Cegah Penipuan dengan Mempermudah Akses Keuangan
A
A
A
Maraknya penipuan berkedok investasi, salah satu pemicunya karena akses terhadap lembaga keuangan yang masih terbatas. Berbagai pihak perlu mengkaji untuk mempermudah masyarakat memperoleh akses keuangan.
Tingginya imbal hasil investasi yang ditawarkan, bukanlah satu-satunya yang membuat masyarakat terjebak penipuan berkedok investasi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada beberapa hal yang membuat masyarakat masih terjerat investasi bodong, selain pemahaman mengenai investasi yang masih kurang, akses keuangan yang masih terbatas juga menjadi salah satu pemicunya.
Bagaimana OJK menyikapi maraknya penipuan berkedok investasi ini. Berikut petikan wawancara KORAN SINDO dengan anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S Soetiono.
Mengapa masyarakat masih tertarik pada investasi tidak jelas?
Ada beberapa karakteristik masyarakat kita yang secara natural menginginkan investasi yang memberikan keuntungan tinggi. Ini alamiah. Masyarakat kita juga berkeinginan kalau berhubungan dengan lembaga keuangan mendapatkan akses yang mudah dan tidak rumit. Selain itu, sebenarnya ada dua yang kita ketahui dari hasil riset. Berdasarkan survei OJK masih banyak masyarakat yang pemahaman keuangannya belum memadai.
Indeks literasi keuangan Indonesia pada 2013 juga baru 21,8%. Artinya dari 100 orang hanya 22 orang yang paham literasi keuangan. Kemudian, tingkat inklusif keuangan baru sebesar 59,7%. Ini menandakan jumlah masyarakat yang telah berhubungan dengan lembaga keuangan formal baru sebesar itu. Ada banyak penyebab, salah satunya karakteristik dari lembaga keuangan sendiri yang tidak tersedia di semua tempat.
Kita banyak menjumpai di kota-kota kecil setelah menempuh perjalanan berkilo-kilo meter, barulah menjumpai cabang bank ataupun asuransi. Itu terjadi di Pulau Jawa, apalagi pulau lainnya.
Mengapa akses terhadap lembaga keuangan tidak mudah?
Memang aksesnya tidak mudah karena ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi. Misalkan saja know your customer (KYC) dan sebagainya. Kalau kita mau menjadi pemegang polis asuransi saja, kan harus mengisi lembaran formulir yang cukup tebal. Jadi, itu yang kerap jadi kendala. Padahal, dahulu berbagai persyaratan tersebut dimaksudkan untuk memberikan jaminan keamanan nasabah.
Apa strategi OJK untuk memperluas akses keuangan?
OJK sebagai otoritas lembaga keuangan terus melakukan financial deepening dengan meningkatkan perluasan nasabah. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan mempermudah akses dengan peluncuran program Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif). Program tersebut penting untuk mencapai peningkatan kesadaran literasi keuangan. Sejumlah bank sudah meluncurkan program tersebut dan sisanya segera menyusul. Ini revolusioner sekali karena bank tidak lagi perlu membuka kantor cabang di daerah terpencil.
Apa tujuan diluncurkannya Laku Pandai?
Program keuangan inklusif ini dirancang mengingat masih banyak anggota masyarakat yang belum mengenal, menggunakan, atau mendapatkan layanan perbankan dan layanan keuangan lainnya. Baik itu karena bertempat tinggal di lokasi yang jauh dari kantor bank atau adanya biaya atau persyaratan yang memberatkan. Laku Pandai akan menyediakan produk-produk keuangan yang sederhana, mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang belum dapat terjangkau layanan keuangan saat ini.
Harapannya?
Laku Pandai diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menyimpan dan memanfaatkan uang yang dimilikinya dengan lebih murah, aman dan cepat. Nasabah setelah menabung secara berkala dan dinilai baik oleh bank bisa mengajukan kredit atau pembiayaan mikro untuk tujuan produktif dan mendukung keuangan inklusif. Masyarakat diharapkan juga bisa terbebas dari jerat lintah darat yang selama ini menyulitkan kehidupan mereka dengan bunga pinjaman yang sangat tinggi. Selain itu, masyarakat nantinya juga bisa membeli polis asuransi mikro dari agen yang telah bekerja sama dengan perusahaan asuransi.
Edukasi lain yang dilakukan OJK?
Kita kerap membantu edukasi kepada masyarakat dengan memanfaatkan berbagai produk lembaga keuangan agar mudah dipahami, sekaligus diakses apa saja yang telah dan akan dilakukan. OJK juga mendatangi berbagai kota di Indonesia, membagikan buku edukasi, pamflet, dan sebagainya. Jadi, OJK kerja sama dengan lembaga keuangan atau investasi.
Kita mendorong agar masyarakat bisa lebih memanfaatkan keuangan formal dibandingkan tidak resmi, apalagi bagi masyarakat yang produktif. Jangan meminjam uang ke rentenir, kendati prosesnya gampang tapi menyebabkan peningkatan sejahterakan masyarakat menjadi lebih lambat; akibat tingginya bunga kredit yang diajukan.
