Asia-Afrika Masa Depan Dunia

Kamis, 23 April 2015 - 08:54 WIB
Asia-Afrika Masa Depan Dunia
Asia-Afrika Masa Depan Dunia
A A A
JAKARTA - Indonesia mengajak negara-negara di kawasan Asia-Afrika menatap masa depan dengan optimisme. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meyakini, di tangan negara-negara inilah masa depan dunia berada.

Pandangan demikian disampaikan Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika di Jakarta, kemarin. Namun mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut mengingatkan langkah mencapai hal tersebut tidak mudah karena ketidakadilan dan ketimpangan masih mewarnai kerja sama internasional dan arsitektur politik internasional.

”Sampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia ada di sekitar ekuator, di tangan kita bangsa Asia-Afrika yang ada di dua benua,” ujar Jokowi di Jakarta Convention Center Jakarta kemarin. Dalam pidatonya, Presiden mengingatkan, 60 tahun lalu Presiden Soekarno menggagas KAA untuk membangkitkan kesadaran menentang imperialisme.

Kini bangsa-bangsa telah merdeka, tetapi perjuangan belum selesai. Menurut dia, dunia saat ini masih sarat ketidakadilan dan kesenjangan. ”Cita-cita bersama mengenai tatanan dunia baru yang berdasarkan keadilan, kesetaraan masih jauh,” katanya. Jokowi membeberkan ketidakseimbangan global di mana kesejahteraan masih dinikmati negara maju di belahan bumi utara.

Mantan Wali Kota Solo tersebut lantas secara keras mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tidak bisa melakukan apa-apa. Karena itu, dia mengajak negara-negara Asia-Afrika mereformasi PBB agar mampu mewujudkan keadilan bagi semua bangsa.

Tak luput, Jokowi juga mempersoalkan peran lembaga dunia lain, terutama lembaga keuangan seperti Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF), dan Asian Development Bank (ADB). Dalam pandangannya, pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga lembaga keuangan itu.

”Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang,” tandasnya. Karena itulah Indonesia mendesak reformasi arsitektur keuangan global. Menurut Jokowi, untuk bisa mewujudkan hal tersebut dibutuhkan pemimpin global yang kolektif.

Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru, berpenduduk muslim terbesar di muka bumi, dan negara demokrasi ketiga di dunia siap memainkan peran global dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan cita-cita itu. ”Hari ini dan hari esok kita hadir di Jakarta menjawab ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan hari esok dunia menanti langkahlangkah kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsabangsa lain di dunia,” serunya.

Dia juga menandaskan bahwa tujuan tersebut bisa terwujud dengan membumikan semangat Bandung yang mengacu pada tiga cita-cita, yakni kesejahteraan, solidaritas, serta stabilitas internal dan eksternal. Seusai menyampaikan pidato, Presiden kemudian meresmikan pembukaan KTT Asia Afrika dengan memukul gong didampingi Presiden Myanmar Thein Sein dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.

KTT ini dihadiri puluhan pemimpin negara dan pemerintahan seperti Sultan Brunei Darussalam Hasanal Bolkiah, Presiden China Xi Jinping, Raja Swaziland Mswati III, Perdana Menteri Palestina Rami al-Hamdallah, Presiden Zimbabwe Robert Mugabe, Raja Yordania Abdullah II, Presiden Iran Hassan Rouhani, dan PM Thailand Jenderal Prayut Chan O Cha.

Presiden Jokowi sempat memimpin sidang pleno pertama KTT Asia Afrika bersama-sama dengan Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dan diikuti seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan. Beberapa kepala negara dan kepala pemerintahan yang memberikan pidato dalam sidang pleno pertama adalah Sultan Brunei Darussalam Hasanal Bolkiah, Raja Swaziland Mswati III, Perdana Menteri Palestina Rami al- Hamdallah, Presiden Iran Hassan Rouhani, dan lain-lain.

Sidang pleno kedua KTT Asia Afrika dipimpin PM Nepal Sushil Korala dan Presiden Madagaskar Hery Rajaonarimampianina untuk mendengarkan pernyataan dari beberapa kepala negara dan kepala pemerintahan, baik dari negara peserta atau negara peninjau serta perwakilan dari organisasi internasional.

Raja Yordania Abdullah II, misalnya, dalam pidatonya menganggap semangat yang dihasilkan dari KAA pertama yang diadakan di Bandung pada tahun 1955 masih penting untuk menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. ”Semangat dari prinsip-prinsip yang dihasilkan di Bandung saat itu penting untuk menghadapi ancaman dan tantangan negaranegara di Asia-Afrika di masa depan,” ujarnya kemarin.

