Abe - Jinping Berjabat Tangan
A
A
A
JAKARTA - Pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe saat menghadiri Peringatan ke- 60 Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Jakarta Convention Center (JCC) kemarin sedikit meredakan ketegangan kedua negara.
Pertemuan kali ini merupakan yang kedua setelah sebelumnya kedua kepala negara bertemu dalam forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Beijing, November 2014 lalu. Diketahui, selama ini kedua negara selalu diliputi ketegangan yang disebabkan sengketa wilayah dan kenangan pahit akibat perang. Seorang pejabat Jepang kepada AFP mengatakan, Jinping dan Abe sempat bertemu selama 30 menit dalam waktu senggang di sela KAA.
Keduanya juga berjabat tangan sebelum mulai pembicaraan. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya di Beijing yang terlihat tegang, dalam pertemuan kemarin keduanya terlihat lebih santai. Beijing dan Tokyo mempunyai sejarah hubungan yang dingin sampai tingkat terbawah dalam dekade terakhir karena persaingan memperebutkan pulau di Laut China Timur.
Selain itu, China menganggap Abe tidak cukup menyesali agresi perang Jepang. Dalam pidatonya di hadapan para pemimpin dunia yang menghadiri KAA di Jakarta kemarin, Abe sempat menghentikan sejenak pidatonya ketika berbicara mengenai agresi Jepang pada Perang Dunia II di Asia. Abe menyatakan ”penyesalan yang mendalam”, tapi tidak mengeluarkan ”permintaan maaf yang tulus”.
Pernyataan Abe dalam Peringatan ke-60 KAA kemarin terdengar lebih lemah dibandingkan para pemimpin Jepang sebelumnya. Padahal, KAA menjadi kunci kebangkitan negaranegara untuk membentuk identitas bersama. Mengacu kepada prinsipprinsip perdamaian yang disepakati saat konferensi 1955,
kepada para delegasi, Abe mengatakan bahwa Jepang dengan rasa penyesalan yang mendalam atas perang yang telah lalu, membuat janji untuk tetap menjadi bangsa yang selalu menghargai prinsip negara lain, dilansir AFP. Pidato Abe tersebut menjadi panduan nanti saat peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II, akhir tahun ini.
Para pengamat masih menunggu apakah Abe akan mengungkapkan penyesalan dan meminta maaf seperti yang dilakukan PM Jepang sebelumnya pada peringatan ke-50 dan 60 tahun Perang Dunia II. Sebelumnya dalam wawancara dengan salah satu stasiun televisi, dia menyatakan tidak akan mengulang permintaan maaf secara formal.
Kendati sempat berjabat tangan dengan Jinping, dalam pidatonya di Jakarta kemarin, Abe membuat serangan terselubung pada China mengenai wilayah perairan sengketa. ”Kita tak seharusnya membiarkan penggunaan kekuatan negara besar untuk menekan yang lemah di sekitarnya,” ungkap Abe dalam pidatonya.
Pernyataan tersebut mirip dengan yang disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang ditujukan kepada China terkait sengketa Laut China Selatan. Selain sengketa wilayah maritim dengan Jepang, China juga terpojok dengan sengketa wilayah batas laut dengan beberapa negara di Laut China Selatan. Pidato Abe di Jakarta dapat memicu ketegangan regional.
RI Harapkan Realisasi Investasi Jepang
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong agar Indonesia dan Jepang dapat melanjutkan negosiasi Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) untuk meningkatkan arus investasi. Dengan adanya P3B, upaya untuk mendorong implementasi peningkatan kerja sama penanaman modal dapat lebih mudah diwujudkan. Jepang dan Indonesia pada tahun ini memiliki serangkaian rencana kerja sama.
Dalam waktu dekat, Jepang diharapkan dapat mengimplementasikan rencana mereka yang berniat meningkatkan investasi di Indonesia, khususnya di sektor infrastruktur, transportasi, maritim, dan energi. Salah satu proyek nyata yang ada di depan mata, yaitu pembangunan Pelabuhan Cimalaya dan Shinkansen. Pembiayaan proyek itu menelan dana hingga 140 miliar yen atau sekitar Rp15 triliun.
”Kami berharap kesepakatan yang telah disepakati Indonesia dan Jepang dapat segera dimulai,” ujar Jokowi seusai melakukan pertemuan bilateral dengan Shinzo Abe di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan ke-60 KAA di Jakarta Convention Center, kemarin. Beberapa perusahaan besar Jepang juga akan menanamkan modalnya di Indonesia.
Sebut saja perusahaan mobil Toyota, Suzuki, dan salah satu perusahaan kereta terbesar di Jepang, Mitsui Group. ”Kami juga berharap rencana investasi perusahaan swasta Jepang termasuk ketiga perusahaan tersebut dapat dimaterialisasikan dalam waktu dekat,” kata Jokowi. Sebelumnya, Jokowi dan Abe pernah bertemu di Tokyo saat Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan pada 23 Maret 2015.
Jepang adalah partner dagang ketiga terbesar Indonesia setelah China dan Singapura. Selain itu, investasi Jepang di Indonesia sangat besar. Bahkan, Jepang menjadi investor kedua terbesar Indonesia setelah Singapura. Nilai investasi Jepang bisa mencapai sebesar USD2,7 miliar (sekitar Rp34,8 triliun) pada 2014.
Kemarin kedua kepala negara menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/ MoU) antara Menteri Perdagangan Rahmat Gobel dan Japan External Trade Organization (JETRO) dalam kerja sama perdagangan dan kerja sama promosi investasi.