Kami juga melebarkan kerja sama edukasi dengan menerapkan strategi baru, di antaranya dengan menjalin kerja sama dengan pemda.
Hermansah
Tingginya imbal hasil investasi yang ditawarkan, bukanlah satu-satunya yang membuat masyarakat terjebak penipuan berkedok investasi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada beberapa hal yang membuat masyarakat masih terjerat investasi bodong, selain pemahaman mengenai investasi yang masih kurang, akses keuangan yang masih terbatas juga menjadi salah satu pemicunya.
Bagaimana OJK menyikapi maraknya penipuan berkedok investasi ini. Berikut petikan wawancara KORAN SINDO dengan anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S Soetiono.
Mengapa masyarakat masih tertarik pada investasi tidak jelas?
Ada beberapa karakteristik masyarakat kita yang secara natural menginginkan investasi yang memberikan keuntungan tinggi. Ini alamiah. Masyarakat kita juga berkeinginan kalau berhubungan dengan lembaga keuangan mendapatkan akses yang mudah dan tidak rumit. Selain itu, sebenarnya ada dua yang kita ketahui dari hasil riset. Berdasarkan survei OJK masih banyak masyarakat yang pemahaman keuangannya belum memadai.
Indeks literasi keuangan Indonesia pada 2013 juga baru 21,8%. Artinya dari 100 orang hanya 22 orang yang paham literasi keuangan. Kemudian, tingkat inklusif keuangan baru sebesar 59,7%. Ini menandakan jumlah masyarakat yang telah berhubungan dengan lembaga keuangan formal baru sebesar itu. Ada banyak penyebab, salah satunya karakteristik dari lembaga keuangan sendiri yang tidak tersedia di semua tempat.
Kita banyak menjumpai di kota-kota kecil setelah menempuh perjalanan berkilo-kilo meter, barulah menjumpai cabang bank ataupun asuransi. Itu terjadi di Pulau Jawa, apalagi pulau lainnya.
Mengapa akses terhadap lembaga keuangan tidak mudah?
Memang aksesnya tidak mudah karena ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi. Misalkan saja know your customer (KYC) dan sebagainya. Kalau kita mau menjadi pemegang polis asuransi saja, kan harus mengisi lembaran formulir yang cukup tebal. Jadi, itu yang kerap jadi kendala. Padahal, dahulu berbagai persyaratan tersebut dimaksudkan untuk memberikan jaminan keamanan nasabah.
Apa strategi OJK untuk memperluas akses keuangan?
OJK sebagai otoritas lembaga keuangan terus melakukan financial deepening dengan meningkatkan perluasan nasabah. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan mempermudah akses dengan peluncuran program Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif). Program tersebut penting untuk mencapai peningkatan kesadaran literasi keuangan. Sejumlah bank sudah meluncurkan program tersebut dan sisanya segera menyusul. Ini revolusioner sekali karena bank tidak lagi perlu membuka kantor cabang di daerah terpencil.
Apa tujuan diluncurkannya Laku Pandai?
Program keuangan inklusif ini dirancang mengingat masih banyak anggota masyarakat yang belum mengenal, menggunakan, atau mendapatkan layanan perbankan dan layanan keuangan lainnya. Baik itu karena bertempat tinggal di lokasi yang jauh dari kantor bank atau adanya biaya atau persyaratan yang memberatkan. Laku Pandai akan menyediakan produk-produk keuangan yang sederhana, mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang belum dapat terjangkau layanan keuangan saat ini.
Harapannya?
Laku Pandai diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menyimpan dan memanfaatkan uang yang dimilikinya dengan lebih murah, aman dan cepat. Nasabah setelah menabung secara berkala dan dinilai baik oleh bank bisa mengajukan kredit atau pembiayaan mikro untuk tujuan produktif dan mendukung keuangan inklusif. Masyarakat diharapkan juga bisa terbebas dari jerat lintah darat yang selama ini menyulitkan kehidupan mereka dengan bunga pinjaman yang sangat tinggi. Selain itu, masyarakat nantinya juga bisa membeli polis asuransi mikro dari agen yang telah bekerja sama dengan perusahaan asuransi.
Edukasi lain yang dilakukan OJK?
Kita kerap membantu edukasi kepada masyarakat dengan memanfaatkan berbagai produk lembaga keuangan agar mudah dipahami, sekaligus diakses apa saja yang telah dan akan dilakukan. OJK juga mendatangi berbagai kota di Indonesia, membagikan buku edukasi, pamflet, dan sebagainya. Jadi, OJK kerja sama dengan lembaga keuangan atau investasi.
Kita mendorong agar masyarakat bisa lebih memanfaatkan keuangan formal dibandingkan tidak resmi, apalagi bagi masyarakat yang produktif. Jangan meminjam uang ke rentenir, kendati prosesnya gampang tapi menyebabkan peningkatan sejahterakan masyarakat menjadi lebih lambat; akibat tingginya bunga kredit yang diajukan.
Kami juga melebarkan kerja sama edukasi dengan menerapkan strategi baru, di antaranya dengan menjalin kerja sama dengan pemda.
Hermansah
(ars)