling Gertak di Laut China Selatan
A
A
A
Filipina menggertak China dengan menggelar latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat pada Senin (20/4).
Bukan latihan perang berskala kecil. Tapi, Washington dan Manila menggelar latihan perang terbesar dalam 15 tahun terakhir. AS memanfaatkan latihan itu sebagai kebijakan pemusatan kekuatan AS di Asia-Pasifik. Sedangkan Filipina bertujuan menunjukkan kepada China bahwa mereka memiliki dukungan kuat dari AS.
Memang AS akan selalu tampil ketika China memainkan skenario di Asia-Pasifik. Dalam isu Laut China Pasifik, Washington tidak ikut berkonflik secara langsung. Tetapi, AS selalu bersembunyi di balik negara lain yakni Filipina. Ketika Beijing mengirimkan kapal perangnya, Washington menyiagakan kapal induknya.
Ketika China mulai membangun lapangan terbang di Laut China Selatan, AS menggelar latihan perang. AS memang tidak ingin China membangun pengaruh di Laut China. Melalui sekutunya, Filipina, AS mencoba menjadi ”pahlawan”. AS juga memiliki kepentingan dengan ekspansi China dengan pembangunan lapangan terbang di Laut China Selatan.
”Lapangan terbang Itu proyek pertahanan China untuk mengakhiri cerita (ketegangan di Laut China Selatan),” kata Bryan McGrath, deputi direktur Institut Hudson untuk Pusat Kekuatan Laut Amerika, dikutip Foreign Policy . AS tidak ingin China memperkuat kehadiran militernya di Laut China Selatan.
”Lapangan terbang itu dapat digunakan sebagai basis pertahanan ketika ada serangan atau menyerang,” kata analis pertahanan kelautan dari Massachusetts Institute of Technology, M Taylor Fravel. Janji AS untuk Filipina memang nyata. Tidak setengah- setengah.
Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Jonathan Greenert menekankan AS akan menghormati perjanjian pertahanan bersama dengan Filipina di tengah konflik teritorial yang mendidih dengan China. Sebelumnya Presiden AS Barack Obama mengatakan, Washington khawatir China menggunakan besarnya wilayah dan kekuatan mereka untuk memojokkan negara yang lebih kecil di Laut China Selatan.
Kemudian Duta Besar AS untuk Filipina Philip Golberd menegaskan dukungan AS ke Filipina tidak diragukan lagi. Pernyataan deklarasi dukungan AS pada Filipina ini disampaikan di tengah kekhawatiran yang meningkat bahwa China akan berusaha untuk tegas menyatakan klaimnya atas hampir semua dari Laut China Selatan.
Memang AS belum mengambil sikap atas klaim teritorial yang saling bertentangan atas Laut China Selatan, yang juga melibatkan Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam itu. AS akan meningkatkan kehadirannya di wilayah Pasifik Barat dari tingkat saat ini sekitar 50 kapal sampai 60 kapal pada 2020.
Andika hendra m
Bukan latihan perang berskala kecil. Tapi, Washington dan Manila menggelar latihan perang terbesar dalam 15 tahun terakhir. AS memanfaatkan latihan itu sebagai kebijakan pemusatan kekuatan AS di Asia-Pasifik. Sedangkan Filipina bertujuan menunjukkan kepada China bahwa mereka memiliki dukungan kuat dari AS.
Memang AS akan selalu tampil ketika China memainkan skenario di Asia-Pasifik. Dalam isu Laut China Pasifik, Washington tidak ikut berkonflik secara langsung. Tetapi, AS selalu bersembunyi di balik negara lain yakni Filipina. Ketika Beijing mengirimkan kapal perangnya, Washington menyiagakan kapal induknya.
Ketika China mulai membangun lapangan terbang di Laut China Selatan, AS menggelar latihan perang. AS memang tidak ingin China membangun pengaruh di Laut China. Melalui sekutunya, Filipina, AS mencoba menjadi ”pahlawan”. AS juga memiliki kepentingan dengan ekspansi China dengan pembangunan lapangan terbang di Laut China Selatan.
”Lapangan terbang Itu proyek pertahanan China untuk mengakhiri cerita (ketegangan di Laut China Selatan),” kata Bryan McGrath, deputi direktur Institut Hudson untuk Pusat Kekuatan Laut Amerika, dikutip Foreign Policy . AS tidak ingin China memperkuat kehadiran militernya di Laut China Selatan.
”Lapangan terbang itu dapat digunakan sebagai basis pertahanan ketika ada serangan atau menyerang,” kata analis pertahanan kelautan dari Massachusetts Institute of Technology, M Taylor Fravel. Janji AS untuk Filipina memang nyata. Tidak setengah- setengah.
Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Jonathan Greenert menekankan AS akan menghormati perjanjian pertahanan bersama dengan Filipina di tengah konflik teritorial yang mendidih dengan China. Sebelumnya Presiden AS Barack Obama mengatakan, Washington khawatir China menggunakan besarnya wilayah dan kekuatan mereka untuk memojokkan negara yang lebih kecil di Laut China Selatan.
Kemudian Duta Besar AS untuk Filipina Philip Golberd menegaskan dukungan AS ke Filipina tidak diragukan lagi. Pernyataan deklarasi dukungan AS pada Filipina ini disampaikan di tengah kekhawatiran yang meningkat bahwa China akan berusaha untuk tegas menyatakan klaimnya atas hampir semua dari Laut China Selatan.
Memang AS belum mengambil sikap atas klaim teritorial yang saling bertentangan atas Laut China Selatan, yang juga melibatkan Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam itu. AS akan meningkatkan kehadirannya di wilayah Pasifik Barat dari tingkat saat ini sekitar 50 kapal sampai 60 kapal pada 2020.
Andika hendra m
(ftr)