Mei, Premium Dihapus
A
A
A
JAKARTA - Masyarakat di kota besar harus bersiap menggunakan bahan bakar minyak (BBM) selain premium. Ini lantaran PT Pertamina (Persero) berencana menghapus penjualan bensin RON 88 atau premium di SPBU kota-kota besar mulai Mei 2015.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, premium nantinya hanya akan dijual di SPBU pinggiran kota yang banyak dilalui angkutan umum. ”(Premium) hanya ada di SPBU pinggiran kota dan jalur angkot, mikrolet, dan lain-lain. SPBU tengah kota tidak jual lagi premium,” ujarnya saat dihubungi wartawan di Jakarta kemarin.
Sebagai gantinya, perseroan akan meluncurkan BBM jenis baru. Harga BBM jenis baru ini kemungkinan di tengah antara premium dan pertamax. ”Kami tetapkan harga di bawah pertamax di atas premium,” paparnya. Seperti diberitakan, wacana penghapusan premium sebenarnya telah bergulir sejak tahun lalu.
Desember 2014 lalu, Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi secara resmi mengeluarkan enam rekomendasi mengenai penghapusan BBM jenis premium dengan nomor oktan (RON) 88. Enam poin yang direkomendasikan Tim Reformasi Tata Kelola Migas kepada pemerintah adalah, pertama, menghentikan impor RON 88 dan gasoil 0,35% sulfur serta menggantikannya masing-masing dengan impor RON 92 dan gasoil 0,25% sulfur.
Kedua , produksi minyak solar oleh kilang di dalam negeri ditingkatkan kualitasnya sehingga setara dengan gasoil 0,25% sulfur. Ketiga, mengalihkan produksi kilang domestik dari bensin RON 88 menjadi RON 92. Keempat, memberikan subsidi tetap untuk bensin (RON 92). Kelima, memperhatikan kebutuhan minyak solar untuk transportasi publik dan angkutan barang untuk kepentingan umum, kebijakan subsidi untuk minyak solar dapat tetap menggunakan pola penetapan harga.
Keenam , pilihan kebijakan terkait dengan pengalihan produksi kilang domestik sehingga seluruhnya dapat memproduksi bensin RON 92. Ketua Umum Himpunan Wiraswasta NasionalMinyakdanGasBumi( HiswanaMigas) Eri Purnomohadi mengaku telah diberi tahu mengenai rencana penghapusan premium di SPBU kota-kota besar. Dia bahkan menyebut pertalite sebagai BBM jenis baru pengganti premium.
”Sudah diberi tahu. Itu terkait produk baru, namanya pertalite,” ujarnya. Nantinya pertalite akan memiliki oktan lebih tinggi daripada premium, tetapi lebih rendah dibanding pertamax. Menurutnya, pertalite lebih unggul dibandingkan premium. Selain BBM itu lebih bersih, pertalite juga tidak membuat mesin kendaraan mudah rusak dan berbunyi. ”Lebih bersih, lebih tinggi oktannya, lebih hemat. Enggak ngelitik ke mesin,” ujarnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menuturkan, Pertamina sedang mencari kilang untuk memproduksi pertalite. BBM jenis baru ini memiliki nomor oktan (RON) 90-91 sebagai transisi pengganti premium. ”Kita harapkan (pertalite) bisa dilaunching dalam waktu dekat,” kata Wianda.
Dia mengungkapkan, saat ini Pertamina sedang mempersiapkan peluncuran BBM produk baru itu. Ke depan secara bertahap premium akan hilang digantikan BBM yang memiliki oktan di atas RON88. Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Sofyan Djalil menilai rencana penghapusan premium di SPBU kota besar merupakan ide bagus. Dia berpandangan, perlahan Indonesia harus mulai menghilangkan RON 88 dari peredaran. ”Saya belum dengar, tapi kalau komersial enggak bermasalah, itu ide bagus,” ujarnya.
Sofyan mengatakan, sudah saatnya Indonesia menggunakan bahan bakar yang standarnya sama dengan di luar negeri seperti RON 92 atau RON 95. Pengamat energi Komaidi Notonegoro mengatakan, keberhasilan menghapus premium di masyarakat sangat bergantung pada kesiapan Pertamina di lapangan. Kesiapan tersebut di antaranya berupa sosialisasi penghapusan premium untuk kemudian beralih ke BBM yang kualitasnya lebih baik.