Muh shamil/Arvin
Pertemuan kali ini merupakan yang kedua setelah sebelumnya kedua kepala negara bertemu dalam forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Beijing, November 2014 lalu. Diketahui, selama ini kedua negara selalu diliputi ketegangan yang disebabkan sengketa wilayah dan kenangan pahit akibat perang. Seorang pejabat Jepang kepada AFP mengatakan, Jinping dan Abe sempat bertemu selama 30 menit dalam waktu senggang di sela KAA.
Keduanya juga berjabat tangan sebelum mulai pembicaraan. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya di Beijing yang terlihat tegang, dalam pertemuan kemarin keduanya terlihat lebih santai. Beijing dan Tokyo mempunyai sejarah hubungan yang dingin sampai tingkat terbawah dalam dekade terakhir karena persaingan memperebutkan pulau di Laut China Timur.
Selain itu, China menganggap Abe tidak cukup menyesali agresi perang Jepang. Dalam pidatonya di hadapan para pemimpin dunia yang menghadiri KAA di Jakarta kemarin, Abe sempat menghentikan sejenak pidatonya ketika berbicara mengenai agresi Jepang pada Perang Dunia II di Asia. Abe menyatakan ”penyesalan yang mendalam”, tapi tidak mengeluarkan ”permintaan maaf yang tulus”.
Pernyataan Abe dalam Peringatan ke-60 KAA kemarin terdengar lebih lemah dibandingkan para pemimpin Jepang sebelumnya. Padahal, KAA menjadi kunci kebangkitan negaranegara untuk membentuk identitas bersama. Mengacu kepada prinsipprinsip perdamaian yang disepakati saat konferensi 1955,
kepada para delegasi, Abe mengatakan bahwa Jepang dengan rasa penyesalan yang mendalam atas perang yang telah lalu, membuat janji untuk tetap menjadi bangsa yang selalu menghargai prinsip negara lain, dilansir AFP. Pidato Abe tersebut menjadi panduan nanti saat peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II, akhir tahun ini.
Para pengamat masih menunggu apakah Abe akan mengungkapkan penyesalan dan meminta maaf seperti yang dilakukan PM Jepang sebelumnya pada peringatan ke-50 dan 60 tahun Perang Dunia II. Sebelumnya dalam wawancara dengan salah satu stasiun televisi, dia menyatakan tidak akan mengulang permintaan maaf secara formal.
Kendati sempat berjabat tangan dengan Jinping, dalam pidatonya di Jakarta kemarin, Abe membuat serangan terselubung pada China mengenai wilayah perairan sengketa. ”Kita tak seharusnya membiarkan penggunaan kekuatan negara besar untuk menekan yang lemah di sekitarnya,” ungkap Abe dalam pidatonya.
Pernyataan tersebut mirip dengan yang disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang ditujukan kepada China terkait sengketa Laut China Selatan. Selain sengketa wilayah maritim dengan Jepang, China juga terpojok dengan sengketa wilayah batas laut dengan beberapa negara di Laut China Selatan. Pidato Abe di Jakarta dapat memicu ketegangan regional.
RI Harapkan Realisasi Investasi Jepang
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong agar Indonesia dan Jepang dapat melanjutkan negosiasi Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) untuk meningkatkan arus investasi. Dengan adanya P3B, upaya untuk mendorong implementasi peningkatan kerja sama penanaman modal dapat lebih mudah diwujudkan. Jepang dan Indonesia pada tahun ini memiliki serangkaian rencana kerja sama.
Dalam waktu dekat, Jepang diharapkan dapat mengimplementasikan rencana mereka yang berniat meningkatkan investasi di Indonesia, khususnya di sektor infrastruktur, transportasi, maritim, dan energi. Salah satu proyek nyata yang ada di depan mata, yaitu pembangunan Pelabuhan Cimalaya dan Shinkansen. Pembiayaan proyek itu menelan dana hingga 140 miliar yen atau sekitar Rp15 triliun.
”Kami berharap kesepakatan yang telah disepakati Indonesia dan Jepang dapat segera dimulai,” ujar Jokowi seusai melakukan pertemuan bilateral dengan Shinzo Abe di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan ke-60 KAA di Jakarta Convention Center, kemarin. Beberapa perusahaan besar Jepang juga akan menanamkan modalnya di Indonesia.
Sebut saja perusahaan mobil Toyota, Suzuki, dan salah satu perusahaan kereta terbesar di Jepang, Mitsui Group. ”Kami juga berharap rencana investasi perusahaan swasta Jepang termasuk ketiga perusahaan tersebut dapat dimaterialisasikan dalam waktu dekat,” kata Jokowi. Sebelumnya, Jokowi dan Abe pernah bertemu di Tokyo saat Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan pada 23 Maret 2015.
Jepang adalah partner dagang ketiga terbesar Indonesia setelah China dan Singapura. Selain itu, investasi Jepang di Indonesia sangat besar. Bahkan, Jepang menjadi investor kedua terbesar Indonesia setelah Singapura. Nilai investasi Jepang bisa mencapai sebesar USD2,7 miliar (sekitar Rp34,8 triliun) pada 2014.
Kemarin kedua kepala negara menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/ MoU) antara Menteri Perdagangan Rahmat Gobel dan Japan External Trade Organization (JETRO) dalam kerja sama perdagangan dan kerja sama promosi investasi.
Muh shamil/Arvin
(bbg)