Stengel Kagum Perkembangan Media di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Pesatnya perkembangan media massa di Indonesia menarik perhatian Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Urusan Diplomasi Publik Amerika Serikat (AS) Richard Stengel.
Dalam survei kecil-kecilan yang dia lakukan dalam sebuah acara, menurut Stengel, masyarakat Indonesia kini lebih senang untuk menggali informasi di media massa melalui internet. Kenyataan ini membuat Stengel mengernyitkan dahi karena hanya beberapa persen saja yang memilih media cetak seperti koran dan majalah. Padahal sebelum menjabat sebagai wamenlu, Stengel pernah menduduki posisi strategis sebagai managing editor TIME untuk desk domestik dan internasional pada 2006-2013.
”Di internet semua berita dan informasi tersedia, namun para pengguna internet harus cerdas dalam memilah informasi,” tuturnya saat diskusi bertema Democratization of Information: Opportunities in a Changing Media Landscape dengan para wartawan dan mahasiswa di @america Pasific Place, Jakarta, kemarin. Menurutnya, saat ini tidak ada lagi berita yang terlambat karena semua dapat diberitakan saat kejadian terjadi dengan adanya citizen journalism atau jurnalisme warga.
”Jurnalisme warga itu sangat kuat dan penting karena langsung dari saksi yang melihat langsung kejadian tersebut. Jadi jangan ragu untuk terlibat menjadi jurnalis warga karena Anda akan menjadi bagian dari sejarah yang akan dikenang di masa depan,” jel a s ny a . S e l a i n j u r - nalisme warga, p e ran media sosial untuk mencari b e r i t a pun kini menjadi pil i h a n masyarakat. Namun, jangan sampai pengaruh media sosial juga mempengaruhi sikap dan perilaku individu.
”Media memang tumbuh dengan cepat dan kita harus terus mengikutinya, tapi kita juga harus selalu bertanggung jawab terhadap media sosial dan berita yang kita pilih,” katanya. Menjabat sebagai wamenlu sejak 14 Februari 2014, Stengel memiliki peran strategis dalam urusan diplomasi publik di Kementerian Luar Negeri AS. Dia juga membawahi Biro Pendidikan dan Kebudayaan, Program Informasi Internasional, Hubungan Masyarakat, dan Pusat Komunikasi Strategi Terorisme.
Sebelum menjadi managing editor TIME , Stengel adalah presiden dan chief executive officer (CEO) Pusat Konstitusi Nasional diPhiladelphia mulai2004-2006. Dia juga menulis sejumlah buku. Salah satu yang mengangkat namanya yaitu buku autobiografi yang ditulis bersama Nelson Mandela berjudul Mandela: Long Walk to Freedom.
Buku lainnya yang terkenal yaitu Mandela Way and January Sun: One Day, Three Lives, A South African Town. Pria kelahiran Mei 1955 ini pernah menerima penghargaan Emmy pada 2012 untuk karyanya sebagai produser eksekutif film dokumenter TIME, yakni Beyond 9/11: Portraits of Resilience.
Ananda nararya
Dalam survei kecil-kecilan yang dia lakukan dalam sebuah acara, menurut Stengel, masyarakat Indonesia kini lebih senang untuk menggali informasi di media massa melalui internet. Kenyataan ini membuat Stengel mengernyitkan dahi karena hanya beberapa persen saja yang memilih media cetak seperti koran dan majalah. Padahal sebelum menjabat sebagai wamenlu, Stengel pernah menduduki posisi strategis sebagai managing editor TIME untuk desk domestik dan internasional pada 2006-2013.
”Di internet semua berita dan informasi tersedia, namun para pengguna internet harus cerdas dalam memilah informasi,” tuturnya saat diskusi bertema Democratization of Information: Opportunities in a Changing Media Landscape dengan para wartawan dan mahasiswa di @america Pasific Place, Jakarta, kemarin. Menurutnya, saat ini tidak ada lagi berita yang terlambat karena semua dapat diberitakan saat kejadian terjadi dengan adanya citizen journalism atau jurnalisme warga.
”Jurnalisme warga itu sangat kuat dan penting karena langsung dari saksi yang melihat langsung kejadian tersebut. Jadi jangan ragu untuk terlibat menjadi jurnalis warga karena Anda akan menjadi bagian dari sejarah yang akan dikenang di masa depan,” jel a s ny a . S e l a i n j u r - nalisme warga, p e ran media sosial untuk mencari b e r i t a pun kini menjadi pil i h a n masyarakat. Namun, jangan sampai pengaruh media sosial juga mempengaruhi sikap dan perilaku individu.
”Media memang tumbuh dengan cepat dan kita harus terus mengikutinya, tapi kita juga harus selalu bertanggung jawab terhadap media sosial dan berita yang kita pilih,” katanya. Menjabat sebagai wamenlu sejak 14 Februari 2014, Stengel memiliki peran strategis dalam urusan diplomasi publik di Kementerian Luar Negeri AS. Dia juga membawahi Biro Pendidikan dan Kebudayaan, Program Informasi Internasional, Hubungan Masyarakat, dan Pusat Komunikasi Strategi Terorisme.
Sebelum menjadi managing editor TIME , Stengel adalah presiden dan chief executive officer (CEO) Pusat Konstitusi Nasional diPhiladelphia mulai2004-2006. Dia juga menulis sejumlah buku. Salah satu yang mengangkat namanya yaitu buku autobiografi yang ditulis bersama Nelson Mandela berjudul Mandela: Long Walk to Freedom.
Buku lainnya yang terkenal yaitu Mandela Way and January Sun: One Day, Three Lives, A South African Town. Pria kelahiran Mei 1955 ini pernah menerima penghargaan Emmy pada 2012 untuk karyanya sebagai produser eksekutif film dokumenter TIME, yakni Beyond 9/11: Portraits of Resilience.
Ananda nararya
(ars)