”Bagaimanapun penghapusan premium ini maksudnya baik. Itu menunjukkan bahwa kualitas kilang minyak Pertamina sudah lebih baik,” ujarnya. Rencana Pertamina menghapus premium di SPBU kota besar menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Warga meminta Pertamina melakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum menghapus BBM jenis premium mulai Mei mendatang. Sosialisasi perlu dilakukan agar rencana itu tidak memicu protes masyarakat yang tidak siap.
”Sosialisasi pemerintah harus dari jauh-jauh hari sehingga masyarakat bisa antisipasi,” ujar seorang pegawai Mohammad Wahyudi. Adapun Suryanto, 58, pensiunan PNS mengaku baru mengetahui kabar penghapusan premium. Dia meminta Pertamina memikirkan secara matang rencana tersebut lantaran premium banyak digunakan masyarakat menengah ke bawah.
”Saya baru dengar berita itu. Kalaupun benar Mei nanti dihapuskan dan masyarakat harus beli pertamax, seenggaknya harga pertamax bisa lebih bersahabat di kantong kita,” ujarnya. Pemerintah harus ekstra kerja keras untuk menyosialisasikan ke masyarakat mengenai rencana penghapusan premium. Dia mengaku selama ini lebih banyak menggunakan premium karena harganya lebih murah. ”Setidaknya kalau pemerintah mau menghapuskan RON 88, harap diperhatikan solusi buat rakyat kecil,” katanya.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya W Yudha mengaku baru tahu rencana penghapusan premium di SPBU kota-kota besar mulai Mei mendatang. Menurutnya, kebijakan itu seharusnya diinformasikan terlebih dulu ke DPR. Selain itu, dia berharap agar penghapusan premium jangan sampai mengorbankan masyarakat.
”Kita sudah kasih tahu bahwa masalah BBM sosialisasinya sangat minim sehingga memengaruhi harga,” lanjutnya.
Nanang wijayanto/ ichsan amin/ oktiani endarwati/ sindonews
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, premium nantinya hanya akan dijual di SPBU pinggiran kota yang banyak dilalui angkutan umum. ”(Premium) hanya ada di SPBU pinggiran kota dan jalur angkot, mikrolet, dan lain-lain. SPBU tengah kota tidak jual lagi premium,” ujarnya saat dihubungi wartawan di Jakarta kemarin.
Sebagai gantinya, perseroan akan meluncurkan BBM jenis baru. Harga BBM jenis baru ini kemungkinan di tengah antara premium dan pertamax. ”Kami tetapkan harga di bawah pertamax di atas premium,” paparnya. Seperti diberitakan, wacana penghapusan premium sebenarnya telah bergulir sejak tahun lalu.
Desember 2014 lalu, Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi secara resmi mengeluarkan enam rekomendasi mengenai penghapusan BBM jenis premium dengan nomor oktan (RON) 88. Enam poin yang direkomendasikan Tim Reformasi Tata Kelola Migas kepada pemerintah adalah, pertama, menghentikan impor RON 88 dan gasoil 0,35% sulfur serta menggantikannya masing-masing dengan impor RON 92 dan gasoil 0,25% sulfur.
Kedua , produksi minyak solar oleh kilang di dalam negeri ditingkatkan kualitasnya sehingga setara dengan gasoil 0,25% sulfur. Ketiga, mengalihkan produksi kilang domestik dari bensin RON 88 menjadi RON 92. Keempat, memberikan subsidi tetap untuk bensin (RON 92). Kelima, memperhatikan kebutuhan minyak solar untuk transportasi publik dan angkutan barang untuk kepentingan umum, kebijakan subsidi untuk minyak solar dapat tetap menggunakan pola penetapan harga.
