Sindikasi Empat Bank Danai KA Bandara

Selasa, 21 April 2015 - 09:58 WIB
Sindikasi Empat Bank Danai KA Bandara
Sindikasi Empat Bank Danai KA Bandara
A A A
JAKARTA - Kereta api bandara akan terealisasi pada 2016. PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) memperoleh fasilitas kredit pinjaman dari sindikasi perbankan sebesar Rp1,45 triliun untuk pembangunan prasarana kereta api (KA) Bandara Soekarno-Hatta.

Direktur Keuangan PT KAI Kurniadi Atmosasmito mengatakan, pinjaman tersebut merupakan 84% dari total biaya proyek pembangunan prasarana KA Bandara sebesar Rp1,7 triliun. Pembangunan prasarana di antaranya pengadaan lahan, signaling , listrik aliran atas, dan pembangunan stasiun di luar bandara.

”Dengan adanya perjanjian kredit dengan bank sindikasi ini, pembangunan prasarana dan sarana KA Bandara Soekarno-Hatta diharapkan dapat segera selesai sesuai target pada 2016 mendatang,” kata Kurniadi di Jakarta kemarin. Bank sindikasi yang memberikan fasilitas kredit pinjaman tersebut yaitu PT Bank Mandiri (persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA).

Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu kredit selama 14 tahun sejak ditandatanganinya. PT KAI nantinya akan merombak Stasiun Manggarai sebagai salah satu stasiun keberangkatan KA Bandara dengan membangun underpass sebagai passenger crossing. Nantinya penumpang KA Bandara akan diarahkan untuk menuju peron khusus.

”Selain itu, PT KAI juga membangun Stasiun Sudirman Baru sebagai stasiun khusus KA bandara (city air terminal) yang hanya melayani penumpang dari dan menuju bandara,” paparnya. KA Bandara akan dioperasikan oleh PT Railink yang merupakan anak usaha dari PT KAI dan PT Angkasa Pura II (AP II). Railink telah menandatangani kontrak pengadaan 10 rangkaian kereta (trainset) dengan pihak konsorsium Bombardier dan PT Inka (persero) untuk KA Bandara.

Satu rangkaian kereta akan terdiri atas enam gerbong dengan berkapasitas 272 tempat duduk. ”Untuk mendukung pengadaan sarana KA Bandara, Railink juga telah memperoleh fasilitas kredit pinjaman dari bank sindikasi sebesar Rp612 miliar,” tambahnya. KA Bandara nantinya beroperasi dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta melewati Stasiun Sudirman Baru, Duri, dan Batu Ceper sebagai stasiun pemberhentian.

Total jarak yang dilintasi adalah sepanjang 36,3 kilometer (km) yang terdiri dari 24,2 km jalur existing dan 12,1 km jalur baru. ”Estimasi waktu yang dibutuhkan dari Stasiun Manggarai hingga ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta sekitar 50-60 menit, dengan tarif Rp100.000 seperti Kereta Bandara di Kualanamu, Medan (Sumatera Utara),” paparnya.

Direktur Bisnis Banking I BNI Herry Sidharta menambahkan, sebagai joint mandated lead arranger, perseroan memastikan turut menyalurkan kredit kepada pelaksana proyek KA Bandara, yaitu lebih dari Rp500 miliar. ”Kredit sindikasi BNI dengan tiga bank lain ini senilai lebih dari Rp2 triliun dengan jangka waktu kredit yang wajar bagi suatu proyek pembangunan infrastruktur, yaitu 14 tahun dengan bunga JIBOR +3% per annum,” kata Herry.

Dalam kerja sama kredit sindikasi ini, masing-masing bank sepakat memberikan fasilitas kredit senilai Rp362 miliar lebih untuk membiayai pengadaan dan pembangunan prasarana proyek KA Bandara yang dilaksanakan PT KAI. Selain itu, masing-masing bank membiayai Rp153 miliar untuk pembangunan sarana KA Bandara yang dilaksanakan PT Railink.

”Dengan demikian, PT KAI akan mendapatkan fasilitas kredit senilai Rp1,4 triliun lebih atau 84% dari total biaya proyek, sedangkan PT Railink memperoleh fasilitas kredit Rp612 miliar atau 85% dari total biaya proyek,” pungkasnya. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan seharusnya kereta bandara sudah ada sejak Soekarno-Hatta dikategorikan sebagai bandara internasional.

”Kita sebenarnya cukup terlambat merealisasikan terwujudnya keretabandara ini. Janji pemerintah, sebelumnya akhir 2014 sudah rampung namun, masih juga terkendala lahan,” ujar dia kepada KORAN SINDO. Dia juga mengatakan bahwa makin banyak pilihan transportasi menuju bandara akan semakin baik.

Sebab, jika hanya mengandalkan jalur darat atau jalan tol, dengan kondisi kendaraan yang terus meningkat, maka pada akhirnya akan menambah kepadatan. ”Kita rasakan sendiri jalur ke bandara itu sudah sangat padat melalui akses tol. Tentu kita berharap ada alternatif transportasi massal lain menuju bandara yang segera bisa direalisasikan pemerintah,” tutupnya.

Heru febrianto/ ichsan amin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6038 seconds (0.1#10.140)