Kebangkitan Bangsa Asia Afrika dari Bandung
A
A
A
Momen bersejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) menginjak usia ke-60 pada 2015 ini. Pada 60 tahun lalu tepatnya pada tanggal 18-24 April 1955, sebanyak 29 negara yang ratarata baru lepas dari cengkeraman penjajahan, bersatu dan bergandengan tangan untuk menyuarakan kemerdekaan bagi negara-negara terjajah dan perdamaian dunia.
Kilas Balik
23 Agustus 1953
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo di Dewan Perwakilan Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negaranegara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.
5 April -2 Mei 1954
Berlangsung persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
28-29 Desember 1954
Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.
18-24 April 1955
Konferensi Asia-Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan
Dasasila Bandung. Sekilas KAA
- Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negaranegara Asia dan Afrika yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan.
- KAA diprakarsai oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan.
- Konferensi KAA berlangsung antara 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet atau negara imperialis lainnya.
- Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang. Negara pengundang terdiri : Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar).
- 24 negara yang diundang terdiri atas 6 negara Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libya, dan Pantai Gading) dan 18 negara Asia meliputi Filipina, Thailand, Kamboja, Laos, China, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman).
Pengaruh KAA
1. Bagi Indonesia
Ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC (seseorang yang memegang dwi kewarganegaraan harus memilih salah satu dan tidak memilih dapat mengikuti kewarganegaraan). Adanya dukungan yang diperoleh , yaitu berupa keputusan KAA mengenai perjuangan merebut Irian Barat dalam forum PBB.
2. Bagi Negara-Negara Asia-Afrika
KAA berpengaruh besar terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika yang belum merdeka. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang merdeka sesudah diadakannya KAA, antara lain : Maroko, Tunisia dan Sudan (1956), Ghana (1957), Guyana (1958), Mauritania, Mali, Niger, Tugo, Dahomei, Chad, Senegal, Pantai Gading dan beberapa negara Afrika lainnya ( 1960 ).
3. Bagi Dunia
-Berkurangnya ketegangan dunia
-Amerika Serikat dan Australia mulai berusaha menghapuskan ras diskriminasi di negaranya.
-Munculnya organisasi Gerakan Non-Blok (GNB) yang bertujuan meredakan perselisihan paham dari Blok Barat dan Blok Timur.
-Belanda mulai kebingungan menghadapi Blok Afro-Asia di PBB.
Makna dan Arti Penting Digelarnya KAA
- Merupakan pendorong kemerdekaan bangsabangsa Asia-Afrika untuk lepas dari cengkraman imperialisme dan kolonialisme barat.
- Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok
- Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara Asia-Afrika dalam menggalang persatuan.
- Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka.
- Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka.
- Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia-Afrika akan potensi yang dimiliki.
- Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negaranegara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia.
- Mulai dihapuskannya praktik-praktik politik diskriminasi ras oleh negaranegara maju.
DASASILA BANDUNG
1.Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB.
2.Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3.Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil.
4.Tidak melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain.
5.Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB.
6.Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dantidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7.Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara.
8.Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9.Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional.
10. Menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Tokoh Pelopor KAA
1. Ali Sastroamidjojo Perdana Menteri Indonesia
2. Pandit Jawaharlal Nehru Perdana Menteri India
3. Sir John Kotelawala Perdana Menteri Sri Lanka
4. Moh Ali Bogra Perdana Menteri Pakistan
5. Nu Perdana Menteri Burma
Foto-Foto: Istimewa/GR7AFIS: Budi Christianto
Kilas Balik
23 Agustus 1953
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo di Dewan Perwakilan Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negaranegara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.
5 April -2 Mei 1954
Berlangsung persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
28-29 Desember 1954
Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.
18-24 April 1955
Konferensi Asia-Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan
Dasasila Bandung. Sekilas KAA
- Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negaranegara Asia dan Afrika yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan.
- KAA diprakarsai oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan.
- Konferensi KAA berlangsung antara 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet atau negara imperialis lainnya.
- Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang. Negara pengundang terdiri : Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar).
- 24 negara yang diundang terdiri atas 6 negara Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libya, dan Pantai Gading) dan 18 negara Asia meliputi Filipina, Thailand, Kamboja, Laos, China, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman).
Pengaruh KAA
1. Bagi Indonesia
Ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC (seseorang yang memegang dwi kewarganegaraan harus memilih salah satu dan tidak memilih dapat mengikuti kewarganegaraan). Adanya dukungan yang diperoleh , yaitu berupa keputusan KAA mengenai perjuangan merebut Irian Barat dalam forum PBB.
2. Bagi Negara-Negara Asia-Afrika
KAA berpengaruh besar terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika yang belum merdeka. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang merdeka sesudah diadakannya KAA, antara lain : Maroko, Tunisia dan Sudan (1956), Ghana (1957), Guyana (1958), Mauritania, Mali, Niger, Tugo, Dahomei, Chad, Senegal, Pantai Gading dan beberapa negara Afrika lainnya ( 1960 ).
3. Bagi Dunia
-Berkurangnya ketegangan dunia
-Amerika Serikat dan Australia mulai berusaha menghapuskan ras diskriminasi di negaranya.
-Munculnya organisasi Gerakan Non-Blok (GNB) yang bertujuan meredakan perselisihan paham dari Blok Barat dan Blok Timur.
-Belanda mulai kebingungan menghadapi Blok Afro-Asia di PBB.
Makna dan Arti Penting Digelarnya KAA
- Merupakan pendorong kemerdekaan bangsabangsa Asia-Afrika untuk lepas dari cengkraman imperialisme dan kolonialisme barat.
- Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok
- Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara Asia-Afrika dalam menggalang persatuan.
- Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka.
- Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka.
- Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia-Afrika akan potensi yang dimiliki.
- Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negaranegara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia.
- Mulai dihapuskannya praktik-praktik politik diskriminasi ras oleh negaranegara maju.
DASASILA BANDUNG
1.Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB.
2.Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3.Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil.
4.Tidak melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain.
5.Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB.
6.Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dantidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7.Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara.
8.Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9.Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional.
10. Menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Tokoh Pelopor KAA
1. Ali Sastroamidjojo Perdana Menteri Indonesia
2. Pandit Jawaharlal Nehru Perdana Menteri India
3. Sir John Kotelawala Perdana Menteri Sri Lanka
4. Moh Ali Bogra Perdana Menteri Pakistan
5. Nu Perdana Menteri Burma
Foto-Foto: Istimewa/GR7AFIS: Budi Christianto
(ars)