Ubah Paradigma Lawan Jadi Kawan
A
A
A
JAKARTA - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sebagai pasukan elite TNI terus melakukan pembenahan internal. Salah satunya adalah mengubah paradigma lawan menjadi kawan.
Perubahan cara pandang Kopassus itudinilaiolehsejumlahkalangan sebagai sesuatu yang positif sekaligus implementasi dari program reformasi TNI. Pengamat militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menilai, seiring dengan pergeseran ancaman yang dihadapi, Kopassus di bawah kepemimpinan Mayjen TNI Doni Monardo perlahan tapi pasti bermetamorfosis menjadi pasukan khusus yang memiliki ketangkasan dan kehebatan tetapi lebih humanis dan strategis.
Hal ini dikarenakan adanya kesadaran penuh bahwa era perang tradisional yang mengandalkan otot bisa dikatakan hampir tidak ada lagi. Adapun yang kini harus diperangi adalah berbagai ancaman faktual dan gangguan nyata yang berupa perang cyber , perang proxy , dan terorisme.
”Saya melihat Kopassus memang didesain sebagai pasukan khusus bukan satuan khusus, dilatih secara khusus untuk melaksanakan operasi khusus pada satuan strategis yang terpilih karena itu. Kopassus harus selalu ingat dan waspada tidak boleh digunakan semaunya apalagi oleh orang atau pihak tertentu,” ungkap Nuning di Jakarta kemarin.
Mantan anggota Komisi I DPR itu mengapresiasi langkah Kopassus yang berencana mengundang beberapa tokoh penting dari berbagai pihak yang di masa lalu ”berhadapan” dengan Kopassus dalam peringatan HUT Kopassus pada 29 April nanti. Mereka adalah tokoh- tokoh eks OPM seperti Frans Albert Yoku mantan tokoh OPM Luar Negeri, kemudian mantan Panglima OPM wilayah Biak, Serui dan Nabire, Yap Marai.
Dari Timor Leste ada eks Falintil, pasukan klandestein Lere Anan Timor dan Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel Falur. Adapun dari GAM adalah Panglima GAM Muzakkir Manaf dan Menlu GAM Irwandi Yusuf. Ketua Badan Pengurus Setara Institute Hendardi juga mengapresiasi langkah Kopassus yang mengubah paradigmanya menjadi 3S, yakni senyum, sapa, salam. Paradigma ini akan mendekatkan Kopassus dengan rakyat.
”Saya memberikan apresiasi yang khusus kepada Kopassus, setidaknya dalam beberapa tahun belakangan ini terutama di masa kepemimpinan Danjen Pak Agus Sutomo dan Pak Doni Monardo yang telah melakukan perubahan signifikan dan berani,” ujarnya. Perubahan tersebut, menurut Hendardi, menunjukkan ada kemauan dari Kopassus untuk melakukan reformasi.
Apalagi pada peringatan HUT ke-63 Kopassus ini, Kopassus mulai membuka diri. Sebab, dengan komunikasi, siapa pun bisa lebih mengenal. ”Kopassus membuka diri dengan mengundang banyak pihak termasuk lawan- lawan politiknya masa lalu. Meski tidak memaksa orang yang berbeda pandangan politiknya untuk sama, tetapi itu merupakan langkah keterbukaan yang perlu diapresiasi,” kata Hendardi.
Sebagai orang yang pernah berseberangan, Hendardi mengaku pada masa lalu Kopassus adalah alat negara yang punya loyalitas dan kepatuhan tanpa batas. Sayangnya, hal itu sering kali disalahgunakan. Meski disadari tindakan tersebut merupakan tugas yang harus dilakukan tentara dalam menghadapi musuh- musuh negara. ”Itu bentuk loyalitas yang dimanipulasi rezim politik.
Seyogianya dalam momentum HUT ke-63 ini, politik tentara adalah politik kenegaraan dan kemanusiaan. Inilah yang selama ini mengharumkannamaTNI. Bukanmalah memusuhi rakyat,” katanya. Hendardi berharap, ke depan Kopassus tidak dijadikan lagi sebagai alat bagi rezim politik yang berkuasa.
Sehingga tidak berhadap-hadapan dengan rakyatnya sendiri karena kepentingan rezim politik. Hendardi menyadari, tantangan Kopassus ke depan sangat berat. Karena itu, untuk membentuk prajurit Kopassus yang profesional maka harus terus berlatih. ”Perang cyber menjadi tantangan dan ini berbeda dengan masa lalu.
Berlatih terus tapi tidak ada perang, itu memang tidak mudah. Maka perlu mempertebal ilmu, khususnya mengenai perang teknologi. Ini menjadi tantangan yang harus dipelajari Kopassus,” katanya. Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar juga mengapresiasi langkah yang diambil Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo.
”Kita apresiasi Pak Doni karena punya sejumlah gagasan baru, itu perlu didorong supaya lebih terstruktur. Ketika negara tidak memikirkan bagaimana TNI supaya lebih maju dan modern, untungnya ada orang seperti Pak Doni,” katanya.
Menurut Haris, langkah Kopassus yang mengundang musuh-musuhnya di masa lalu untuk bertemu dinilai sebagai upaya untuk membangun benchmark atau tolok ukur supaya hal seperti itu tidak terjadi lagi.Dia berharap Kopassus meneruskan reformasi TNI. Langkah ini harus ditiru oleh unitunit yang lain.