Raja Abdullah II menekankan prinsip-prinsip Bandung yang meliputi kesetaraan di antara negara-negara, kedaulatan penuh, hak yang sama untuk setiap orang, kerja sama pembangunan dan keadilan global menjadi landasan kokoh bagi Asia-Afrika untuk menciptakan keadaan kawasan yang lebih baik.

Dia mencontohkan, pada KAA I tahun 1955 para negara anggota sepakat untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. ”Namun siapa yang saat itu bisa membayangkan, hingga hari ini Palestina masih tidak memiliki wilayah yang pasti,” ujar dia. Abdullah II menekankan bahwa masalah Palestina adalah masalah dunia dan peringatan 60 tahun KAA bisa menjadi sarana untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai sejak bertahun-tahun lalu.

”Kegagalan menegakkan keadilan dunia hanya akan menyebarkan bibit perpecahan ke seluruh dunia. Mari kita bersatu dan bertindak bersama untuk menyelesaikan permasalahan Palestina dan Israel,” tuturnya. Presiden Presidium Majelis Rakyat Agung Korea Utara Kim Jong-nam menekankan KTT Asia Afrika harus memprioritaskan upaya penolakan agresi dan campur tangan dari pihak luar terhadap negara-negara di Asia-Afrika.

Menurut dia, hal tersebut merupakan jaminan mendasar bagi penyegaran kembali kerangka Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP). ”Itu bisa menjadi basis yang bagus untuk kedua benua dalam melakukan upaya dinamis untuk melawan praktik kesewenang-wenangan yang tinggi dan kekuatan dominasi asing lewat revitalisasi Semangat Bandung,” katanya.

Jong-nam juga berpendapat bahwa upaya lanjutan yang sebaiknya dilakukan adalah berpegang teguh pada kemauan untuk mewujudkan kerja sama Selatan-Selatan sebagai pedoman kebijakan. Adapun Presiden Iran Hassan Rouhani mengusulkan Gerakan Dunia Menentang Kekerasan dan Ekstremisme (GAVE) untuk memberantas terorisme secara tepat. Dia melihat hal tersebut lebih efektif ketimbang menggencarkan gerakan tidak tepat bagi negara tertentu.

”Pada pertemuan bersejarah ini, yang mewakili sebagian besar warga dunia, saya bermaksud mengajukan prinsip dasar Gerakan Dunia Menentang Kekerasan dan Ekstremisme (GAVE),” kata Presiden Iran Hassan Rouhani. Di tengah keadaan saat hati nurani masyarakat dunia terluka atas ketidakacuhan sejumlah organisasi internasional terhadap ekspansi terorisme, lanjut Presiden Hasan, GAVE bisa menjadi solusi dalam memerangi terorisme.

Dasasila Bandung Masih Relevan

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menegaskan hasil Pertemuan Tingkat Menteri Asia Afrika (Asia Africa Ministerial Meeting/AAMM) menilai Dasasila Bandung sebagai pedoman yang masih relevan dipakai untuk mengatasi berbagai tantangan masa kini. Pernyataan tersebut dia sampaikan saat melaporkan hasil AAMM pada Pertemuan K epa l a Negara/ Kepala Pemerintahan KTT Asia Afrika yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC).

Menurut Menlu, para peserta AAMM 2015 berpandangan bahwa Dasasila Bandung telah menjadi sebuah inspirasi bagi negara-negara Asia-Afrika untuk memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dalam upaya mencapai perdamaian, kestabilan, dan kesejahteraan. Retno juga menyampaikan bahwa para peserta AAMM menegaskan komitmen untuk memperkuat kerja sama Selatan-Selatan untuk mencapai perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama.

Dalam laporan tersebut, Menlu juga menyebutkan poin-poin kesepakatan yang diraih dalam AAMM, yakni solidaritas Asia- Afrika, dukungan kepada Palestina, pentingnya negara Selatan-Selatan untuk meningkatkan kerja sama, fokus kerja sama ekonomi Asia-Afrika, pentingnya perdamaian dan stabilitas yang kondusif untuk pembangunan,

memperkuat kerja sama pemberantasan kejahatan trans-nasional, kemitraan dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan. Selain poin-poin tersebut, AAMM juga menyepakati tiga dokumen hasil KAA Ke-60, yakni BandungMessage2015, penyegaran kembali Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP), dan Deklarasi Palestina.

Muh shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6104 seconds (0.1#10.140)