Keenam , pilihan kebijakan terkait dengan pengalihan produksi kilang domestik sehingga seluruhnya dapat memproduksi bensin RON 92. Ketua Umum Himpunan Wiraswasta NasionalMinyakdanGasBumi( HiswanaMigas) Eri Purnomohadi mengaku telah diberi tahu mengenai rencana penghapusan premium di SPBU kota-kota besar. Dia bahkan menyebut pertalite sebagai BBM jenis baru pengganti premium.
”Sudah diberi tahu. Itu terkait produk baru, namanya pertalite,” ujarnya. Nantinya pertalite akan memiliki oktan lebih tinggi daripada premium, tetapi lebih rendah dibanding pertamax. Menurutnya, pertalite lebih unggul dibandingkan premium. Selain BBM itu lebih bersih, pertalite juga tidak membuat mesin kendaraan mudah rusak dan berbunyi. ”Lebih bersih, lebih tinggi oktannya, lebih hemat. Enggak ngelitik ke mesin,” ujarnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menuturkan, Pertamina sedang mencari kilang untuk memproduksi pertalite. BBM jenis baru ini memiliki nomor oktan (RON) 90-91 sebagai transisi pengganti premium. ”Kita harapkan (pertalite) bisa dilaunching dalam waktu dekat,” kata Wianda.
Dia mengungkapkan, saat ini Pertamina sedang mempersiapkan peluncuran BBM produk baru itu. Ke depan secara bertahap premium akan hilang digantikan BBM yang memiliki oktan di atas RON88. Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Sofyan Djalil menilai rencana penghapusan premium di SPBU kota besar merupakan ide bagus. Dia berpandangan, perlahan Indonesia harus mulai menghilangkan RON 88 dari peredaran. ”Saya belum dengar, tapi kalau komersial enggak bermasalah, itu ide bagus,” ujarnya.
Sofyan mengatakan, sudah saatnya Indonesia menggunakan bahan bakar yang standarnya sama dengan di luar negeri seperti RON 92 atau RON 95. Pengamat energi Komaidi Notonegoro mengatakan, keberhasilan menghapus premium di masyarakat sangat bergantung pada kesiapan Pertamina di lapangan. Kesiapan tersebut di antaranya berupa sosialisasi penghapusan premium untuk kemudian beralih ke BBM yang kualitasnya lebih baik.
”Bagaimanapun penghapusan premium ini maksudnya baik. Itu menunjukkan bahwa kualitas kilang minyak Pertamina sudah lebih baik,” ujarnya. Rencana Pertamina menghapus premium di SPBU kota besar menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Warga meminta Pertamina melakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum menghapus BBM jenis premium mulai Mei mendatang. Sosialisasi perlu dilakukan agar rencana itu tidak memicu protes masyarakat yang tidak siap.
”Sosialisasi pemerintah harus dari jauh-jauh hari sehingga masyarakat bisa antisipasi,” ujar seorang pegawai Mohammad Wahyudi. Adapun Suryanto, 58, pensiunan PNS mengaku baru mengetahui kabar penghapusan premium. Dia meminta Pertamina memikirkan secara matang rencana tersebut lantaran premium banyak digunakan masyarakat menengah ke bawah.
”Saya baru dengar berita itu. Kalaupun benar Mei nanti dihapuskan dan masyarakat harus beli pertamax, seenggaknya harga pertamax bisa lebih bersahabat di kantong kita,” ujarnya. Pemerintah harus ekstra kerja keras untuk menyosialisasikan ke masyarakat mengenai rencana penghapusan premium. Dia mengaku selama ini lebih banyak menggunakan premium karena harganya lebih murah. ”Setidaknya kalau pemerintah mau menghapuskan RON 88, harap diperhatikan solusi buat rakyat kecil,” katanya.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya W Yudha mengaku baru tahu rencana penghapusan premium di SPBU kota-kota besar mulai Mei mendatang. Menurutnya, kebijakan itu seharusnya diinformasikan terlebih dulu ke DPR. Selain itu, dia berharap agar penghapusan premium jangan sampai mengorbankan masyarakat.
”Kita sudah kasih tahu bahwa masalah BBM sosialisasinya sangat minim sehingga memengaruhi harga,” lanjutnya.
Nanang wijayanto/ ichsan amin/ oktiani endarwati/ sindonews
(ars)