Sucipto
Perubahan cara pandang Kopassus itudinilaiolehsejumlahkalangan sebagai sesuatu yang positif sekaligus implementasi dari program reformasi TNI. Pengamat militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menilai, seiring dengan pergeseran ancaman yang dihadapi, Kopassus di bawah kepemimpinan Mayjen TNI Doni Monardo perlahan tapi pasti bermetamorfosis menjadi pasukan khusus yang memiliki ketangkasan dan kehebatan tetapi lebih humanis dan strategis.
Hal ini dikarenakan adanya kesadaran penuh bahwa era perang tradisional yang mengandalkan otot bisa dikatakan hampir tidak ada lagi. Adapun yang kini harus diperangi adalah berbagai ancaman faktual dan gangguan nyata yang berupa perang cyber , perang proxy , dan terorisme.
”Saya melihat Kopassus memang didesain sebagai pasukan khusus bukan satuan khusus, dilatih secara khusus untuk melaksanakan operasi khusus pada satuan strategis yang terpilih karena itu. Kopassus harus selalu ingat dan waspada tidak boleh digunakan semaunya apalagi oleh orang atau pihak tertentu,” ungkap Nuning di Jakarta kemarin.
Mantan anggota Komisi I DPR itu mengapresiasi langkah Kopassus yang berencana mengundang beberapa tokoh penting dari berbagai pihak yang di masa lalu ”berhadapan” dengan Kopassus dalam peringatan HUT Kopassus pada 29 April nanti. Mereka adalah tokoh- tokoh eks OPM seperti Frans Albert Yoku mantan tokoh OPM Luar Negeri, kemudian mantan Panglima OPM wilayah Biak, Serui dan Nabire, Yap Marai.
Dari Timor Leste ada eks Falintil, pasukan klandestein Lere Anan Timor dan Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel Falur. Adapun dari GAM adalah Panglima GAM Muzakkir Manaf dan Menlu GAM Irwandi Yusuf. Ketua Badan Pengurus Setara Institute Hendardi juga mengapresiasi langkah Kopassus yang mengubah paradigmanya menjadi 3S, yakni senyum, sapa, salam. Paradigma ini akan mendekatkan Kopassus dengan rakyat.
”Saya memberikan apresiasi yang khusus kepada Kopassus, setidaknya dalam beberapa tahun belakangan ini terutama di masa kepemimpinan Danjen Pak Agus Sutomo dan Pak Doni Monardo yang telah melakukan perubahan signifikan dan berani,” ujarnya. Perubahan tersebut, menurut Hendardi, menunjukkan ada kemauan dari Kopassus untuk melakukan reformasi.
Apalagi pada peringatan HUT ke-63 Kopassus ini, Kopassus mulai membuka diri. Sebab, dengan komunikasi, siapa pun bisa lebih mengenal. ”Kopassus membuka diri dengan mengundang banyak pihak termasuk lawan- lawan politiknya masa lalu. Meski tidak memaksa orang yang berbeda pandangan politiknya untuk sama, tetapi itu merupakan langkah keterbukaan yang perlu diapresiasi,” kata Hendardi.
Sebagai orang yang pernah berseberangan, Hendardi mengaku pada masa lalu Kopassus adalah alat negara yang punya loyalitas dan kepatuhan tanpa batas. Sayangnya, hal itu sering kali disalahgunakan. Meski disadari tindakan tersebut merupakan tugas yang harus dilakukan tentara dalam menghadapi musuh- musuh negara. ”Itu bentuk loyalitas yang dimanipulasi rezim politik.
Seyogianya dalam momentum HUT ke-63 ini, politik tentara adalah politik kenegaraan dan kemanusiaan. Inilah yang selama ini mengharumkannamaTNI. Bukanmalah memusuhi rakyat,” katanya. Hendardi berharap, ke depan Kopassus tidak dijadikan lagi sebagai alat bagi rezim politik yang berkuasa.
Sehingga tidak berhadap-hadapan dengan rakyatnya sendiri karena kepentingan rezim politik. Hendardi menyadari, tantangan Kopassus ke depan sangat berat. Karena itu, untuk membentuk prajurit Kopassus yang profesional maka harus terus berlatih. ”Perang cyber menjadi tantangan dan ini berbeda dengan masa lalu.
Berlatih terus tapi tidak ada perang, itu memang tidak mudah. Maka perlu mempertebal ilmu, khususnya mengenai perang teknologi. Ini menjadi tantangan yang harus dipelajari Kopassus,” katanya. Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar juga mengapresiasi langkah yang diambil Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo.
”Kita apresiasi Pak Doni karena punya sejumlah gagasan baru, itu perlu didorong supaya lebih terstruktur. Ketika negara tidak memikirkan bagaimana TNI supaya lebih maju dan modern, untungnya ada orang seperti Pak Doni,” katanya.
Menurut Haris, langkah Kopassus yang mengundang musuh-musuhnya di masa lalu untuk bertemu dinilai sebagai upaya untuk membangun benchmark atau tolok ukur supaya hal seperti itu tidak terjadi lagi.Dia berharap Kopassus meneruskan reformasi TNI. Langkah ini harus ditiru oleh unitunit yang lain.
Sucipto
(bbg)