Akik Lokal, Unik dan Eksotik

Minggu, 26 April 2015 - 11:37 WIB
Akik Lokal, Unik dan...
Akik Lokal, Unik dan Eksotik
A A A
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT) Marwan Ja’far mengaku memiliki puluhan batu akik dan batu mulia dari berbagai daerah di Indonesia.

”Sudah delapan tahunan saya mengumpulkan batu akik, jauh sebelum booming seperti sekarang. Saya senang dengan batu lokal karena sangat unik dan eksotik. Jarang yang dapat beli, Kebanyakan pemberian kolega dan kerabat,” kata mantan anggota DPR ini. Satu-satunya batu alam dari luar negeri miliknya adalah pemberian pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tehran, Iran, yakni batu pyrus.

Menurut Marwan, tidak ada batu yang difavoritkannya karena semua istimewa. ”Pemberian sahabat itu tentu kebanggaan dan sebuah kesan,” ungkapnya. Menurut dia, perbincangan soal akik beberapa kali menjadi bahan obrolan sesama menteri saat menunggu dimulainya rapat kabinet atau di sela rapat kerja dengan DPR. Yang terbaru, ketika menghadiri rangkaian perayaan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Jumat (24/4).

”Waktu makan siang, Pak Ferry (Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursyidan Baldan) menunjukkan ke saya koleksi akik baru di jarinya. Bagus tuh,” tutur Marwan. Politisi Partai Kebangkitan bangsa (PKB) ini berharap booming batu alam belakangan ini bukan kehebohan sesaat karena sangat potensial menggeliatkan perekonomian kerakyatan dan menekankan karakteristik sumber daya alam Indonesia.

Dalam bayangannya, suatu saat nanti, setiap orang asing yang datang ke negara kita terutama tamu kenegaraan dan turis akan merasa tidak lengkap kalau pulang tanpa oleh-oleh cenderamata batu alam dari Indonesia. Marwan berencana membuatkan cenderamata batu akik bagi tamutamunya yang datang dari luar negeri.

Di tempat terpisah, Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengaku sudah hampir setahun menjadi kolektor batu alam. Salah satu koleksi kebanggaannya adalah akik ohen, salah satu batu alam kelas super legendaris yang ditemukan di sawah milik seorang petani di Bungbulang, Garut, bernama Aki (Kakek) Ohen.

”Warnanya saya suka, jernih sekali,” ungkap politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini. Pada pertengahan April lalu, Fadli memamerkan koleksi batu akik jenis red raflesia dari Bengkulu melalui akun twitternya, @fadlizon. Batu transparan yang juga tersedia dalam warna kuning, oranye, atau putih ini termasuk batu alam yang cukup langka dan menjadi buruan banyak penggemar akik.

Fadli juga menyukai batu lain dari Garut yakni pancawarna. Setiap kali berkunjung ke daerah, Fadli selalu menyempatkan diri mencari batu alam khas setempat. Batu-batu tersebut menjadi koleksi di Rumah Budaya Fadli Zon di Aie Angek, Tanah Datar, Sumatera Barat. Beberapa koleksi terbaru di sana adalah batu akik dari Suliki dan Sungaidareh.

Kedua daerah tersebut populer sebagai daerah penghasil batu alam berkualitas bagus di Sumatera Barat. Rumah Budaya Fadli Zon memiliki kedua jenis batu ini dalam bentuk bongkahan maupun yang sudah dalam bentuk olahan. Yang juga istimewa, ada batu akik yang diikat dengan cincin berlambang Gerindra di antaranya batu lumut siliki berwarna hijau.

Sementara itu, komedian Lies Hartono alias Cak Lontong memandang popularitas batu alam mendekatkan semua lapisan masyarakat, tua maupun muda. ”Yang tadinya nggak saling kenal, karena ngeliat orang di dekatnya pakai batu alam, jadi bisa ngobrol panjang lebar. Akhirnya jadi dekat. Silaturahmi kanbagus,” katanya.

Menyikapi booming batu alam saat ini, Cak Lontong meyakini bahwa tren batu alam Nusantara bukan fenomena sesaat. ”Beda dengan tumbuhan atau hewan, batu alam kanterbatas. Suatu saat akan langka. Jadi nilainya tentu semakin lama pun semakin tinggi,” terang pria yang di kalangan selebrita dipanggil pakar akik ini.

Senada dengan Cak Lontong, artis Helmalia Putri yakin tren batu alam saat ini bukan fenomena musiman. Bahkan, batu alam berkualitas tinggi bisa dijadikan investasi bernilai tinggi yang harganya kecil kemungkinan untuk turun. ”Kuantitasnya kan semakin berkurang. Ini batu murni dari alam lho. Tidak bisa dibudidayakan,” pungkasnya.

Ilham safutra/ armydian
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6817 seconds (0.1#10.140)