Politikus Golkar Fahmi Idris Luncurkan Dua Buku
A
A
A
JAKARTA - Politikus Partai Golkar Fahmi Idris meluncurkan dua buku berjudul "Saudagar dalam Lintasan Sejarah Politik Indonesia" dan "Konflik Interpretasi Konstitusi".
Tokoh politik lainnya ikut hadir dalam peluncuran tersebut seperti Ginanjar Kartasasmita, Wiranto, Sutrisno Bachir, hingga Irman Gusman.
Dua buku tersebut tidak diselesaikan bersamaan. Buku "Saudagar Dalam Lintasan Sejarah Politik Indonesia" diselesaikan pada tahun 2014. Sementara buku "Konflik Interpretasi Konstitusi" diselesaikan tak lama setelah Presiden Abdurrahman Wahid digantikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.
"Naskah buku ini sempat tersimpan cukup lama karena saya memperoleh kepercayaan menjadi menteri di Kabinet Indonesia Bersatu," kata Fahmi Idris dalam keterangan tertulis kepada wartawan, di Jakarta, Kamis 16 April 2015.
Tentang buku "Konflik Interpretasi Konstitusi" berawal dari catatan Fahmi Idris sebagai politisi yang mengalami dan melihat langsung dalam dinamika politik praktis dan komflik interpretasi konstitusi pascarezim Soeharto.
Di era Presiden BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sekarnoputri merupakan masa-masa ketika reformasi diwarnai dinamika yang tinggi.
"Kehidupan politik sangat riuh. Ratusan partai politik didirikan. Konflik interpretasi konstitusi pun terjadi, baik antara pemerintah dan parlemen, yang dilatarbelakangi interest masing-masing," ungkapnya.
Gagasan amandemen terhadap UUD digulirkan, juga gagasan penghapusan lembaga negara yang kurang diperlukan dan pendirian lembaga negara baru, seperti Mahkamah Konstitusi (MK) untuk mengatasi konflik terkait konstitusi.
Sementara buku "Saudagar Dalam Lintasan Sejarah Politik Indonesia", kata dia, realita bahwa dalam kontestasi menduduki jabatan politik, kaum saudagar memiliki peluang lebih besar daripada kaum lainnya yang tidak memiliki cukup kemampuan finansial.
"Buku ini diharapkan dapat menambah khasanah dokumentasi tertulis tentang kontribusi saudagar dalam perjuangan meraih, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan RI," ungkapnya.
Tokoh politik lainnya ikut hadir dalam peluncuran tersebut seperti Ginanjar Kartasasmita, Wiranto, Sutrisno Bachir, hingga Irman Gusman.
Dua buku tersebut tidak diselesaikan bersamaan. Buku "Saudagar Dalam Lintasan Sejarah Politik Indonesia" diselesaikan pada tahun 2014. Sementara buku "Konflik Interpretasi Konstitusi" diselesaikan tak lama setelah Presiden Abdurrahman Wahid digantikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.
"Naskah buku ini sempat tersimpan cukup lama karena saya memperoleh kepercayaan menjadi menteri di Kabinet Indonesia Bersatu," kata Fahmi Idris dalam keterangan tertulis kepada wartawan, di Jakarta, Kamis 16 April 2015.
Tentang buku "Konflik Interpretasi Konstitusi" berawal dari catatan Fahmi Idris sebagai politisi yang mengalami dan melihat langsung dalam dinamika politik praktis dan komflik interpretasi konstitusi pascarezim Soeharto.
Di era Presiden BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sekarnoputri merupakan masa-masa ketika reformasi diwarnai dinamika yang tinggi.
"Kehidupan politik sangat riuh. Ratusan partai politik didirikan. Konflik interpretasi konstitusi pun terjadi, baik antara pemerintah dan parlemen, yang dilatarbelakangi interest masing-masing," ungkapnya.
Gagasan amandemen terhadap UUD digulirkan, juga gagasan penghapusan lembaga negara yang kurang diperlukan dan pendirian lembaga negara baru, seperti Mahkamah Konstitusi (MK) untuk mengatasi konflik terkait konstitusi.
Sementara buku "Saudagar Dalam Lintasan Sejarah Politik Indonesia", kata dia, realita bahwa dalam kontestasi menduduki jabatan politik, kaum saudagar memiliki peluang lebih besar daripada kaum lainnya yang tidak memiliki cukup kemampuan finansial.
"Buku ini diharapkan dapat menambah khasanah dokumentasi tertulis tentang kontribusi saudagar dalam perjuangan meraih, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan RI," ungkapnya.
(maf)